Detak jantung Sueny berdebar kencang. Sembari menunggu antrian lift yang panjang, Sueny membuka ponselnya, membaca catatan-catatan agar dirinya dapat bekerja dengan baik nantinya.
Yang membuat Sueny lebih berdebar adalah karena ia sama sekali tak tahu bagaimana bosnya. Entah itu sifatnya atau bahkan rupanya. Semasa onboarding minggu kemarin, Maya hanya menjelaskan tugas-tugas dan tak mempertemukannya dengan calon atasannya. Kata Maya, lebih baik begitu. Kini, Sueny benar-benar harus bekerja sendiri tanpa ada bimbingan apa-apa lagi.
Sueny jadi penasaran seperti apakah bosnya? Apakah kakek-kakek berubah bertubuh bugar seperti ayahnya? Atau boomer kolot dan menyebalkan? Atau pria paruh baya nan baik hati? Atau om-om perfeksionis seperti kakaknya, Hendji?
Setelah pintu lift terbuka untuk Sueny, ia memasuki lift tersebut, bersama beberapa orang lainnya. Masing-masing menekan lantai yang mereka tuju kecuali seorang perempuan yang sedikit lebih dewasa dari Sueny.
"Permisi Kak. Lantai berapa, ya?" tanya Sueny kepada wanita di sampingnya, kebetulan Surny berdiri di dekat tombol lift.
"Saya juga mau ke lantai dua puluh. Apa mungkin kita satu kantor, ya?" tanya perempuan itu.
"Saya kerja di Sheonn's Company," jawab Sueny.
"Loh saya juga. Kamu karyawan baru ya? Saya gak pernah lihat kamu sebelumnya."
"Iya, hehe. Ini hari pertama kerja."
Wanita itu tampak bersemangat mengetahui ia bertemu dengan rekan kerja baru. "Di departemen apa?" tanyanya.
"Sekretaris dirut."
Perempuan itu tampak sedikit terkejut. "Oh jadi ini penggantinya mbak Maya. Ya ampun semangat ya kerjanya, semoga lancar. Kuatin terus dirimu, ya."
Sueny sedikit bingung dengan maksud dari perkataan terakhir wanita itu. "Maaf Kak maksudnya bagaimana ya?" tanya Sueny.
Wanita itu menggeleng pelan, "Nanti juga kamu paham. Anyway kenalin aku Henny Meliana dari departemen marketing," ucap wanita bernama Henny itu sembari mengulurkan tangan kepada Sueny.
"Sueny Anya," ujar Sueny sembari membalas uluran tangan Henny.
"Henny ... Suenny, haha mirip-mirip sedikit, ya," kata Henny.
Suenny tertawa kecil, "Iya. Sebelumnya saya harus memanggil bagaimana, ya?"
"Oh kalau kamu lebih muda, panggil aja Kak Henny. Oh iya gak usah terlalu formal pake saya-kamu begitu, toh kamu juga bukan bawahanku langsung."
"Baik, Kak."
"Wah seneng banget ada karyawan baru lagi di perusahaan ini. Kamu ada teman atau kenalan di sini?"
Sueny menggeleng, "Nggak ada sama sekali, Kak."
"Oh kalau begitu mau makan siang bareng aku, nggak?"
"Serius, Kak?" tanya Sueny tampak excited.
Tentu saja Sueny senang ada yang mengajaknya makan siang bersama. Setidaknya Sueny tak harus sendirian ketika istirahat, terlebih dia juga belum tahu harus pergi ke mana untuk makan siang nanti.
"Iya ayo."
Tak lama setelah itu, Sueny dan Henny tiba di lantai tiga puluh. Pintu lift terbuka dan mereka pun keluar dari lift.
"Ruangannya udah tahu kan?" tanya Henny.
"Udah, Kak."
"Kalau aku mau ke ruangan sana," kata Henny sembari menunjuk ke arah kiri dari posisi mereka saat ini. "Semangat kerjanya," ujar Henny sebelum pergi meninggalkan Sueny seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SS] - Touch the Cold Boss [On Going Revisi]
Chick-Lit"Aku ingin menyentuhnya. Menyentuh hatinya." Sueny Anya Saputro, anak konglomerat terpandang yang bersikeras ingin bekerja menjadi seorang sekretaris. Dalam bayangan Sueny, semuanya akan mulus-mulus saja. Bosan menjadi pengangguran dan bergaya ingi...