Di dalam gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi sibuknya Kota Jakarta, seorang pria yang dipaksa keadaan untuk menjadi CEO di usia muda setelah kepergian sang ayah beberapa tahun lalu kini tengah berkumpul bersama beberapa koleganya. Namanya Jonathan Kevin Sheonn. Tolong panggil dia Kevin saja, karena kalau kau memanggilnya dengan nama Jo, ia akan membunuhmu dengan tatapannya karena kau akan tampak seserti sedang berusaha sok akrab padahal kau sama sekali bukan bagian penting di hidupnya.
Lupakan itu, Kevin benar-benar punya masalah serius di sini. Kevin akan kehilangan sekretaris paling berharganya. Namanya Maya, berusia 48 tahun. Perempuan ini dulunya adalah sekretaris ayah Kevin sekaligus orang kepercayaannya. Maya berperan sangat besar untuk membantu mendidik Kevin untuk siap menjadi pemimpin di usia semuda itu. Bahkan, Maya kerapkali mengasuh Kevin sejak dia kecil, mengingat Maya saja sudah bekerja di perusahaan ini selama dua puluh tahun. Intinya bagi Kevin yang sebatang kara di Indonesia, kehadiran Maya itu sudah seperti keluarga baginya. Jadi jelas sekali kepergian Maya adalah hal yang sangat merepotkan Kevin. Belum lagi kalau membahas kompetensi Maya.
"Mbak serius bener-bener bakalan ninggalin aku? Ayolah mbak, gak perlu resign, ya? Aku naikkan gaji Mbak Maya, bahkan akan kusediakan juga jabatan untuk suami Mbak Maya," kata Kevin. Wajahnya tampak memelas.
Maya ini akan resign segera setelah Kevin mendapatkan sekretaris baru. Pernikahannya akan dilaksanakan bulan depan—tepatnya pernikahan kedua setelah suami pertamanya meninggal sepuluh tahun lalu. Oleh karena itu, Maya memilih mengikuti suaminya yang bekerja di Kalimantan. Ia tak ingin penyesalan lainnya. Di pernikahan keduanya, Maya ingin memfokuskan dirinya kepada keluarga.
"Jo, aku ini ya nggak ninggalin kamu selamanya. Aku cuma nikah terus hidup tenang. Meskipun tinggalku nanti jauh, tapi kalau kamu perlu bantuan, aku pasti langsung bantu," ucap Maya.
"Gak ada Mbak, gak ada yang bisa jadi sekretarisku sebaik Mbak Maya." Kevin memohon-mohon. Sampai bingung, sebenarnya siapa bosnya di sini? Yah, inilah efek dari Kevin yang menganggap Maya sudah seperti pengganti ibunya.
"Yang lebih baik dariku banyak lah, Jo. Perusahaan ini juga butuh regenerasi. Cuma bedanya nanti dia gak bisa ngasuh kamu aja," sindir Maya membuat Kevin tertohok. "Kita kan udah oprec ya Jo, terakhir aku interview, ada tiga kandidat. Kujelasin satu-satu, ya."
Kevin mengangguk lemas. Sudah tiga minggu Kevin membujuk Maya untuk tidak resign, tapi sepertinya apapun yang Kevin lakukan tak akan mengubah keputusan Maya. Baiklah, Jo, sudah saatnya pasrah dan menghormati keputusan Maya.
"Oke, pokoknya aku percaya pilihan Mbak Maya," ucap Kevin.
Maya menyerahkan tiga berkas pelamar yang lolos hingga seleksi user. Di antara ketiganya, salah satunya akan menjadi pengganti Maya. Kevin pun membaca-baca data para pelamar itu.
"Yang pertama pria 35 tahun pengalaman 10 tahun sebagai internal auditor di industri FMCG, tapi sepertinya di perusahaan lamanya dia suka merangkap job jadi dia cukup paham soal job sekretaris. Yang kedua perempuan 25 tahun pengalaman 2 tahun sebagai marketing dan 2 tahun sebagai sekretaris. Dan yang terakhir, perempuan 26 tahun, jurusannya sesuai, dia lulusan top 3 uni di Singapura, tapi pengalaman kerjanya cuma magang di Deloitte di Singapura waktu kuliah saja."
"Ck ck ... orang ini ngapain aja umur 27 tahun cuma punya pengalaman magang. Jadi batu kah selama ini?" celetuk Kevin.
"Iya iya yang dua puluh lima enam sudah jadi CEO," kata Maya sedikit dongkol. "Oke lanjut. Aku sebenernya mau eliminasi kandidat pertama karena rasanya bakal sulit untuk kamu bekerja dengan orang tanpa pengalaman sekretaris sama sekali, walaupun potensinya bagus. Nah pilihannya antara dua orang terakhir. Kalau dari segi pengalaman dan pengetahuan kerja, aku menyarankan yang kedua, tapi kalau untuk ketahanan kerja yang ketiga menurutku akan lebih baik. Makanya aku butuh bantuanmu untuk memilih."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SS] - Touch the Cold Boss [On Going Revisi]
Chick-Lit"Aku ingin menyentuhnya. Menyentuh hatinya." Sueny Anya Saputro, anak konglomerat terpandang yang bersikeras ingin bekerja menjadi seorang sekretaris. Dalam bayangan Sueny, semuanya akan mulus-mulus saja. Bosan menjadi pengangguran dan bergaya ingi...