Sueny mencoret coret di buku catatannya dan juga catatan di komputer, membuat poin-poin penting agar dapat membuat summary seperti yang Kevin perintahkan. Ngomong-ngomong, Kevin tidak memberi tahu kapan tenggat waktu penyelesaian tugas ini. Cerobohnya, Sueny juga lupa bertanya. Baiklah, kalau begitu yang bisa ia lakukan hanyalah mengerjakan tugas ini secepat dan sebaik mungkin.
Sueny melihat jam di layar komputernya, lima menit lagi sudah waktunya istirahat tapi pria bernama Bram itu belum juga keluar ruangan. Sebenarnya mereka membahas apa sampai dua jam lebih?
Karena jam istirahat sudah sangat dekat, Sueny pun memutuskan untuk menghentikan dulu pekerjaannya saat ini. Matanya terasa sedikit panas menatap dokumen selama itu dan terus beralih antara catatan di bukunya dan layar komputernya.
"Nanti istirahatnya di mana, ya? Ruang direktur ini juga agak terpisah dari ruang kantor jadi aku belum ketemu sama karyawan lain dari tadi."
Sueny mengembuskan napasnya berat. Ini sulit sekali, adaptasi benar-benar sangat sulit. Terakhir kali Sueny berada di situasi mirip seperti ini adalah enam tahun lalu ketika magang, dan itu pun Sueny magang bersama temannya di kampus jadi dia tidak begitu kesepian. Sueny jadi bertanya-tanya mengenai keputusannya. Bisakah ia bekerja dengan baik? Bisakah dirinya beradaptasi dengan baik dan cepat?
Cklek.
Suara pintu terbuka terdengar dari ruangan Kevin, terlihat Bram keluar dari ruangan Kevin. Sueny yang semula sedang bersandar di kursinya buru-buru memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih formal.
"Eh eh santai aja, ini kan udah jam istirahat juga," kata Bram setelah memergoki perilaku Sueny.
"Iya, Pak."
Setelah itu Bram berjalan meninggalkan ruangan Kevin dan Sueny, tetapi baru beberapa langkah, Bram berjalan mundur dan kembali menghampiri Sueny.
"Kamu makan siang di mana?" tanya Bram.
"Belum tahu, Pak," jawab Sueny.
"Mau makan siang bareng?"
"Emm ...." Sueny sedikit ragu, "Mohon maaf, Pak. Tapi saya sudah ada janji makan siang dengan seseorang," kata Sueny merasa tidak enak.
"Wah kamu sudah punya teman saja, ya, padahal baru di sini setengah hari," canda Bram.
"Iya, Pak. Tadi bertemu sewaktu di lift."
"Oh ya? Siapa?"
"Namanya Kak Henny."
Bram langsung terdiam ketika mendengar nama Henny disebut. Tanpa sadar, sudut bibir kanannya terangkat, membentuk senyum kecil yang tak Sueny sadari.
"Oh Kak Henny manajer finance."
Manajer? Sueny sedikit terkejut kalau yang mengajaknya mengobrol di lift tadi sekaligus mengajak Sueny untuk makan siang bersama adalah seorang manajer. Ramah sekali perempuan itu, Bram juga tampak ramah. Apa-apaan, kesan yang mereka berikan sangat berbeda dengan Kevin.
"Wah justru itu lebih bagus dong. Jadi kita bisa makan siang bertiga. Ayo kita ke ruangan finance."
Sueny tampak sedikit kebingungan. Apa ini maksudnya, tiba-tiba saja Bram memutuskan seperti itu. Sueny tidak tahu apakah Henny akan setuju atau tidak tetapi Sueny juga tak enak untuk menolak karena bagaimana pun jabatan Bram di atas Sueny.
Sueny bersama Bram berjalan lurus dari arah ruangan Hadja. Tak terlalu jauh dari ruangan Hadja dan setelah melewati ruangn C Level lainnya, mereka pun sampai di sebuah ruang besar yang terdiri dari beberapa ruang kecil lainnya.
"Kamu tahu nggak ini ruangan apa?" tanya Bram.
Sueny menggeleng karena ia hanya diberitahu secara detail mengenai ruangan direktur dan segala tugasnya sebagai sekretaris direktur utama. Sueny tidak sempat dikenalkan oleh seluruh bagian perusahaan karena waktu yang terbatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SS] - Touch the Cold Boss [On Going Revisi]
ChickLit"Aku ingin menyentuhnya. Menyentuh hatinya." Sueny Anya Saputro, anak konglomerat terpandang yang bersikeras ingin bekerja menjadi seorang sekretaris. Dalam bayangan Sueny, semuanya akan mulus-mulus saja. Bosan menjadi pengangguran dan bergaya ingi...