~~🩷~~
Damar adalah pekerja multitasking, meski tidak lulus SMA, setidaknya ia bisa bekerja di tiga tempat sekaligus, menjadi pekerja cafe dari pagi hingga sore, buruh angkat di pasar ketika sore, dan dari isya' hingga tengah malam di supermaket 24 jam. Itu semua ia lakukan untuk membiayai adiknya dan biaya rumah sakit neneknya yang meninggal sebulan lalu.
Mereka kini tinggal berdua, Damar dan adiknya, Arvin. Mereka tinggal di desa, tidak punya uang, orang tua meninggal dan menyisakan hutang, jadilah Damar tidak bisa tamat SMA dan harus bekerja, meski begitu Damar sebenarnya anak yang pintar dan ingin terus belajar, meski terhalang waktu dan biaya, maka dari itu dia berharap adiknya bisa tamat SMA bahkan kuliah.
Damar memiliki waktu libur tiap Rabu pagi. Terkadang ia gunakan untuk membantu jika ada kuli serabutan, lumayan 100ribu untuk makan seminggu dengan adiknya, karena gajinya yang lain ia tabung agar adiknya bisa kuliah. Arvin juga sangat pintar, ia mendapat beasiswa saat sekolah di SMP nya, sayangnya, SMA di kabupaten ini tidak terlalu banyak, tidak ada beasiswa juga untuknya, terlebih ia sering sekali di-bully, namun jarang sekali mengadu pada mas Damar, hari ini hari Rabu,
Dan Arvin pulang dengan keadaan kacau, sekitar pukul 1 pagi, bahkan Damar pulang terlebih dahulu, sudah kebingungan dimana adiknya, biasanya adiknya sudah tidur. Ketika ia melihat adiknya pulang dengan darah di sudut bibirnya, lebam ungu di mata kirinya, sembab di kedua kantung mata, pergelangan tangannya yang ungu, seketika hati Damar hancur. Ia memeluk adiknya yang mengenakan seragam abu putih itu.
"Mas..," ucap Arvin lirih,
Awalnya Arvin tidak menangis, namun lama kelamaan tangisnya menjadi-jadi, ia biasa di-bully seperti ini, namun Damar ikut menyadari bahwa hari ini keterlaluan.
"Hiks, ugh, hikss, m-maafin Arvin, hiks!"
Damar mengelus punggung Arvin dan mendudukkan Arvin, mengusap rambut Arvin. Ia tidak tahu apa saja yang mereka lakukan pada adiknya, yang ia tahu, jika mereka mengadu ke sekolah, pasti anak kepala sekolah itu makin membully adiknya. Ia hanya bisa menenangkan adiknya dulu. Tak sengaja ia melihat ke arah celana abu-abu Arvin. Apakah adiknya sangat ketakutan hingga mengompol? ia pun menggendong adiknya ke kamar mandi dan menyalakan lampu. Arvin tidak berhenti menangis,
"Mandi dulu ya, nanti cerita ke mas," Damar sudah ingin melepaskan gendongan itu, tapi Arvin malah mengeratkan pelukan itu,
Akhirnya Damar melepas baju Arvin satu persatu untuk memandikannya.
Namun, ada yang membuatnya sangat kaget, hingga matanya melebar tanpa jeda,
Begitu banyak sperma di bagian bawah Arvin, bahkan tidak berhenti keluar dari hole Arvin. Hatinya begitu hancur melihat kondisi adiknya, entah siapapun yang melecehkan adiknya, ia harus menjauhkan adiknya dari pelaku, pastinya itu anak SMA yang sering mem-bully adiknya.
Tangis Arvin makin menjadi-jadi, Damar hanya bisa menenangkan dan membersihkannya, setelah itu mereka pergi ke kamar dan Damar menidurkan Arvin di pelukannya.
Pagi hari, sekitar pukul 6 Arvin terbangun, badannya terasa remuk,
"Mas Damar..," lirih Arvin,
Damar pun terbangun, "iya adek,"
"Minggir dulu, lepas, aku mau sekolah,"
Damar pun akhirnya bangun sepenuhnya, "Ndak usah sekolah sampe Minggu depan, pindah wae, mas urusi hari ini."
Arvin menunduk, tanpa ceritapun mas pasti sudah tau siapa yang melakukan ini padanya.
"Tapi nanti keluar uang lagi," Arvin tidak berani menatap mas Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT BL [SERIES ADEK]
RomanceOneshot fiksi para kakak yang selalu kelebihan hormon ketika liat adek mereka. Warning! Age gap! sometimes violence! Open request cerita FIKTIF INI TIDAK UNTUK DITIRU!