one; cyj

76 8 0
                                    

mata yeonjun terus memandang teduh seseorang yang kini terus mengerutkan alis dalam tidurnya. tangan yang memeluk tubuh sendiri, dengan selimut yang membaluti tubuh ringkihnya.

yeonjun menghelakan nafas panjang, menyenderkan tubuhnya ke kaki sofa, memandang kedepan siaran tv yang terus menyala.

setelah bercerita tadi, masalah beomgyu kali ini hanya karena lupa menyapu rumah, berakhir tamparan, tumbukan, dan cetaran dari ikat pinggang menyiksa tubuh kecil beomgyu.

salep, ice bag, dan kapas-kapas yang penuh darah masih berserakan di meja ruang tv. setelah diobati beomgyu tidur begitu saja, membuat yeonjun seketika tak memiliki energi untuk membereskan kekacauan.

yeonjun membaliki badannya kembali, memandang beomgyu yang masih kedinginan dengan iba.

saat sedang disituasi seperti ini, sialnya sang ayah berada dirumah, membuat kamar pribadi yeonjun tak bisa digunakan beomgyu karena ada sang ayah yang sedang berkuasa dirumah miliknya.

iya, memang ini rumah milik sang ayah, walau ditinggali yeonjun seorang diri.

mangkanya, yeonjun masih tak memiliki keberanian kepada sang ayah, karena semua fasilitasnya masih banyak ditanggung sang ayah.

tangannya mengelus pelan rambut panjang beomgyu, sesekali menyisir pelan rambut halus itu, memandang wajah beomgyu dengan pikirannya yang mulai bercabang.

pria perkerja keras itu kembali membaliki tubuhnya, menyenderkan bahu lebar kekaki kursi, memeluk kuat lututnya, menghelakan nafas sepanjang mungkin.

.

.

beomgyu melenguh pelan saat merasa terganggu dengan kericuhan. matanya perlahan terbuka, menyesuaikan dengan cahaya pagi yang telah menyapa masuk kerumah sederhana yeonjun dari jendela yang cukup besar.

dengan sedikit kesusahan, tubuh kecil itu bangkit dari sofa, memandang selimut tebal yang ada pada dirinya, pandangannya beralih kelantai antara sofa dan meja, adanya bantal dan selimut tipis yang bahkan belum dibereskan.

"papa gausah macem-macem!"

praang!

mata beomgyu seketika memejam kuat saat mendengarkan suara pecahan kaca yang kuat, berasal dari kamar yeonjun.

oh, apakah keberadaan beomgyu disituasi yang tidak tepat?

"hyung–"

brak!

beomgyu melihat pintu kamar yeonjun bergetar, setelah itu batukan yang cukup keras terdengar.

beomgyu segera bangkit dari duduknya, berlari kearah pintu kamar yeonjun, berniatan ingin membantu yeonjun dari kekerasan ayahnya.

"ngapain kamu masih berurusan sama anak jalang itu? mau jadi pahlawan kesiangan kamu?"

tubuhnya seketika membeku, keberaniannya seolah lenyap keatas langit, mendengar fakta perih dari ucapan ayah yeonjun.

"jaga omongan papa!"

"nyatanya benar bukan? mau terpengaruh kearah negatif kamu sama anak itu?"

hero || yeongyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang