H

253 34 4
                                    

☀⚡

Solar sering kali memaksakan dirinya untuk begadang menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Sebagai pelajar yang cerdas, dia merasa perlu mempertahankan citranya sebagai siswa teladan, terutama di hadapan Halilintar.

Namun, kebiasaan tidur larut malam akhirnya memakan korban. Suatu pagi, tubuhnya tak kuat lagi, dan dia jatuh sakit.

Ketika Halilintar melihat Solar yang biasanya sudah rapi untuk ke sekolah, hanya terbaring lemah di tempat tidur, rasa khawatir langsung melandanya.

Meski Halilintar bukan tipe yang selalu menunjukkan perasaannya, dia mengambil cuti dari pekerjaannya sebagai barista untuk menjaga adiknya.

Menjaga Solar adalah prioritas, terutama karena Solar sering berusaha terlalu keras, baik di sekolah maupun dalam hidup sehari-hari.

Sepanjang hari, Halilintar dengan tekun mengurus segalanya. Dia memasak bubur untuk Solar, mengganti handuk dingin di dahinya, dan memastikan Solar cukup istirahat.

Namun, sikap dinginnya tetap terlihat. Sambil menyuapkan bubur, Halilintar mengomel, "Kau ini selalu kerja keras tanpa rehat, kan? Lihat sekarang, sakit begini. Apa kau fikir aku punya waktu banyak untuk mengurus orang sakit seperti ini?"

Solar hanya tersenyum kecil, menikmati perhatian kakaknya yang biasanya terlihat cuek. Dia tahu di balik kata-kata pedas itu, Halilintar sebenarnya sangat peduli.

"Maaf, Kak. Aku tak bermaksud menyusahkanmu," jawab Solar dengan suara lemah, namun ada sedikit nada manja di sana.

Dalam kesempatan langka ini, Solar memutuskan untuk memanfaatkan keadaannya. Jarang sekali dia bisa merasakan kakaknya sepenuhnya perhatian padanya, jadi dia memilih untuk bermanja.

"Kak," Solar memanggil pelan, saat Halilintar sibuk merapikan tempat tidur di sebelahnya.

"Apa lagi?" sahut Halilintar, meski tetap mendekat.

"Aku haus," jawab Solar sambil menatap kakaknya dengan mata memohon.

Halilintar mendesah pelan, namun tetap mengambilkan air untuk adiknya. "Ini, minum yang banyak. Kalau tidak cepat sembuh, aku akan marah besar."

Solar tersenyum puas setelah meminum airnya. "Kau sangat baik, Kak. Aku suka saat kau menjagaku begini."

Wajah Halilintar sedikit memerah mendengar ucapan itu, tapi dia segera berpura-pura kesal. "Jangan bercakap yang aneh-aneh. Cepat sembuh, jadi aku tak perlu repot lagi," katanya sambil menepuk lembut dahi Solar.

S

eharian penuh Halilintar berada di sisi Solar, memastikan adiknya mendapatkan semua yang dia butuhkan.

Walau terlihat marah dan sering mengomel, dia tak pernah benar-benar meninggalkan Solar sendirian.

Solar, meski sakit, merasa sangat bahagia bisa bermanja dengan kakaknya. Sakitnya terasa sedikit lebih ringan hanya karena kehadiran Halilintar yang penuh perhatian, walaupun kata-kata Halilintar kadang seperti duri yang menusuk, Solar tahu itu semua tanda kasih sayang yang terselubung.

☀⚡

2 Siblings Chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang