☀⚡
Halilintar berjalan melewati taman sepulang kerja, saat matanya tertangkap oleh sosok yang sudah ia kenal; Taufan.
Seperti biasa, Taufan sedang berlatih skateboard dengan riang, bergerak lincah di atas papan rodanya, melakukan stunt dengan penuh percaya diri.
Halilintar yang dari jauh melihatnya, meskipun wajahnya tetap datar dan tampak tak tertarik, sebenarnya merasa kagum dengan kemampuan Taufan. Tapi tentu saja, Halilintar tidak akan pernah mengakuinya. Makin naik daun si biru itu nanti.
Taufan menyadari kehadiran Halilintar, melambaikan tangan dengan senyuman lebar. "Hali! Kamu datang juga! Mau coba main skateboard nggak?" ajaknya sambil meluncur mendekati Halilintar.
Halilintar langsung mengerutkan kening, mengibaskan tangannya dengan cuek. "Nggak tertarik," jawabnya singkat, mencoba terlihat tidak peduli.
Namun, Taufan tetap tak menyerah. "Ayolah, aku bisa ajarin kamu. Seru, kok!" Taufan mengedipkan mata, tahu bahwa meski Halilintar terlihat cuek, ia pasti punya rasa penasaran.
Setelah beberapa saat berpikir, Halilintar akhirnya mengangguk kecil, meskipun raut wajahnya tetap serius. "Baiklah, tapi jangan harap aku akan jadi jago sepertimu," katanya.
Taufan dengan cepat mengambil papan skateboard miliknya lalu memberikannya pada Halilintar. "Aku nggak harap kamu jadi jago. Yang penting kita bersenang-senang dulu."
Segalanya berjalan mulus pada awalnya.
Taufan dengan sabar mengajarkan Halilintar cara menyeimbangkan diri di atas skateboard. Meskipun Halilintar tampak kaku dan ragu-ragu, dia mencoba menyeimbangkan dirinya dengan bantuan Taufan. Sesekali, Halilintar hilang keseimbangan dan tanpa sadar ia berpegangan pada Taufan untuk menstabilkan diri.
"Aduh, hati-hati. Kalau nggak yakin, pegang aku aja. Peluk juga boleh kok," goda Taufan sambil tertawa kecil saat Halilintar memegang lengannya dengan erat.
"Tutup mulutmu," Halilintar mendesis, meskipun pipinya sedikit memerah. Dia benar-benar malu.
Tiba-tiba, seorang anak kecil yang juga sedang berlatih skateboard tak sengaja meluncur terlalu cepat dan menabrak Halilintar dari samping. Kaget, Halilintar kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah. Rasa sakit langsung menjalar dari pergelangan kakinya.
"Hali!" Taufan dengan cepat berjongkok di sampingnya, melihat wajah Halilintar yang meringis kesakitan sambil memegang kakinya.
"Kakiku kayaknya... terseliuh," kata Halilintar pelan, menahan sakitnya.
Tanpa banyak bicara, Taufan segera membantu Halilintar berdiri, dengan lembut menopangnya. "Aku bawa kamu pulang sekarang. Jangan risau aku bawa mobil kesini," ucap Taufan dengan nada serius, tak ada lagi senyum nakal di wajahnya.
Sesampainya di rumah, Solar yang sedang membaca buku langsung terkejut melihat kakaknya digendong oleh Taufan. "Apa yang kamu lakukan sama kakakku?!" seru Solar penuh kemarahan.
Taufan, yang sudah siap menghadapi amarah Solar, menjawab dengan tenang, "Dia terseliuh kakinya waktu belajar skateboard."
Namun, Solar tak mau mendengarnya. "Kamu memang-Kenapa kamu ngajarin kakakku main skateboard, padahal dia nggak pernah tertarik sama hal-hal berbahaya seperti itu?!"
Halilintar, yang masih dipegang oleh Taufan, menghela napas pelan. "Solar, berhenti. Aku yang setuju untuk belajar. Ini bukan salah Taufan."
Meskipun begitu, Solar tetap terlihat kesal,"Taufan! Aku nggak mau lihat kamu bawa kakakku ke dalam bahaya lagi."
Taufan tidak membalas dengan kata-kata kasar. Dia hanya tersenyum kemudian mengantar Halilintar duduk di sofa. "Maaf," ucapnya dengan nada tulus.
Solar mendengus sambil menyilangkan tangannya didepan dada, masih merasa was-was. Namun, Halilintar menghela napas dan menatap adiknya dengan tatapan tajam. "Solar, dia sudah bawa aku pulang dengan selamat. Cukup."
Akhirnya, Solar hanya bisa menggerutu pelan sambil berjalan ke dapur untuk mengambil kompres dingin untuk kaki Halilintar. "Ini nggak selesai begitu aja, Taufan," gumamnya sambil menyiapkan es.
Taufan hanya tersenyum tipis, senang bahwa setidaknya Halilintar membelanya. Namun, dia tahu Solar tak akan pernah benar-benar menyukainya-terutama ketika ia terus mencoba mendekati kakak kesayangannya itu.
Gimana ini mahu dapat si pencuri hati kalau adiknya sudah mengibarkan bendera perang? Pusing Taufan mikirnya.
☀⚡
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Siblings Chaos
FanfictionHanya kisah manis tentang si Halilintar sebagai kakak dan Solar adiknya ✨ Mostly platonic! SolHali A little bit AllHali