A

257 37 10
                                    

☀⚡

Taufan adalah sosok yang santai. Setiap hari, dia datang ke kafe tempat Halilintar bekerja, memesan caramel macchiato tanpa henti meski mungkin dia tidak benar-benar membutuhkan minuman itu.

Alasan utamanya sederhana: untuk melihat Halilintar yang membuat hati Taufan berdebar.

Sebagai anak CEO Windara, Taufan punya kebebasan dan kekayaan yang memungkinkan dia melakukan apa saja.

Tapi dari semua hal yang bisa dia dapatkan, yang paling menarik perhatiannya adalah Halilintar. Lelaki itu begitu unik, wajahnya dingin tapi perhatiannya terlihat hangat bagi orang terdekatnya. Itu saja sudah cukup untuk membuat Taufan ingin selalu dekat. Setiap kali datang ke kafe, dia tak pernah melewatkan kesempatan untuk menggoda Halilintar.

"Hai, Halin," sapanya dengan senyum nakal setiap kali tiba. "Ada caramel macchiato untuk pelanggan favoritmu?"

Halilintar, seperti biasa, hanya meliriknya sekilas sambil menghela napas. "Macchiato-nya akan datang. Duduk dulu dan jangan ganggu pelanggan lain," katanya dengan nada datar, walaupun jelas dia berusaha menahan rasa canggung.

Taufan hanya terkekeh. "Apa aku benar-benar mengganggu? Atau kau yang mulai terbiasa denganku?" godanya.

Namun, ada satu hal yang selalu membuat Taufan kesal: Solar.

Adik Halilintar itu tak pernah membiarkannya mendekati kakaknya tanpa mengawasi dengan tajam. Setiap kali Taufan mencoba berlama-lama di kafe atau mencari momen untuk lebih dekat, Solar selalu muncul di antara mereka, menebarkan suasana tidak nyaman.

"Hali," panggil Solar suatu hari ketika dia datang ke kafe saat libur sekolah, tepat saat Taufan sedang berbicara dengan kakaknya. "Aku akan menunggu di luar. Jangan lama-lama ya," ucap Solar sambil menatap Taufan dengan pandangan penuh waspada.

Taufan hanya tersenyum tipis.

Dia tahu Solar sangat protektif terhadap kakaknya, tapi itu justru membuatnya semakin tertarik. "Tenang saja, Solar. Aku hanya ingin menikmati kopi sambil melihat wajah cantik kakakmu," ucap Taufan dengan nada menggodanya. "Kau terlalu cemas."

Namun, Solar tidak bisa begitu saja percaya. Baginya, setiap orang yang mendekati Halilintar, terutama lelaki seperti Taufan, tidak pernah bisa dipercaya sepenuhnya.

Kakaknya adalah sosok yang terlalu berharga untuk diperlakukan sembarangan. Dia takut mereka hanya mengincar Halilintar karena penampilan dan kebaikannya, tanpa memikirkan perasaannya.

Di sisi lain, Halilintar, walaupun sering kesal dengan kehadiran Taufan, tidak bisa menyangkal ada sesuatu yang berbeda dari pria itu. Taufan itu serba boleh.

Dalam beberapa kesempatan, Taufan bahkan membantunya tanpa perlu diminta. Meski sikap Taufan yang minta ditabok sering membuat Halilintar kesal, di balik itu semua, dia menghargai kemampuan pria itu dalam mengatasi masalah.

Hari itu, setelah Solar pergi, Taufan menatap Halilintar lebih serius. "Kau tahu, aku tak datang ke sini hanya untuk kopi," ujarnya dengan nada rendah, berbeda dari biasanya.

Halilintar terdiam sejenak. "Lalu kenapa kau selalu ke sini?"

Taufan tersenyum kecil. "Aku suka melihatmu. Kau selalu mencoba terlihat kuat, tapi aku tahu, di balik sikap dinginmu, kau sangat peduli. Itu yang membuatku tidak bisa menjauh."

2 Siblings Chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang