Y

278 33 5
                                    

☀⚡

Gempa pulang untuk libur dari studinya, tiba di bandara dengan senyum lebar yang sudah lama dirindukan oleh Halilintar dan Solar. Dia bakal menghabiskam masa bermalam selama beberapa hari di rumah adik-beradik itu seperti yang dijanjikan.

Ketika melihat Solar, Gempa langsung memuji betapa tinggi adik Halilintar sekarang. "Kamu makin besar aja, Solar. Kapan tingginya mau berhenti?" canda Gempa sambil menepuk bahu Solar yang memang sudah menjulang lebih dari sebelumnya.

Kemudian, Gempa mengalihkan perhatiannya ke Halilintar yang berdiri di sebelah Solar. Wajahnya yang tenang tiba-tiba dipenuhi senyum nakal. "Hali, kamu nggak berubah ya? Masih manis," tatapannya lembut namun penuh arti.

Halilintar mengalihkan pandangan, wajahnya memerah sedikit. "Tutup mulut, Gempa. Nggak ada yang mau dengar pujian konyol kamu."

Mereka bertiga memang sudah seperti keluarga sejak kecil, tumbuh bersama, berbagi tawa dan kesulitan.

Solar, yang melihat interaksi itu dari kejauhan, tidak bisa menahan senyum.

Dia tahu, Gempa adalah satu-satunya orang yang ia percayai sepenuhnya untuk menjaga kakaknya.

Dia juga paham, meskipun dirinya dan Halilintar sering bertengkar karena ego masing-masing, kakaknya butuh seseorang yang kuat dan dapat diandalkan seperti Gempa. Solar tahu, keegoisannya mungkin tidak adil untuk Halilintar, tapi dia yakin, jika Halilintar harus bersama seseorang, Gempa adalah pilihan terbaik.


Pulang sahaja dari bandara, Gempa, Solar, dan Halilintar pergi berbelanja keperluan di supermarket. Gempa membantu Halilintar memilih bahan-bahan masakan-Gempa dulu yang ngajarin Halilintar memasak.

Solar di sebelah mereka, menyengir melihat interaksi manis antara kedua temannya. "Kalian berdua kayak pasangan suami istri aja," celetuk Solar, yang langsung direspon Halilintar dengan ekspresi datar dan sedikit jengah, sementara Gempa hanya tertawa kecil.

"Kalau Halilintar mau, bisa aja," jawab Gempa dengan nada santai, membuat Halilintar langsung memutar matanya.

Di sudut lain supermarket, Taufan yang kebetulan sedang bosan di rumah memutuskan untuk mampir ke tempat yang sama.

Dari kejauhan, Taufan tidak sengaja melihat Halilintar dan Solar. Senyum ceria khas Taufan muncul.

Solar yang menangkap pandangan Taufan dari kejauhan, tersenyum licik dan melambaikan tangan. "Hey, Taufan! Lihat deh, kakakku cocok banget sama Gempa, kan?" Solar berkata dengan nada menggoda, sengaja ingin melihat reaksi Taufan.

Taufan menghampiri mereka, tetap dengan senyum cerahnya meski rasa cemburu jelas terlihat di matanya. "Ah, iya ya? Memang sih, Gempa itu paket lengkap," balas Taufan, suaranya riang, tapi matanya mengamati Halilintar yang tampak nyaman di samping Gempa. Sesekali, Gempa bahkan membantu

Halilintar mengambil barang dari rak yang tinggi, membuat mereka terlihat semakin serasi di mata Taufan.

Solar yang puas melihat reaksi Taufan, terus memanas-manasi suasana. "Gempa itu memang green flag banget. Siapa sih yang nggak mau lihat kakakku bersama dia? Mereka udah cocok dari dulu!"

Taufan tersenyum lebar, meskipun di dalam hatinya mulai ada rasa iri. "Iya, iya, mereka cocok," gumamnya, sambil mencoba bersikap santai.

Kayaknya ada yang retak tapi bukan kaca.

☀⚡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2 Siblings Chaos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang