CH [10] Heh, Ad-Njing!

24 3 0
                                    

Huwaloh Semua...
Buat pembaca setia Qey yang mager nunggu, bab selanjutnya bisa kalian baca lebih cepat di Karyakarsa ya. Bebas hambatan iklan pokoknya. Cuman ya itu, 1 chapternya dibandrol antara 2000-2500.
Oh iya.. buat yg pengen hemat, bisa dukung pake jalur paket yak.

*

*

Dalam satu malam, dunia yang Lolita tinggali gonjang-ganjing. Ketika dirinya terjaga di pagi harinya, cincin yang Adnan lingkarkan dijarinya masih terpasang, seolah menegaskan jika keberadaannya bukan lah mimpi belaka.

Laki-laki itu juga mengirimkan pesan melalui aplikasi perpesanan yang sebelumnya pria itu blokir. Mengucapkan selamat pagi lalu menyampaikan niatnya untuk menjemput dirinya. Tentu saja dengan segenap kesadarannya, Lolita menolak niat tersebut. Ia mengatakan akan berangkat ke kampus bersama abang tersayangnya.

Hell!

Lolita tidak segila itu. Menerima ajakan Adnan sama saja membiarkan kehebohan terjadi. Warga kampus pasti akan mengolok-ngolok dirinya tanpa tahu kejelasan dibalik bersamanya mereka.

'Ya mana percaya sih mereka kalau diceritain. Gue paling-paling dikira nggak waras sama mereka!' Grundel Lolita di dalam hati.

"Turun, woi! Udah nyampe nih kita!"

"Lah! Cepet amat, Bang?" Ucap Lolita dengan kepalanya yang berputar kesana-kemari. Gadis itu sedang memastikan keberadaan saat ini.

"Dih, iya! Bang masih pagi nih, muter lagi aja."

"Ogah ya, Lol! Gue masih ngantuk. Pengen balik tidur di ruang BEM." Tolak Argam. "Lo kalau mau jalan-jalan, ajakin si Adnan sono! Tuh, mobil dia udah nangkring di parkiran."

His! Lagi-lagi tentang Adnan. Lama-lama Lolita muak sendiri mendengarnya. Kalimat kejam yang pernah Adnan layangkan padanya cukup meninggalkan bekas. Ia bahkan selalu terngiang-ngiang sampai membenci dirinya sendiri karena hal itu.

"Lolaaaiii!!"

Seruan yang memanggil namanya membuat senyum Lolita terbit. Dewi Melisa datang menyelamatkannya, layaknya seorang ksatria tanpa pedang panjang.

"Melkadot, huwaaa!!"

"Turun dulu, Ogeb! Bisa-bisa kita berdoa jatoh." Ucap Argam, meminta Lolita turun dari kuda besinya.

"Ntar gue nggak bisa bareng, lo bareng si.."

Lolita segera membekap mulut Argam. Ia tidak tahu nama siapa yang akan kakaknya sebut, tapi untuk berjaga-jaga, lebih baik mulut kakaknya ditutup saja.

"Gampang! Grab juga bisa gue, Bang. Minggat sono!"

Argam pun berdecak. Pemuda itu mengomeli Lolita sebelum melangkahkan kakinya, meninggalkan sang adik yang telah menemukan sahabat karibnya.

"Lol, semalem gue telpon kok nggak lo jawab? Chat juga nggak dibales. Kemana lo?!"

"Tidur, Nyet. Ngantuk parah gue," dusta Lolita. Ia tidak mungkin menceritakan perihal dirinya yang berkeliling pusat perbelanjaan demi untuk membeli cincin. Mentalnya belum siap. Nanti saja ketika kekesalannya sudah mereda, ia akan jujur-sejujurnya.

"Kan!" Celetuk Melisa, mengisyaratkan ada sesuatu dibalik kalimat tanyanya.

"Kena-why emang, Mel?"

"Kagak! Masa Abang gue semalem katanya liat lo lagi beli cincin sama cowok. Gue bilang aja dia katarak. Ya kali lo beli cincin, mau buat kawin sama bayang-bayangnya Bang Ad-tiiiittt!"

PELET CINTA LOLITA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang