CH [4] Kasihan, Mana Masih Muda Lagi!

60 3 1
                                    

Hayo, mumpung Qey lagi adain event, kalian yang suka cerita ini jangan sampe ketinggalan ya..

Kalian bisa dapetin cerita ini sampe Tamat cuman bayar 20rb aja di Karyakarsa. Event ini akan berakhir tanggal 26 April 2024, setelah itu harga akan normal kembali menjadi 65.000.

Cukup buka beranda profil Qeynov di Karka, klik Paket dan scroll untuk mencari judul ini.. 

FYI, cerita ini tidak ditamatkan di Wattpad ya..

See you di Karyakarsa..

*


"Mel! Lo bukannya pernah cerita ya, kalau bokap lo ada kenalan dukun sakti. Bisa nggak Mel, lo ajakin gue kesana?!"

Lolita mengguncang-guncang lengan Melisa. Jalannya sudah buntu, mungkin satu-satunya cara untuk dapat meluluhkan hati Adnan memang melalui dukun sakti. Bukannya malah sok menjadi dukun seperti yang selama ini dirinya lakukan.

"Please, bawa gue ya Mel!"

"Heh! Dugong! yang bener aja lo! Bokap gue aja udah pensiun, kenapa jadi giliran lo, yang sukarela, buat jadi human yang tersesat!"

"Kepepet, Mel. Tuhan pasti maklum! Gue kan hamba yang tidak berdaya!"

"Si Dodol!" Melisa tak bisa menahan tangannya untuk tidak menoyor kepala Lolita. Mana ada gadis setambeng sahabatnya ini. Sudah diperlihatkan kenyataan, matanya tetap saja buta, tak mau mengakui kekalahannya.

"Pake cara yang bener-bener aja sih, Lol! Kena azab lo ntar!"

Bukan apa-apa ya.. Jika Lolita terkena azab, dirinya pun pasti ikut merasakan pedihnya teguran dari Sang Maha Kuasa itu. Secara Lolita kemana-mana selalu bersamanya.

Kalau diazabnya melalui petir disiang bolong, gimana dong? Masa iya, gosong berjamaah!

Nehik!

Melisa lebih baik menyadarkan sahabat bebalnya ini agar menyerah saja dalam urusan perdukunan.

"Mel, lo tega liat gue merana-gegana cuman gara-gara Bang Adnan?! Gue masih mudah loh, Mel!"

"Lo serius tanya ke gue, Lol?"

Lolita menganggukkan kepalanya. Ya bertanya pada siapa lagi, orang yang sedang bersamanya jelas-jelas hanya Melisa seorang.

"Kalau gue sih yes!"

"Anjrotlah, lo, Mel! Jadi temen nggak ada setia-setianya!" Dumel Lolita. Ia kan hanya meminta diantarkan ke dukun, bukan meminta nyawa sahabatnya. Kenapa rasanya sulit sekali ya?! Toh dirinya tidak akan menjadikan Melisa tumbal juga, jika pertumbalan itu memang diadakan sebagai syarat.

"Nggak ketolong lo, Lol! Asli! Gue makin gemes, pengen banget nge-goreng jantung lo!"

"Auf! Atit! Jangan! Nanti kalau gue metong, Bang Adnan kangen!"

Melisa memegangi dadanya, shock. Kasihan Lolita, mana masih muda, tapi sudah memiliki gangguan separah ini.

"Nyet, ayo nyari tempat duduk kita. Wajib dikeker nih! Takutnya calon laki gue dijampi-jampi sama itu Mbak-Mbak."

Realy?

Bukannya kebiasaan ingin menaburkan permagisan itu adalah Lolita?

Wah, kaca di rumah Lolita tampaknya sudah memburam dan perlu sekali untuk diganti secepatnya.

PELET CINTA LOLITA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang