CHAPTER 9

25 6 0
                                    


.・゜𓆟゜・


Satu hari berlalu sejak Souta memberikan cincin kecil yang berkilauan kepada Kazuya. Cincin itu kini melingkar manis di jari manisnya, dan Kazuya mengenakannya ke mana pun dia pergi. Setiap kali ia melihatnya, sebuah perasaan hangat menyelimuti hatinya. Itu adalah pengingat dari sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang mulai tumbuh di antara mereka.

Di awal bulan Maret, Souta memutuskan untuk mengajak Kazuya pergi ke Nagasaki Lantern Festival pada tanggal 12 Februari-salah satu acara terbesar dan paling meriah di Jepang. Kazuya antusias menerima undangan itu, membayangkan betapa indahnya malam yang penuh warna dan lentera bercahaya.

Saat hari itu tiba, mereka berdua menyusuri jalan-jalan di festival yang ramai. Lentera-lentera berwarna cerah tergantung di setiap sudut, menghiasi langit malam dengan cahaya lembut. Kazuya sesekali memandangi Souta, yang tampak sedikit berbeda malam itu. Sikap dinginnya tetap ada, tapi ada sesuatu di tatapannya yang sulit Kazuya pahami.

Di tengah keramaian festival, Kazuya bertemu dengan seorang teman lama, Haruto. Haruto adalah sahabat dekatnya, dan mereka belum bertemu cukup lama. Saat mereka bertemu, Kazuya langsung berbincang dengan penuh semangat, berbagi cerita tentang masa-masa mereka dulu, mengingat kenangan yang menyenangkan.

Sementara Kazuya dan Haruto berbicara, senyum dan tawa terus menghiasi wajah mereka. Namun, dari sudut matanya, Kazuya melihat ekspresi Souta yang berubah. Tatapannya yang tadinya dingin sekarang benar-benar seperti es, jauh lebih cuek dari biasanya. Souta berdiri sedikit lebih jauh, tetapi pandangannya tajam, tak lepas dari Haruto.

Setelah beberapa saat, Souta mendekat dengan langkah tenang tapi pasti. Tanpa banyak bicara, ia langsung merangkul pinggang Kazuya. Sentuhannya kuat namun lembut, seolah ingin memastikan bahwa dia tahu posisinya.

Kazuya terkejut sejenak, merasakan cengkeraman Souta yang erat di pinggangnya. Haruto, yang melihat itu, hanya tersenyum tipis, memahami situasinya. Tapi Kazuya bisa merasakan bahwa Souta cemburu. Sangat cemburu.

"Kau dekat sekali dengan Haruto, ya?" kata Souta pelan namun terdengar jelas oleh Kazuya. Nada suaranya datar, tetapi ada kekesalan tersembunyi di balik kata-katanya.

Kazuya tersenyum kecil, merasa sedikit bersalah meski ia tidak melakukan apa pun yang salah. "Dia hanya sahabatku, Souta."

Souta hanya menatap lurus ke depan, mengeratkan rangkulannya di pinggang Kazuya. Ia tak menjawab, tapi tubuhnya mendekat lebih erat ke sisi Kazuya, seolah ingin memastikan bahwa tidak ada yang lain selain dia di malam itu.

Haruto, yang merasakan suasana canggung, tertawa pelan. "Baiklah, aku tidak akan mengganggu kalian lagi. Nikmati festivalnya, ya, Kazuya?" katanya dengan canda, lalu meninggalkan mereka berdua.

Setelah Haruto pergi, Kazuya menoleh pada Souta, melihat tatapan cuek yang tak biasa. Ia tahu, di balik wajah dingin itu, ada rasa cemburu yang mendalam. Kazuya tersenyum, lalu tanpa berkata-kata, ia menyandarkan kepalanya di bahu Souta. Malam itu, di bawah lentera-lentera yang bersinar, kedekatan mereka semakin terasa.

Souta menatap lentera di atas mereka dengan ekspresi yang lebih tenang, meski ia tak bisa sepenuhnya menyembunyikan perasaannya. Kazuya bisa merasakan, meskipun tidak diungkapkan dengan kata-kata, bahwa Souta ingin memastikan dirinya menjadi satu-satunya di hati Kazuya.

Sejenak, mereka hanya berdiri bersama, merasakan kehangatan satu sama lain di tengah festival yang penuh warna.

.・゜𓆟゜・

Whispers Beneath ShibuyaWhere stories live. Discover now