CHAPTER 2

34 8 0
                                    


.・゜𓆟゜・

Tiga hari setelah pertemuan di Taman Yoyogi, Kazuya masih memikirkan setiap detik yang dihabiskannya bersama Souta. Meskipun mereka telah bertukar nomor ponsel, keheningan yang datang setelahnya membuat hatinya perlahan-lahan dipenuhi rasa cemas. Tidak ada pesan, tidak ada panggilan-hanya kesunyian.

Kazuya merogoh ponselnya, menatap kontak Souta yang tersimpan di layar. Berkali-kali dia mengetik pesan, hanya untuk menghapusnya sebelum mengirim. "Aku tak ingin terlihat mengganggu," gumamnya pada diri sendiri. Namun, di dalam hatinya, ada rasa sakit yang tak terungkap. Sebulan penuh dia mencari pemuda itu di sudut-sudut Shibuya, dan kini setelah mereka bertemu kembali, mengapa seolah ada tembok yang menghalangi?

Satu pesan tidak akan melukai siapapun, pikirnya akhirnya, dengan ragu-ragu mengetik:

Satu pesan tidak akan melukai siapapun, pikirnya akhirnya, dengan ragu-ragu mengetik:

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Dia menekan "kirim" dan menunggu. Menunggu dengan harapan, meski hanya secuil, bahwa Souta akan merespons. Tapi menit demi menit berlalu, dan layar ponselnya tetap kosong.

 Tapi menit demi menit berlalu, dan layar ponselnya tetap kosong

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

.・゜𓆟゜・

Hari demi hari berlalu, dan Kazuya masih terus menanti. Sore itu, langit di luar apartemennya mulai memudar, berubah menjadi nuansa jingga yang keemasan. Kazuya merasakan gumpalan berat di dadanya. Setiap kali dia membuka aplikasi pesan, dia melihat bahwa pesannya telah dibaca, tetapi tidak ada balasan. Rasa frustrasi bercampur dengan kesedihan mulai menyelimuti hatinya.

"Apa aku salah melangkah? Mungkin dia memang tak tertarik," pikir Kazuya dalam hati, matanya berkabut. Di kepalanya, memori pertemuan pertama mereka berputar kembali-hujan deras, kilat yang menerangi langit gelap, dan bagaimana tatapan pertama Souta membuatnya merasa seolah dia telah menemukan sesuatu yang selama ini hilang. Tapi kini, semua itu terasa jauh, seperti kenangan yang tak lagi dapat diraih.

Tetesan air mata jatuh tanpa ia sadari, merembes di pipinya. Dia merasakan sepi yang tak tertahankan, seakan dirinya berada dalam keramaian yang begitu bising namun diabaikan.

.・゜𓆟゜・

Pada malam hari, saat duduk di tepi tempat tidurnya, Kazuya memandangi foto-foto lama di ponselnya. Dia menemukan gambar-gambar yang diambil saat mereka bersama di Taman Yoyogi-tawa yang singkat, momen kecil yang menyenangkan. Tapi sekarang, semuanya terasa seperti kebohongan. Souta... kenapa kau begitu jauh?

Whispers Beneath ShibuyaOnde histórias criam vida. Descubra agora