Aku cuman seorang perempuan terlalu tinggi yang punya kulit hitam manis, sedikit gendut, dan punya suara yang menggelegar. Dan kamu, seorang lelaki tinggi yang punya kulit putih bersih, mata sipit dengan kacamata, dan banyak perempuan yang mengagumimu.
Layaknya aku.
Aku sering menganggap bahwa cerita-cerita cinta yang berakhir indah itu nyata, tentu dengan berbagai rintangan yang meliputinya. Namun realita tak sejalan dengan ekspetasiku, posisiku sekarang hanya seorang perempuan yang tahu dimana akhir ceritaku berada, maksudku akhir cerita cintaku kali ini.
Dan kamu, sosok lelaki yang senang sekali mencari tahu sesuatu. Kamu anaknya ingin tahu, itu kesimpulanku. Termasuk mencari tahu tentang dia, sosok yang selama ini kamu suka.
Jujur, aku terlalu takut untuk menyukaimu karna takut akan berakhir sama dengan yang lalu. Aku terlalu takut mengambil keputusan 'menyayangimu' dan lebih memilih 'mengagumimu'. Karna aku tahu, aku dan kamu takkan pernah bisa menjadi kita karena dia.
Aku mencintaimu, tapi kamu mencintai dia.
Sederet kalimat itu cukup untuk mendeskripsikan semuanya. Kamu dan dia bagaikan pasangan serasi, dia terlihat malu-malu di hadapanmu dan kamu yang terlihat sedikit bersemu. Melihat itu aku hanya bisa tersenyum senang.
Iya, tersenyum atas kebahagianmu.
Kalau memang pada akhirnya seperti itu, aku berharap semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja. Berharap bahwa kamu hanya seorang yang melintas di kehidupanku, bahwa takdir yang mempertemukan kita agar aku belajar artinya mengikhlaskan. Kamu sudah mempunyai seseorang yang patut kamu sayangi, dan aku sama sekali nggak berhak merusaknya. Karna terkadang sesuatu yang aku inginkan tak selamanya akan menjadi milikku. Skenarioku boleh saja berkehendak untuk memilikimu, namun mungkin skenario tuhan tak sejalan dengan itu.
Maka dari itu aku sedang mempersiapkan diri untuk melepasmu perlahan. Aku senang atas kebahagianmu dengan dia, dan aku senang atas kebahagianku sesaat. Kebahagiaanku menyukaimu. Karna dari situ aku belajar bagaimana sesuatu terkadang bukan milikku, namun milik yan lain.
Biarlah aku menjadi salah satu partikel kecil di otakmu yang akan terekam nantinya. Jadi bila nanti kamu mengingat masa lalumu, pastikan ada aku yang menjadi masa lalumu, sebagai temanmu, mungkin?
Atau mungkin orang yang mencintaimu?
Dariku,
Masa lalumu
KAMU SEDANG MEMBACA
Letters
Teen FictionUntuk kamu yang disana, dari kami yang tak bisa nyatakan rasa.