20. Misi Baru

2 0 0
                                    

"Fuuuuh..." Bram menyeka dahinya yang berkeringat, menghela nafas panjang. Beberapa jam ini dia mengutak- atik kabel, kotak aki dan sebuah radio di ruangan khusus yang ada di ujung kompleks. Ia mengigit sebuah senter mini untuk meneranginya bekerja.

Nisa dan Visa mungkin sudah tidur sekarang. Tapi ada Triever bersama mereka, anjing itu akan menggonggong jika terjadi sesuatu.

Bram sudah memasang dan mengencangkan kabel pada box radio. Seharusnya benda usang sialan ini bisa di operasikan sekarang.

-klik.

Bersamaan dengan tombol power ditekan, lampu- lampu di radio itu menyala. Bram tersenyum lebar dan segera mengenakan headset di kepalanya.

Ia meraih sebuah buku kecil di dalam tas nya. Lalu membuka- buka halaman buku kecil itu. Rasanya sudah lama sekali sejak ia membuka kembali buku yang ia pakai saat bertugas dulu.

"Frekwensi- frekwensi.." gumam Bram dengan senter masih di mulut. Jarinya bergerak menyusuri tulisan- tulisan lamanya pada lembaran buku yang sudah kekuningan itu.
Lalu gerakan jarinya terhenti.

"Ini dia," ujar Bram setelah menemukan tabel yang ia cari. Bram segera meraih kenop putar di radio sambil menekan tombol bicara.

"Pusat monitor?" Bram mencoba melakukan beberapa kali panggilan. "415 di sini. Ganti?"

Hening tak ada jawaban. Hanya suara statis kemeresak yang terdengar dari headset Bram. Ia menggerakkan kenop putar itu sedikit saja untuk menyesuaikan frekwensinya.

"Pusat monitor?" Bram kembali memanggil. "Pusat monitor. 415 di sini, ganti?"

Masih suara statis yang menyapanya. Beberapa menit berlalu, namun Bram masih mendapatkan hasil yang tak sesuai harapan.

Bram kembali membaca lembaran bukunya, memastikan bahwa ia masuk ke frekwensi radio yang benar.

"Sialan," Bram menggertakkan rahangnya sebal.

Apakah radio komunikasi ini sudah rusak karena sudah dua tahun tak pernah digunakan?

Atau memang keadaan sudah separah itu sehingga saluran khusus darurat Puspen sampai tidak beroperasi?

Lalu bagaimana dengan nasib mereka jika informasi tentang Visa tidak sampai ke pusat?

Bram kembali mencoba melakukan panggilan satu kali lagi. Jika ini masih gagal, ia memutuskan untuk beristirahat saja. Dan mencoba lagi esok hari saat sudah terang.

"Pusat monitor," ucap Bram malas.

"..uk."

Bram mengernyit.

Ia menahan nafas sambil mempertajam pendengarannya. Tubuhnya menegak, matanya menatap frekwensi di radio. Rasanya sekilas tadi ia mendengar suara di antara kemerisik statik.

"..masuk!!"

Bram menggebrak meja saking senangnya ia mendengar sahutan dari seberang. Dengan segera ia mencondongkan badan untuk merespon.

"Pusat masuk! 415 di sini, ganti!"

"Question: Yudha?" tanya operator pusat.

Pihak operator mencoba men-screening pihak penghubung dengan cara melakukan challenge code, di mana penghubung mereka harus merespon kode yang ditanyakan dengan jawaban yang benar.

"Answer: Wastu Pramuka," jawab Bram. Yonif 415 adalah bagian dari infanteri, maka challenge code nya adalah motto mereka.

"Identify," perintah operator pusat.

"Letda Infanteri Bramantyo Setya, NRP 8900-" sahut Bram segera menjawab identitas dan pangkatnya saat masih menjadi anggota aktif.

"Identification: clear. Senang mendengar ada survivor di luar sana!" sahut operator pusat.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: 6 hours ago ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

INFEK (on going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora