Nine

61 13 0
                                    

"Bibi Bella, aku mohon jangan mereka, aku mohon," Draco memuntahkan darah dari mulutnya, tapi tetap merangkak menuju Bellatrix, wanita gila itu hanya tertawa melihat bagaimana buruknya keadaan keponakannya.

"AKKHH," di sisi lain, Luna yang sudah berulang kali dilempari kutukan tak termaafkan, berusaha memeluk triplets yang keadaannya tidak jauh beda.

"Ah keluarga yang malang," ucap Bellatrix berekpresi pura-pura murung, dan kemudian tertawa jenaka, wanita itu melempar sihirnya ke arah Draco, membuat tubuh keponakannya terlempar dan menabrak tembok.

"Dad/Dray!" Luna dan triplets berteriak dengan lemah.

"Siap dengan pertunjukan utama keponakan ku?" Tanya Bellatrix bersimpati.

"Jangan, jangan mereka, bunuh aku, bunuh aku saja, aku yang berhak mati, jangan mereka," Draco berusaha merangkak ke arah istri dan anak-anaknya meskipun sekujur tubuhnya begitu sakit.

"Lucius, habisi mereka," itu adalah ucapan dari Voldemort dan Lucius mengangguk.

"AVADA KEDAVRA!" teriak Lucius dan tongkatnya mengarah ke Luna dan triplets yang sedang saling memeluk satu sama lain.

"NO NO FATHER NOOOO!" Draco berteriak, tidak perduli seberapa sakit tenggorokannya seolah pita suaranya dapat putus saat itu juga, dia tetap berteriak, histeris terhadap apa yang dia lihat, bagaimana 4 orang kesayangannya sudah tergeletak tidak bernyawa.

"TIDAK!"

Draco tersentak dalam tidurnya, dadanya panas dan sakit, sangat sakit hingga membuatnya terbatuk begitu hebat. Dia bisa merasakan ranjangnya basah karena keringat, dia seperti habis tersiram air, kepalanya sakit, bahkan sekarang hidungnya mimisan.

Tapi dia tidak perduli, Draco langsung bangun dan menuju ke kamar murid tahun ke-5, dia membuka kamar yang ditempati oleh Lysander dan Scorpius, melihat bagaimana keduanya tampak tenang terlelap di ranjang tidurnya. Kaki panjangnya terasa meleleh, dan dia jatuh di lantai, hanya menatap dua 'putra'nya dengan raut kesakitan. Draco begitu sesak, dia ingin melihat Luna dan Selene, hatinya tidak tenang, dia harus menemui Luna dan Selene. Tangisan meluncur bebas dari mulutnya, tapi Draco mundur menabrak tembok dan menggigit punggung tangannya kuat-kuat demi menahan suaranya.

"Dad?!" Itu Scorpius, dia bangun dan terkejut melihat keadaan Draco yang sangat jauh dari kata baik, piyama Draco yang berwarna putih sudah terkena cairan kental merah yang berasal dari hidungnya, membuat Scorpius langsung melompat dari ranjangnya dan bergerak menuju Draco.

"Apa yang terjadi? Kau sakit? Ayo ke hospital wing, Da-" ucapannya terhenti saat Draco memeluknya erat, dia bahkan bisa mendengar detak jantung ayahnya yang sangat cepat, telapak tangan Draco juga sangat basah dan dingin, dia bisa merasakan luapan emosional dan tidak stabilnya mental ayahnya sekarang, seolah-olah Draco mengalami hal yang sangat buruk.

"Kau hidup, Lysander hidup, Luna dan Selene hidup, kalian hidup," ucap Draco sedikit tidak jelas, lebih banyak suara bergetar dalam setiap kalimatnya.

"Dad ayo ke hospital wing, atau kau mau minum?" Scorpius memantrai sekitar mereka agar suara mereka tidak bocor dan membangunkan yang lain.

Draco meraih wajah Scorpius, dan dari dekat anak itu semakin melihat betapa kacaunya keadaan Draco.

"Dad, kau masih mimisan, ayo!" Scorpius menjadi merengek memaksa Draco pergi mengobati dirinya.

"Kau tidak apa-apa?" Draco berucap lirih, seperti bisikan putus asa, rasanya begitu sakit didengar oleh Scorpius, dia tidak pernah melihat ayahnya se-putus asa ini, ayahnya selalu bersinar dengan lembut, bukan berupa sosok yang sangat menyedihkan seperti yang dia lihat sekarang.

"Aku tidak apa-apa, sekarang Daddy harus bangun, aku akan membangunkan Lysander sebentar," Draco meraih lengan Scorpius.

"Jangan, biarkan saudaramu tidur," larangnya.

"Kalau begitu ayo keluar dulu, setidaknya kau butuh ruang rekreasi yang lebih luas," Draco mengangguk kecil dan mengikuti saat tubuhnya dipapah oleh Scorpius untuk keluar kamar, anak itu membantu Draco duduk dan mulai mengobati Draco, dia menolak dibawa ke hospital wing, jadi hanya diobati mandiri oleh Scorpius, beruntung anak itu tahu banyak mantra penyembuh.

Scorpius memilih tidak menanyakan apa yang terjadi, dia hanya fokus merawat ayahnya, juga menyeka darah yang ada di wajah Draco, kemudian menyuruhnya berbaring di sofa common room. Hah suhu tubuh Draco juga sangat panas sekarang, untung saja dia punya persediaan ramuan demam, Scorpius membiarkan Draco istirahat, meskipun berbagai pertanyaan mengakar dalam otaknya.

.
.
.

"Psstt, Luna? Kau lihat tidak Malfoy terus menatap mu sepanjang kelas?" Bisik Lisa di telinga Luna saat mereka kelas ramuan sekarang. Sontak mata biru gadis itu bertemu dengan mata abu-abu milik Draco membuat mereka menatap satu sama lain.

"AVADA KEDAVRA!"

Detak jantung Draco bertalu-talu dengan cepat, lagi-lagi perasaan tercekik membuatnya sulit bernapas dan itu karena melihat Luna. Mimpi itu masih segar dalam ingatannya, bagaimana tubuh mungil Luna berusaha menutupi ketiga anak mereka saat dilempar mantra oleh Lucius.

"Luna hidup, dia ada dihadapanku," batin Draco berusaha tenang. Dia sudah mengecek Selene dan Selene baik-baik saja. Merasa cukup melihat Luna dan putra-putrinya hidup dan bersamanya.

Draco harus mengembalikan triplets ke masa depan, dia tidakan membiarkan triplets bersamanya terus menerus, perang mungkin akan segera pecah mengingat Potter belum membunuh Dark Lord (Draco lebih percaya ramalan Potter akan membunuh Voldemort, ketimbang kepercayaan diri Voldemort akan membunuh Potter). Mempertahankan triplets di sini sama saja dengan mengancam nyawa mereka. Sementara di sisi Luna, dia melihat Draco dengan mengernyit, wajah dingin itu memang masih mempertahankan eskpresi datarnya, tapi mata tidak bisa bohong, mata Draco menatapnya dengan khawatir dan Luna merasa aneh dengan itu. Saat memikirkannya membuat Luna menjadi tidak fokus sehingga tanpa sengaja bagian tangannya bersentuhan dengan kuali yang panas dan

"AKHH" 

Tubuh Draco bergetar, pekikan Luna sangat persis di mimpinya, tapi Draco tidak melakukan apapun. Meskipun raganya ingin sekali berlari ke arah Luna dan meraih tangannya, Draco tidak bisa.

"Brengsek, lihat saja jika botak sialan itu sudah mati nanti, aku akan merayakan kekalahannya dengan pesta besar-besaran 7 hari 7 malam," umpat Draco dalam hati, alasan kenapa raganya tetap di tempat adalah karena statusnya sebagai pelahap maut, Luna akan dalam bahaya jika sampai ada yang membocorkan kepeduliannya terhadap Luna, mengingat gadis itu teman trio Gryffindor dan sahabat dari Ginny.

Draco hanya memandang bagaimana Lisa dan teman Ravenclaw yang lain mulai melihat luka Luna, sedikit tenang karena Draco melihat ada yang perduli dengan kondisi kecelakaan Luna. Pandangan Draco mulai beralih ke pekerjaannya lagi meskipun pikirannya tertuju pada Luna.

TBC

Time Turner | DRUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang