Eleven

30 9 1
                                    

Draco menatap nanar Vanishing Cabinet yang sekarang berhasil dia perbaiki, memorinya mengingat percakapannya dengan Bellatrix.

FLashback

"Apa mungkin kalian juga melukai murid ketika masuk kastil?" Tanya Draco setelah pertemuannya dengan Pangeran Kegelapan dan mengatakan jika Vanishing Cabinet telah berfungsi. Dia harus memastikan jika Luna dan triplets akan tetap aman.

"Tidak kecuali mereka menjadi penghalang, meskipun aku ingin membunuh mereka semua, tapi belum saatnya mereka mati, mereka akan mati ketika perang utama," Jawab Bellatrix memainkan tongkatnya. Draco meremas celana bahannya kuat, perkataan Bellatrix membuatnya ketakutan setengah mati.

"Kenapa? Apa kau memiliki seseorang yang ingin kau lindungi?" Tanyanya menyeringai.

"Aku hanya memastikan diriku tetap tenang pasca tugas ini, aku tidak ingin timbul kekacauan yang membuatku merasa tidak nyaman di Hogwarts," Jawab Draco malas.

"Kami memastikan kenyamananmu keponakanku, dan sesuai keinginanmu, aku pastikan tidak ada yang kacau, kita akan melarikan diri setelah tugas ini," ujarnya dan kemudian wanita itu maju mengecup pipi kiri Draco dan melangkah meninggalkan Draco sendiri.

"Bajingan," Draco meludah merasa jijik dengan tindakan bibinya.

Flashback End

"Jalang sialan," desis Draco ketika mengingat Bellatrix, bukan tanpa alasan, Bellatrix suka sekali bersikap seenaknya dan merasa jika Dark Lord menyukainya, dia bahkan tahu bagaimana wanita itu ingin sekali menjadi pasangan Voldemort yang bahkan semua orang tahu jika Voldemort tidak berminat dengan wanita, bahkan pria sekalipun, kasarnya Voldemort tidak memiliki jiwa untuk bercinta. Jangan suruh Draco menjelaskan soal Rodolphus, bibinya dan pria itu menikah karena mereka darah murni, bukan karena cinta dan sejenisnya.

Draco dengan cepat menetralkan kembali raut wajahnya dan bersiap atas kedatangan pelahap maut, wajah Bellatrix yang pertama muncul, kemudian dilanjut 5 orang lagi, mereka adalah yang paling setia terhadap Voldemort. Bellatrix menyeringai melihat wajah Draco, di matanya Draco tampak bersemangat dengan tugasnya.

"Jangan membuang waktu lagi," ujar Yaxley mendengus.

"Menara astronomi," ucap Bellatrix.

Dan disinilah Draco, menara astronomi berhadapan dengan Albus Dumbledore. 

Tangan Draco gemetar, sementara Dumbledore menatap Draco dengan pandangan sedih dan kasihan. Dia sudah mengetahui tugas itu, dan Dumbledore ingin Draco tidak mengalami tekanan mental dengan tugas membunuhnya. Tongkat Dumbledore sudah Draco lucuti terlebih dahulu.

Bellatrix ada di belakangnya dan mengucapkan kata-kata tentang betapa bangganya dia terhadap Draco. "Kerja bagus Draco, tinggal bunuh dia dan tugasmu selesai," ucapnya berbisik.

"Aku pikir kita bisa berbicara tenang soal ini," ucap Dumbledore tenang.

"Kau tidak harus menuruti perintah Voldemort, kita bisa membuatmu dan keluargamu aman, kita bisa melakukannya," Dumbledore mencoba bernegosiasi, tapi Draco tidak bisa, segalanya begitu rumit dalam pikirannya.

"Aku tidak butuh pertolonganmu. Tidakkah kau tahu?! Aku harus melakukannya, aku harus membunuhmu!" Bentak Draco frustasi. Draco menggulung lengannya, dan menampakkan tanda kegelapan yang dia miliki.

"Ini, aku harus membunuhmu karena ini," Draco membentak.

Severus datang, berada di samping Draco dan ikut menatap seluruh pelahap maut serta Dumbledore. Tatapan Dumbledore beralih ke Severus.

"Severus, please..."

"Avada Kedavra!" Dumbledore tewas, tubuhnya terdorong dari atas menara astronomi dan jatuh ke bawah.

Draco tersentak, sementara pelahap maut lain mengernyit bagaimana tugas yang harusnya dikerjakan oleh Draco tapi malah diambil alih oleh Severus, meskipun begitu mereka tetap bergerak cepat untuk melarikan diri.

Sejujurnya dalam pelarian itu Bellatrix ingin sekali membuat kekacauan, tapi dia urungkan niatnya karena kesepakatan terhadap Draco, jadi mereka terus berjalan dalam pelarian, dan Draco dibawah pengawasan dan perlindungan Severus. Mata Draco selalu melihat sekeliling, memastikan Luna dan triplets tidak berada dekat dengannya dan pelahap maut lain.

Sementara di sisi lain semua murid berkumpul di bawah menara astronomi, menghampiri jasad Dumbledore, tak terkecuali triplets. Ketiganya menatap tidak percaya apa yang terjadi di depan mereka.

"Siapa yang melakukan ini?" bisik Lysander takut. Dumbledore dalam pengetahuannya adalah salah satu penyihir terkuat, dan dia mati karena terbunuh. Itu membuatnya bertanya-tanya siapa pelakunya?

Selene tidak memperhatikan pertanyaan Lysander, melainkan segera bergeser ke arah Luna yang juga sama terguncangnya. Gadis memegang bahu Luna dan tanpa pikir panjang, Luna segera memeluk Selene. 

Mereka mengangkat tongkat mereka sebagai tanda berkabung.

.
.
.

Draco masih terdiam di tempatnya, berada di rumah kaca Malfoy Manor, otaknya memutar kembali ingatan bagaimana dia tidak mampu membunuh Dumbledore. Selama ditugaskan badannya menjadi lebih kurus, dan itu pernah ditanyakan oleh triplets yang khawatir terhadap kesehatannya. Tentu saja Draco tidak mungkin bilang

"Ini karena aku menjadi pelahap maut, antek-anteknya pangeran kegelapan."

Draco tidak segila itu langsung blak-blakan terhadap siapa dirinya, dia tidak berani. Triplets mengetahui karakter buruk ayahnya di masa lalu saja sudah terkejut, apalagi jika mereka tahu jika Draco pernah menjadi bawahan dari penyihir gelap, sementara Draco di masa depan melarang triplets mempelajari sihir gelap.

"Draco," Draco melirik ke arah presensi orang yang datang, Severus Snape.

"Paman Sev," balas Draco dan mengalihkan pandangannya pada bunga-bunga milik Narcissa disana.

Severus terdiam beberapa saat sebelum membuka suaranya. "Dumbledore memberikan ini padaku," tangan Severus terulur dengan sebuah benda di genggamannya.

Time Turner.

"Dia sudah memperbaiki benda ini, dan memintaku menyerahkan padamu. Baik aku dan dia tahu soal tiga anak itu."

Badan Draco menegang seketika.

"Bawa mereka kembali ke masa depan, terlalu berbahaya bagi orang di masa depan berada di masa ini, jangan sampai mereka kembali ke masa mereka dalam keadaan tinggal jasad," kata-kata Severus seolah menusuk jiwanya, dan itu membuat Draco secara spontan menatap tajam ayah baptisnya.

"Aku harap kau menarik ucapanmu," desisnya marah.

"Ini hanya peringatan, bergerak lebih cepat akan meningkatkan presentase keselamatan mereka," setelah mengatakan itu Severus melangkah pergi. Saat dia meraih gagang pintu rumah kaca, suara Draco menghentikannya.

"Terima kasih."

"Untuk?"

"Menara astronomi dan time turner ini," Draco menjawab dengan lirih.

"Pergilah ke makam Dumbledore untuk terima kasih itu," ucap Severus tak acuh dan langsung kembali melangkah keluar, membuat Draco tertegun.

Dumbledore

Dumbledore

Dumbledore

Harus dengan cara apa Draco berterima kasih? Sementara dia adalah orang yang mencoba membunuhnya.

TBC

Nah akhirnya Eleven rilis juga, maaf yh lama, cuz ak sibuk sekali, thanks juga masih baca book ini, mungkin 1 atau 2 chapter lagi tamat, terus akan diganti one shoot keluarga mereka🤟🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time Turner | DRUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang