Two

114 11 0
                                    

"Jangan terlalu memaksakan diri belajar, dan jangan menjahili teman-teman kalian," Peringat Draco ketika mengantar triplets ke peron 9¾. Ini adalah tahun ke 5 mereka di Hogwarts. Dan jika boleh jujur, Draco masih merasa was-was dengan dunia sihir. Melihat anak-anaknya nyaman dan bahagia membuat hatinya sedikit tenang.

"Pastikan untuk selalu mengabari kami, makan yang banyak dan jadilah anak baik. Mengerti semua?" Kali ini suara Luna menasehati, dan membuat ketiga anak-anak itu memberikan gesture hormat.

"Kami pergi Mom Dad."

"Paman Draco, Bibi Luna!" Itu suara Lily yang tengah membawa koper-kopernya, ah anak itu akan memasuki tahun pertama.

"Hai bunga kecil, dimana kedua orang tuamu?" Tanya Draco menyapa dengan senyum hangat.

"Mereka disana," Gadis kecil itu menunjuk presensi orang tuanya yang berada di belakang.

"Segeralah masuk Lily!" Perintah Harry pada putrinya ketika dua anaknya yang lain sudah memasuki gerbong kereta.

"Bye Paman Draco, Bibi Luna!" Seru Lily melambaikan tangan.

"Dan di mana Hermione dan Ron, tidak bersama kalian?" Tanya Luna ketika tidak menemukan dua sahabatnya yang lain, biasanya pasangan itu akan berangkat mengantarnya anaknya bersama-sama.

"Mereka sudah lebih dulu pergi, keduanya ada tugas di kantor," jelas Ginny.

"Hai kawan!" secara kebetulan mereka bertemu dengan pasangan Zabini dan Longbottom.

"Valerie dan Noah sudah masuk ke dalam gerbong?" Tanya Harry memulai percakapan.

"Sudah lebih dulu, mereka janjian duduk bersama anak-anak kalian," Jawab Pansy.

"Kau tahu Luna? Valerie sempat merajuk pada kami karena tidak bisa datang ke Pesta kalian," ungkap Pansy dan disambut gelak tawa dari Draco dan Luna.

"Ah dan ini, ini hadiah untuk kalian." Ucap Pansy memberikan sebuah bingkisan kepada Luna.

"Kami juga ingin memberikan ini," Kali ini Hannah yang berbicara, diapun juga memberikan sebuah bingkisan pada pasangan blonde di depannya.

"Oh wow, seharusnya tidak perlu repot-repot," Balas Draco merasa tidak enak.

"Tidak-tidak, kami sama sekali tidak repot. Kalian sudah mengundang kami kemarin, jadi itu hadiah yang kalian dapat," Ucap Blaise mewakili.

Melihat kereta yang hendak berangkat, para orang tua serentak mulai melambaikan tangannya, begitupun dengan para murid yang siap menempuh pendidikan di Hogwarts. Kereta semakin menjauh dan sedikit demi sedikit orang-orang mulai meninggalkan tempat untuk menuju rutinitas masing-masing.

.
.
.

Pada gerbong kereta kiri diisi oleh Selene, Scorpius, Lysander, James, Albus dan Lily. Gerbong kereta kanan diisi oleh Hugo, Rosetta, Valerie dan Noah. Seperti biasa, mereka mengobrol ria, kecuali Rosetta yang tengah asyik membaca sebuah novel yang baru saja ia beli beberapa hari yang lalu.

Bunyi kereta yang menandakan sampai tujuan membuat sebagian siswa mengerang, banyak diantara mereka yang tidak siap untuk belajar lagi. Satu persatu mulai turun dengan koper koper di tangan mereka.

Hogwarts, sekolah itu tidak berubah, bahkan sejak dulu sekalipun. Masih tetap menakjubkan dan pasti membuat para muggle iri ingin menjadi penyihir, terlepas dari seberapa mengerikannya perjuangan para penyihir untuk mendapatkan hidup yang layak dan terlepas dari teror.

Semua anak tahun pertama berkumpul mendengar ucapan Astoria Greengrass selaku wakil kepala sekolah, dan Profesor Marazion sebagai kepala sekolah. Astoria menjelaskan mengenai asrama pada siswa tahun pertama, sedangkan angkatan tingkat lanjut sudah duduk di meja asrama masing-masing.

Astoria mulai menyebutkan nama-nama yang harus maju untuk diseleksi. Lily mendapatkan asrama Hufflepuff, dan ini cukup mengejutkan semua orang. Sejarah baru bagaimana darah Weasley dan Potter bisa masuk asrama musang. Untung saja, sebelum masuk Harry dan Ginny sudah mewanti-wanti Lily agar menerima dan berbaur di asrama manapun dia ditempatkan. Mungkin membutuhkan waktu beradaptasi, tapi kalimat orang tuanya membuat Lily memiliki kepercayaan diri untuk menyapa siswa Hufflepuff dengan baik.

"Lily akan baik-baik saja James, berhenti menatap adikmu," Ujar Noah dengan gemas. Memang diantara James dan Albus, yang paling mengawasi Lily adalah James, wajar karena dia adalah sulung.

"Benar, kau lihat sendiri Lily bisa tertawa satu sama lain dengan temannya, dia anak yang pintar," sahut Nathalie yang duduk di sebelahnya.

Waktu semakin berjalan dan seleksi asrama sudah selesai. Para siswa dengan bebas menyantap makanan yang tersedia. Sesi makan malam itu berakhir dan para siswa sudah diharuskan kembali ke asrama, kecuali tahun pertama, mereka masih harus berkeliling sebagian kastil bersama prefek yang ditugaskan.

.
.
.

Sinar matahari sudah menampakkan sinarnya, menggantikan tugas sang bulan. Aktivitas sekolah mulai berjalan dimulai dari sarapan pagi, berlanjut menuju kelas masing-masing.

"Hah aku heran, kenapa kita semua masuk Slytherin? Tidak ada dari kita yang masuk Ravenclaw," gerutu Scorpius membuat kedua saudaranya memutar bola matanya malas. Bukan hanya Scorpius, tapi Selene dan Lysander juga bosan selalu bertiga terus menerus. Di rumah bertemu, di sekolah juga satu asrama, benar-benar tidak ada suasana baru.

"Sudahlah, ini masih pagi demi Merlin, tanyakan Mom dan Dad saja jika kau masih bertanya-tanya mengapa kita masuk Slytherin semua," hardik Selene malas. Kelas pertama mereka hari ini adalah kelas ramalan, pelajaran yang disukai Lysander tapi dibenci oleh Scorpius.

Scorpius memang membenci ramalan karena menurutnya itu tidak berguna. Ramalan hanya bisa memprediksi kejadian masa depan, bukan hari esok atau minggu selanjutnya, jadi itu tidak berguna. Untung saja, kelas itu diampu oleh Profesor Parvati Patil yang cukup menyenangkan, setidaknya Scorpius punya alasan untuk tidak tertidur di kelas tersebut.

"Tunggu!" Secara tiba-tiba Selene berseru, dan menunjuk sebuah benda familiar tidak jauh di depan mereka. Tergeletak di lantai.

"Bukankah itu kalung milik Rosetta?" Mereka berdua sama-sama melihat benda yang ditunjuk kakak mereka.

"Hah, Rosetta memang sering 'membuang' barang-barangnya," ujar Lysander menggelengkan kepalanya.

Mereka bertiga mendekat dan Scorpius mengambil benda tersebut.

"Aku benar-benar takjub dengan model kalung ini, seumur-umur aku tidak pernah melihat bentuk yang sama, baik di aksesoris sihir ataupun muggle," ucap Selene memperhatikan kalung yang dipegang oleh sang adik.

Lysander dan Selene sama-sama menyentuh kalung berbentuk jam pasir, sentuhan itu menghasilkan sebuah sinkronisasi sihir dan tanpa aba-aba membuat mereka bertiga secara bersamaan menghilang dalam sekejap.

Kalung itu sebenarnya time turner.

TBC

Time Turner | DRUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang