Sakura Haruka hanya mengenal ketenangan dari cerita orang-orang disekitarnya, mereka mengatakan bahwa ketenangan itu adalah perihal yang paling menyenangkan. Bahkan di saat terluka, jika merasakan ketenangan semuanya juga akan baik-baik saja.
Akan tetapi, kenapa hanya Sakura di sini yang tidak merasakan sebuah ketenangan. Dia mengenalnya dengan baik, sayangnya tidak pernah sekalipun dapat merasakannya.
Sakura yang tumbuh tidak di cintai, dan Sakura yang telah lama di buang oleh keluarganya sendiri. Perlahan-lahan berusaha untuk tetap hidup dalam rasa sakit. Serta bertahan karena tidak ingin mati, kematian pun perihal menakutkan. Maka dari itu, Sakura tidak akan mati dengan cepat.
Walaupun dia tidak tahu, mau sampai kapan kehidupan ini berlanjut. Setidaknya Sakura terus mengurungkan niat untuk mengakhiri kehidupannya sendiri.
Dalam sebuah Keputus-asaanya saat dua orang dewasa datang menemuinya, dan hanya meminta maaf karena merasa bersalah. Membuat Sakura merasa muak untuk mendengarnya. Mereka datang bukan mengakui kesalahannya, itu semua sekedar formalitas semata.
"Ibumu tidak bisa mengandung, jadi kau satu-satunya anak kami Sakura. Ayo kembalilah ke rumah lagi," kata sang ayah yang memeluk Sakura.
Mendengarnya sudah membuat Sakura ingin sekali memukul pria baya yang memeluknya itu. Dia adalah seseorang yang waktu itu mengusirnya, hanya karena Sakura permintaan dari istri barunya itu.
"Ayah lebih memilih wanita itu kan? Wanita yang dulunya juga memintaku untuk pergi. Tapi sekarang kenapa ayah menemuiku, dan memintaku untuk pulang ke rumah? Apakah ini merupakan syarat dari kakek untuk menjadi penerus perusahaan berikutnya? Jika memang begitu. Mana mungkin aku bisa pulang. Padahal aku tahu, jika aku hanya dimanfaatkan saja," kata Sakura menahan air matanya untuk tidak menetes saat ini.
Sang ayah tidak mampu mengatakan sepatah katapun lagi, penyesalannya semakin menjadi-jadi saja. Dia yang lebih memilih wanita yang di cintainya, dan justru mengabaikan Sakura yang merupakan satu-satunya putra kandungnya sendiri.
Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya, padahal dia tahu bahwa Sakura selalu diberikan kasih sayang oleh kakeknya. Maka ketika mengetahui jika Sakura sudah lama tidak tinggal di rumah bersamanya, sang kakek menjadi sangat marah dan mengancamnya tidak akan menjadi penerus perusahaan berikutnya.
"Pulanglah ayah, aku sudah berusaha baik-baik saja di sini. Jangan biarkan aku terluka lagi."
Karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pria baya itu pun terpaksa untuk pergi dari sana. Perasaan menyesalnya telah membuatnya merasa sakit, apakah Sakura juga merasakan hal seperti ini saat dia mengusirnya? Seharusnya dia tidak memperlakukan Sakura dengan buruk kala itu.
Sementara dengan Sakura, dia mengusahakan dirinya untuk tidak terluka lagi. Sejauh ini dia juga sudah baik-baik saja. Walaupun sampai harus berbohong, karena bagaimanapun Sakura tidak mengetahui cara selain membohongi banyak hal. Bahkan membohongi dirinya sendiri.
Setelah beberapa hari berlalu, ayahnya yang penuh dengan penyesalan itu terus datang ke flatnya. Memberikan makanan yang enak, dan terkadang menginap di flat kecilnya. Sakura tidak menyukainya, tapi dia tidak bisa mengusirnya.
Hanya saja saat-saat tak menyenangkan itu telah berubah, ketika Sakura menemukan sebuah surat. Sebuah surat yang membuatnya semakin penasaran, siapa penulis surat tersebut? Karena rasa penasarannya Sakura memutuskan untuk mencari tahunya.
Dengan sebuah surat yang didapatkannya, perlahan-lahan kehidupan Sakura membaik. Dia yang sebelumnya kesulitan berdamai dengan keadaan, kini bisa melepaskan banyak hal yang membuatnya merasa sakit.
─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
TBC
Baca cerita ini, jika kalian menyukai cerita angst. Jangan memaksakan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuh Dengan Kebohongan [✓]
FanfictionKalimat semuanya akan baik-baik saja itu, hanyalah kalimat penghibur diri. Sementara dengan kenyataannya. Ada yang tak bisa di damaikan apalagi tersembuhkan. Hanya saja, Endo dengan ketulusannya membantu Sakura untuk sembuh. Kini Sakura yang baik-b...