Memang benar adanya, merindukan seseorang yang telah tiada itu adalah perihal yang paling menyakitkan. Saat tak dapat bertemu lagi, mengenang kenangan saat bersamanya saja tidak cukup. Kerinduan tak dapat terobati, dan kerinduan pun sulit sekali untuk tersampaikan.
Namun, apa boleh buat. Masing-masing dari semua orang juga merasakan fase kehilangan. Yang nantinya akan membawa mereka pada sebuah kerinduan mendalam, yang berujung pada duka.
Melepaskannya tidak semudah yang dibayangkan, dan mengenangnya dengan sangat baik. Tapi ikut juga terluka karena hanya kenangan yang mampu menghadirkannya.
Chika berusaha untuk melepaskan, dia juga sudah mengantarkan kepulangannya Endo dengan ketenangan. Walaupun pada akhirnya, dia tetap saja menangis dan berduka untuk waktu yang lama.
Setidaknya saat ini Chika kembali baik-baik saja, dia memiliki sebuah alasan untuk hidupnya. Dia memang harus hidup karena kehidupannya belum berakhir. Meskipun tidak pandai dalam hidupnya sendiri, Chika harus tetap hidup kan? Bagaimanapun hidup itu singkat. Akan lebih baik jika dia mampu mengartikan hidupnya di dunia ini.
"Sakura kau sudah menyiram bunganya?" tanya Chika sambil memperhatikan ke arah bunga, yang berada di dekat jendela.
Sambil menyembulkan kepalanya, Sakura memberikan jawaban atas pertanyaan dari Chika. "Belum, tolong kau sirimkan ya. Aku takut bunganya layu."
Setelah mendapatkan jawaban itu, Chika langsung mengambil air untuk disiramkan pada bunga anggrek bulan itu. Bunga yang di jaganya dengan baik, saat si pemiliknya masih hidup.
Padahalkan Chika tetap harus merawatnya, karena bunga itu pun bagian yang tertinggal dari Endo untuknya. Bunga kesayangannya—Endo karena merupakan bunga pemberian dari Chika.
"Chika, bunganya cantik. Tolong kau rawat ya, tolong gantikan aku untuk merawat bunga ini. Kalau aku sembuh, aku akan merawatnya dengan baik."
Sial! Chika justru mengingat kenangannya saat bersama Endo. Kenangan bersama Endo memang tidak dapat dilupakan, apalagi semua kenangan saat-saat bersama Endo itu terlalu berharga.
"Endo, aku akan merawat bunga ini untukmu. Kau jangan khawatirkan tentang bunganya ya, kau harus bahagia."
Ternyata kala Chika mengatakan hal demikian, Sakura mendengarnya. Dia tersenyum manis, dan hanya bisa menatapnya dari balik pintunya. Nyatanya Chika memang tidak bisa sepenuhnya melepaskan, tapi setidaknya dia sudah baik-baik saja sekarang.
Padahal sebelumnya Chika akan menangis sesenggukan saat melihat bunga anggrek bulan itu. Atau jika teringat akan Endo. Namun, sekarang dia bisa tersenyum tanpa meneteskan air matanya sama sekali.
Chika itu sangat penting bagi Sakura, jika dia kenapa-kenapa dan tak baik-baik saja. Sakura ikut terluka di buatnya. Setelah memiliki banyak hal-hal berharga dalam hidupnya, Sakura selalu memiliki alasan untuk hidup juga.
"Chika, kau makanlah dulu. Aku sudah menyiapkan sarapan pagi," kata Sakura yang sudah berjalan menuju dapur.
Meskipun Sakura bukan Endo, entah kenapa Chika selalu melihat Sakura itu tak berbeda jauh dari temannya itu. Barangkali karena Sakura pernah berkeinginan untuk menjadi sebaik Endo, tanpa sadar dia menyamai Endo hampir keseluruhannya.
Chika juga tidak mempermasalahkannya, hanya dengan persamaan itu. Chika justru baik-baik saja, sebab dia tak merasa benar-benar kehilangan. Masih ada bagian dari Endo yang hidup, dan akan dia jaga dengan sebaik mungkin agar tidak cepat menghilang juga.
✩.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。✩
Ketika Sakura merindukan Endo, dia pasti akan membaca surat yang pernah Endo berikan padanya. Surat yang tidak lagi berwana putih, kertas usang yang setidaknya masih bisa di baca. Sakura berusaha untuk menjaganya dengan baik, karena tulisan itu tidak pernah berubah. Sekalipun si penulis telah tiada.
Suo yang tidak sengaja mendapati Sakura membaca surat-surat yang pernah didapatkannya dari Endo itu. Membuat Suo langsung duduk di dekatnya, dia ikut membaca surat tersebut sambil tersenyum.
"Tulisan Endo rapi ya, bahkan di kertas ini tidak berubah sama sekali. Aku ingin menjadi seorang penulis, karena ketika aku bukan bagian dari dunia ini lagi. Tulisanku tetap tertinggal di dalamnya," kata Suo.
"Kau benar, aku ingin menyalin kata-kata Endo. Dan memberikannya pada yang lain. Karena aku ingin mereka tahu, jika Endo adalah seseorang yang mampu menuliskan kata-kata dengan makna yang indah."
Mendengarnya membuat Suo berantusias, dia menepuk-nepuk pundak Sakura dengan rasa bangga. Dan mengambil sekotak permen yang selalu di bawanya itu. Sebenarnya Suo memiliki kebiasaan, di mana dia suka mengunyah permen karet.
"Bagaimana jika kau menulis kata-kata milik Endo, dan kau tempelkan di beberapa permen ini. Atau snack lainnya," saran Suo sambil memberikan sekotak permen karet miliknya itu.
"Ah saran yang bisa dimanfaatkan. Kita ke kantin dulu, aku mau beli beberapa sncak yang kau sarankan itu Suo."
Sejak saat itu juga, Sakura seringkali meletakkan beberapa sncak di atas meja teman-teman sekelasnya. Tidak lupa pula dengan kata-katanya yang dia letakkan di paling atas. Kata-kata yang Endo tulis sebelumnya, kemudian di salin olehnya. Bahkan saat Chika mendapatkannya juga, anak itu tersenyum dengan perasaan senang.
Ternyata ada seseorang yang lebih tahu caranya untuk mengenang dengan baik. Dia memang melepaskan Endo demi sebuah ketenangan, dan juga agar baik-baik saja. Tapi dia tidak pernah sekalipun berkeinginan untuk melupakannya.
Tidak apa-apa, meskipun tulisan tangannya itu bukan miliknya Endo. Setidaknya kata-kata yang tertuliskan merupakan kata-kata yang pernah Endo buat, bahkan Sakura menuliskan nama Endo di dalam note kecil itu.
Semuanya akan baik-baik saja.
Jika tak menemukan alasan untuk hidup. Maka kau hanya perlu untuk tetap hidup untuk menemukan alasan itu.Kata-kata itulah yang didapatkan oleh Chika. Padahal Sakura juga membagikan secara acak, dia tidak sengaja melakukannya. Chika tidak menyangka, jika kata-kata seperti itu pernah dituliskan oleh Endo. Yang ternyata dapat di baca olehnya juga, sesuai dengan keadaannya sekarang.
Chika juga mendengar perkataan yang membicarakan tentang Endo. Banyak yang tidak menyangka juga, jika Endo lah yang menulis kata-kata dengan makna sebagus itu. Seseorang yang terlihat tidak tertarik dengan tulisan, dan seperti seorang berandalan. Justru semuanya bertolak belakang dengan apa yang mereka lihat.
Berkat Sakura lah Endo di akui sebagai orang baik, sebelumnya saat mendengar kabar Endo meninggal. Terlalu banyak perkataan yang merendahkan, seakan-akan kematian Endo bukan hal yang perlu di kasihani. Hanya saja kali ini sudah berbeda, sebab orang-orang disekitarnya memberikan pengakuan pada Endo.
"Sakura, kenapa kau melakukan ini?" tanya Chika yang merasa penasaran.
"Aku merindukan Endo, ku pikir dengan cara seperti ini. Aku bisa menyampaikan kerinduanku dengan baik. Kemarin walaupun hanya sebentar, aku bertemu Endo di mimpiku. Dia tersenyum manis, aku yakin rasa sakitnya benar-benar menghilang. Seharusnya aku tidak mengkhawatirkannya lagi, dan mempercayai bahwa dia telah menemukan kebahagiaannya."
Untuk perkataan itu, Chika akui bahwa Sakura memang sangat menghargai Endo. Segala sesuatu yang dilakukannya juga mengandung ketulusan, karena bagaimanapun Sakura perlu melakukan kebaikan untuk Endo yang telah—menyelamatkannya.
Dia yang tidak baik-baik saja itu, kini telah menemukan sebuah kebahagiaan yang tak terduga-duga. Maka setelah dia baik-baik saja, menjadi kuat dan tak mudah terluka harus diutamakan olehnya.
━━━━━━༺༻ ━━━━━━
ᴛʙᴄᕦ🤗ᕤ
Yatta cerita ini akan segera berakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Penuh Dengan Kebohongan [✓]
Fanfic[ 𝗦𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶 ] Kalimat semuanya akan baik-baik saja itu, hanyalah kalimat penghibur diri. Sementara dengan kenyataannya. Ada yang tak bisa di damaikan apalagi tersembuhkan. Hanya saja, Endo dengan ketulusannya membantu Sakura untuk sembuh. Kini...