bagian sembilan || perkataan yang nyaris membunuhnya

93 15 0
                                    

Sakura selalu merasa iri pada mereka yang bahkan mengetahui kematiannya sendiri. Mereka memang merasakan sakit yang luar biasa, mereka yang berkeinginan untuk tetap hidup. Justru di minta untuk segera beristirahat.

Bagi Sakura sendiri, mereka akan mendapatkan ketenangan sesungguhnya. Dan karena tahu kapan akan mati, mereka akan melakukan banyak hal agar tidak menyesal.

Tidak seperti Sakura yang tak tahu kapan dia akan mati. Yang hidupnya dipenuhi oleh rasa takut, dan keinginannya untuk mati. Merasa bahwa dia tidak memiliki banyak kesempatan untuk berbuat baik, dia yang tak memiliki alasan apapun untuk lebih baik bertahan hidup saja.

Namun, keadaan nyatanya sudah berubah. Sakura harus menghargai banyak hal yang ada dalam hidupnya. Ketika dia yang memiliki kesempatan untuk melihat langit, dan melihat matahari terbit dengan sangat indah. Semua itu pantas untuk dihargai olehnya, agar keinginannya untuk mati teralihkan pada hal-hal yang baik saja. Yang kemudian membuatnya berkeinginan untuk hidup lebih lama lagi.

Karena bagaimanapun, hidup juga bukan tentang rasa sakit saja. Ada banyak kebahagiaan di dunia ini, apalagi jika dia tahu caranya untuk bersyukur.

Setelah mendapatkan kata-kata penguat, dan kebaikan dari orang-orang tulus padanya. Sakura telah menemukan sebuah alasan, pada akhirnya dia memang tetap di haruskan untuk hidup saja. Sambil menunggu Tuhan memintanya untuk pulang, dari pada pulang sendirian.

Hanya saja hal-hal baik tak selalu bisa dirasakan. Sakura memang mengakui hal itu, untuk hidupnya yang penuh rasa sakit. Hal-hal baik adalah perihal paling langka, sebanyak apapun dia mengusahakannya. Jika dia tidak beruntung, tetap saja dia akan terluka.

Seperti hari ini, ayahnya tiba-tiba datang ke flatnya lagi. Dia terlihat mabuk, dan membawa botol alkohol di tangannya. Sakura sudah mengusirnya, tapi dia justru memaksa masuk. Sakura tidak tahu harus melakukan apa, selain membiarkannya saja.

Padahal hari ini dia seharusnya berangkat ke sekolah, hanya saja dia urungkan niatnya. Jika membiarkan ayahnya sendirian dalam keadaan mabuk, pasti dia akan mengganggu tetangga yang lain. Karena kebiasaan ayahnya di saat mabuk, dia akan membuat keributan. Sambil membanting barang-barang didekatnya.

Sakura sudah tidak ingin lagi melihatnya, dia juga merasa senang saat tak tinggal bersama dengan sang ayah. Akan tetapi, hari ini bukan hari yang baik untuknya. Mau tidak mau Sakura terpaksa untuk berada di dekat ayahnya, agar pria baya itu tak membuat keributan.

"Bisa-bisanya wanita jalang itu tidak bisa memiliki anak. Padahal dia memintaku menikahinya karena mengandung anakku. Ternyata dia harus keguguran, sial dia menipuku," ucap si pria baya itu sambil meneguk alkohol di tangannya.

Padahal fakta bahwa wanita baya yang di cintainya itu tidak bisa bisa hamil lagi juga sudah lama. Kenapa dia harus membahasnya lagi, dan justru merutuk di belakangnya. Sementara dia depannya dia berperan sempurna sekali seperti pasangan suami istri.

Mendengarnya saja membuat Sakura muak, seharusnya dia bisa membuat ayahnya sadar diri. Bahwa tidak seharusnya dia menyalahkan orang lain saja, dirinya juga bersalah di sini.

"Sakura, kakekmu memintaku untuk membuatmu pulang ke rumah lagi. Jadi kau pulanglah, jika tidak aku tidak akan bisa menjadi penerus perusahaannya itu," kata sang ayah menatap Sakura dengan matanya yang sedikit sayu.

"Aku tidak akan kembali ke rumah. Karena setelah di usir, aku tidak memiliki alasan untuk pulang ke rumah lagi."

Karena perkataan Sakura itu, sang ayah justru terlihat sangat marah. Dia menarik tangan Sakura, dan mendorong tubuhnya sampai menabrak tembok di belakangnya. Hal yang sudah sering dilakukannya juga.

Padahal tidak seharusnya Sakura membuat ayahnya marah, karena saat ini emosi ayahnya pasti tak terkendalikan. Tapikan bukan sepenuhnya salah Sakura juga, dia hanya mengatakan apa yang mengandung kebenerannya.

Saat itu juga ayahnya memecahkan botol alkohol yang tadi berada di tangannya, mengambil salah satu pecahan botol tersebut yang sedikit runcing. Dengan gilanya lagi, mengarahkannya tepat pada leher Sakura.

"Lebih baik kau mati saja kan? Anak yang dilahirkan itu untuk menjadi berguna. Justru tidak berguna sama sekali," katanya yang tersenyum miring.

Namun, Sakura yang takut pada kematian pun. Mendorong pria baya itu menjauh darinya, dia tidak ingin mati dengan sia-sia. Lagian dia dilahirkan bukan untuk sekadar berguna saja, dia pantas untuk dicintai. Meskipun tak diberikan cinta sama sekali.

Dia pantas untuk hidup, dan tak harus mati di tangan ayahnya sendiri. Jika sudah seperti ini, Sakura pun perlu melawan. Dia memukul kuat ayahnya, dan membuatnya pingsan hanya dengan sekali pukul tepat mengenai dagunya. Mungkin karena ayahnya juga sudah kelewat mabuk, dia sampai pingsan.

Sakura pun langsung merebahkan tubuhnya di atas lantai keramik, dia menghela napasnya dengan kasar. Dan mengusap wajahnya dengan kasar pula. Yang terjadi hari ini nyaris saja membuatnya benar-benar mati.

Kemudian Sakura tertawa lepas, mentertawakan takdirnya yang mengenaskan seperti ini. Tak terbayangkan sama sekali, jika dia benar-benar mati. Dirinya yang dulu berkeinginan untuk mati, dan tak ada niatan untuk hidup lebih lama. Nyatanya sekarang takut pada kematiannya sendiri.

"Ayah tidak pernah tahu, aku yang berusaha untuk tidak mati. Justru dengan sengaja sekali dia ingin membunuhku. Yah, jika aku benar-benar mati, aku tidak akan memaafkanmu."

•.:°❀×═════════×❀°:.•

"Sakura tapi kau tidak kenapa-kenapa kan? Apa ada luka lain lagi?" tanya Suo setelah Sakura menceritakan apa yang terjadi dua hari yang lalu, dan penyebab dia tidak masuk sekolah.

Dia hanya bisa menceritakannya pada Suo, karena Suo menjadi salah satu orang yang di percayai olehnya. Setelah mendengarkan cerita dari Sakura, tentu saja dia benar-benar marah sekali.

Sakura memang baik-baik saja, tapikan bisa saja dia pun berbohong. Suo masih saja ragu pada Sakura, dia takut jika Sakura terpaksa berbohong padanya. Hanya karena tidak ingin Suo terlalu mengkhawatirkannya.

Tapikan Sakura kali ini juga bersungguh-sungguh, dia tidak berbohong. Karena dia berani melawan ayahnya, dia melindungi dirinya sendiri. Dan berakhir tak mendapatkan luka sedikitpun. Meskipun sebenarnya Sakura terluka, oleh perkataan dari ayahnya.

"Apa yang ayahmu katakan padamu?"

"Dia bilang aku tidak berguna, lebih baik aku mati. Tapi tidak apa-apa Suo. Meskipun dia mengatakan hal seperti itu, aku tidak akan mati dengan mudah. Aku masih memiliki banyak alasan untuk tetap hidup," kata Sakura tersenyum lebar, menunjukkan bahwa dia memang baik-baik saja.

Namun, Suo justru merasa sedih. Dia iba hati pada Sakura. Seseorang yang selalu berkeinginan untuk hidup, justru nyaris mati di tangan ayahnya sendiri. Bahkan ayahnya justru memintanya untuk lebih baik mati, pastinya Sakura tidak akan baik-baik saja. Dia terluka, hanya saja dia tak menyadarinya sama sekali.

Barangkali karena Sakura telah menjadi kuat, dan menemukan banyak alasan untuk tidak terluka lagi. Maka dia melepaskan rasa sakit, untuk bisa baik-baik saja.

"Jangan dengarkan apa yang ayahmu katakan, setiap anak yang dilahirkan untuk berguna. Mereka selalu menjadi berguna dengan caranya sendiri," kata Suo yang menyakinkan bahwa hidup Sakura itu berguna.

Sakura juga mengakuinya, setelah Endo memberitahu bahwa dia berharga. Maka Sakura harus mengakui dirinya sendiri pula. Dengan pengakuannya itu, Sakura pasti akan jauh lebih baik-baik saja dari sebelumnya.

"Aku ingin mencari banyak alasan untuk tetap hidup. Aku tidak ingin mati lebih dulu, aku ingin bahagia untuk waktu yang lama pula."

✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
TBC

Penuh Dengan Kebohongan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang