Uncertainty and courage

59 6 0
                                    

Hari-hari berlalu setelah makan malam itu, dan hubungan Sunghoon dan Jake mulai semakin dekat. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, tetapi di dalam hati Sunghoon, rasa cemas semakin meningkat. Ia tahu ada satu rahasia yang harus ia ungkapkan kepada Jake sesuatu yang bisa mengubah segalanya.

---

Suatu sore, Sunghoon dan Jake sedang berada di kafe favorit mereka setelah latihan. Aroma kopi memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Sunghoon merasakan ketegangan dalam dirinya, seolah-olah semua kata-kata yang ingin ia sampaikan terjebak di tenggorokannya.

"Hoon, lo kenapa? Sepertinya lo nggak fokus," tanya Jake, menatap Sunghoon dengan khawatir.

"Gue baik-baik saja," jawab Sunghoon cepat, meski dalam hatinya ia tahu itu tidak benar.

Jake mengangkat alis, tidak percaya. "Kita udah sahabatan lama, Hoon. Gue tahu kalau lo nggak baik-baik saja."

Mendengar kata-kata itu, Sunghoon merasa terjebak. Ia menatap cangkir kopinya, mencoba mencari keberanian untuk berbicara. "Jake, ada yang harus gue bilang."

---

Jake menunduk, matanya tertuju pada wajah Sunghoon yang tampak serius. "Apa itu?"

Sunghoon menghela napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan semua keberaniannya. "Gue... ada sesuatu yang perlu lo tahu tentang masa lalu gue."

Jake mengangguk, memberi sinyal bahwa ia siap mendengarkan. "Gue di sini buat lo."

"Sebelum kita mulai berhubungan, ada satu hal yang bikin gue takut. Kenapa gue agak ragu tentang kita..."

"Apa itu, Hoon?"

Sunghoon menatap Jake, merasakan keraguan semakin menggerogoti hatinya. "Gue pernah punya pengalaman buruk di masa lalu, yang bikin gue takut untuk membuka diri lagi."

---

Tiba-tiba suasana terasa semakin berat. "Apa maksud lo?" tanya Jake, terlihat penasaran dan sedikit khawatir.

"Gue pernah disakiti oleh orang yang gue percayai. Dan itu membuat gue sulit untuk sepenuhnya membuka diri," jawab Sunghoon, suaranya bergetar.

Jake menatapnya dengan lembut, matanya penuh pengertian. "Hoon, lo nggak perlu merasa terbebani. Gue di sini, dan gue ingin membantu lo."

"Tapi gue takut jika itu terjadi lagi. Gue nggak ingin kehilangan lo," Sunghoon melanjutkan, air mata menggenang di sudut matanya.

"Lo nggak akan kehilangan gue," Jake menjawab, meraih tangan Sunghoon dan menggenggamnya erat. "Gue berjanji akan selalu ada buat lo. Kita bisa melalui ini bersama."

---

Sunghoon merasa hatinya sedikit tenang. Momen itu mengingatkan dia betapa berartinya Jake dalam hidupnya. "Gue ingin percaya itu, Jake. Tapi masa lalu selalu menghantui gue."

"Itu wajar. Tapi kita harus berani menghadapi ketakutan kita," kata Jake, suaranya tegas namun lembut. "Kita bisa mulai perlahan-lahan."

Mereka terdiam sejenak, Sunghoon merasa sedikit lega. Namun, ketakutan masih tersisa di dalam dirinya. "Apa lo benar-benar siap untuk ini?" tanya Sunghoon, khawatir dengan keputusan mereka.

"Iya, Hoon. Gue siap," jawab Jake dengan penuh keyakinan.

---

Setelah beberapa saat, Sunghoon tersenyum, merasakan kehangatan yang mengalir di antara mereka. "Oke, kita coba."

Namun, saat mereka bersantai, suasana mendadak berubah ketika seorang teman lama Jake, Heeseung, tiba-tiba muncul. "Jake! Kalian berdua di sini?" teriak Heeseung, terlihat ceria.

Sunghoon langsung merasa gugup. "Eh, Heeseung!" jawab Jake, berusaha tersenyum. "Ini Sunghoon, teman gw."

Heeseung melihat Sunghoon dengan penasaran. "Oh, jadi ini dia yang lo ceritain! Senang ketemu lo!"

---

Sunghoon merasa sedikit tertekan. Ia tahu bahwa Jake pernah berbicara tentangnya, tetapi tidak pernah menyebutkan bahwa mereka telah mulai berkencan. Ia merasakan tatapan Heeseung yang menilai.

"Kita baru aja makan dan ngobrol," kata Jake, berusaha menjelaskan. "Lo mau gabung?"

Heeseung tersenyum lebar, tetapi ada sesuatu yang bisa dirasakan Sunghoon semacam skeptisisme. "Tentu saja! Gue penasaran dengan hubungan kalian."

Mendengar itu, Sunghoon merasa sedikit tidak nyaman. Jake dan Heeseung mulai berbicara, tetapi Sunghoon merasakan ketidaknyamanan yang semakin meningkat.

---

"Jadi, Hoon, lo suka olahraga?" tanya Heeseung, berusaha membangun obrolan.

"Iya, gue suka skate," jawab Sunghoon, berusaha tampil percaya diri meski hatinya berdebar.

"Bagus! Kita harus latihan bareng!" seru Heeseung, tetapi Sunghoon bisa merasakan keinginan Heeseung untuk lebih dekat dengan Jake.

Jake terlihat menikmati percakapan, tetapi Sunghoon merasa semakin terasing. "Gue... sebenarnya mau kembali ke latihan," kata Sunghoon, berusaha mencari cara untuk pergi.

"Oh, jangan buru-buru! Kita baru saja mulai berbincang," Heeseung menjawab, sedikit menghalangi Sunghoon untuk pergi.

---

Jake menatap Sunghoon, dan saat itu, Sunghoon tahu bahwa Jake bisa merasakan ketidaknyamanan yang mengalir di udara. "Hoon, kita bisa lanjut obrolan ini di lain waktu. Gimana kalau kita pergi?"

Sunghoon merasa sedikit lega mendengar itu. "Iya, sepertinya itu ide yang bagus."

"Baiklah, sampai jumpa!" Heeseung melambaikan tangan, tetapi Sunghoon merasakan tatapan skeptisnya.

---

Setelah keluar dari kafe, Sunghoon dan Jake berjalan di jalanan yang tenang. "Lo baik-baik saja?" tanya Jake, menatap Sunghoon dengan perhatian.

"Iya, gue hanya merasa sedikit tertekan tadi," jawab Sunghoon. "Heeseung terlihat... terlalu akrab."

Jake mengangguk, merasakan keraguan Sunghoon. "Gue ngerti. Tapi lo harus tahu, hubungan kita adalah yang terpenting. Gue nggak akan biarkan siapa pun mengganggu kita."

Sunghoon merasa hangat mendengar kata-kata Jake. "Makasih, Jake. Gue akan berusaha untuk percaya."

Namun, saat mereka berjalan pulang, Sunghoon tahu bahwa ketidakpastian masih mengintai. Ia harus siap menghadapi semua tantangan yang mungkin datang.

Jangan lupa vote makasih

Dangerous attractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang