Facing reality

126 12 0
                                    

Kejadian di ruang istirahat terus berputar dalam pikiran Jake. Setiap detik rasanya seperti menunggu momen yang tak terhindarkan. Apakah Sunghoon akan menjauh setelah apa yang terjadi? Atau, sebaliknya, hubungan mereka justru akan menjadi lebih dekat?

Hari berikutnya, Jake berusaha bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia berlatih dengan Kazuha dan Sunghoon seperti biasa, namun jantungnya terus berdebar setiap kali ia menatap Sunghoon.

---

Sementara itu, Sunghoon merasakan ketegangan yang sama. Setelah ciuman itu, ia merasa lebih sulit untuk menahan perasaannya terhadap Jake. Sunghoon mencoba bersikap santai, tetapi ketika mereka bertemu di arena es, suasana di antara mereka terasa berbeda.

"Ayo, Hoon! Kita harus latihan gerakan baru," seru Kazuha, mengalihkan perhatian Sunghoon dari pikirannya.

"Iya," jawab Sunghoon sambil berusaha tersenyum. Namun, di dalam hatinya, hanya ada satu orang yang ingin ia lihat,Jake.

Ketika latihan dimulai, Sunghoon tidak bisa tidak memperhatikan Jake. Cara Jake bergerak di atas es, begitu anggun dan kuat, membuat Sunghoon semakin terpesona. Setiap kali mereka berhadapan, ada energi tak terucap yang mengalir di antara mereka.

---

Setelah sesi latihan, mereka berkumpul di ruang istirahat. Kazuha dan Yunjin duduk di satu sisi, sementara Jake dan Sunghoon berada di sisi lainnya. Suasana tampak santai, tetapi Sunghoon merasa ketegangan di udara semakin meningkat.

"Jadi, kalian berdua, ada yang mau diceritakan?" tanya Yunjin, matanya bersinar dengan rasa ingin tahu.

Jake dan Sunghoon saling berpandangan, merasakan ketegangan yang sama.

"Nggak ada," jawab Sunghoon cepat, mencoba menenangkan suasana.

"C'mon! Nggak mungkin kalian cuma latihan doang," goda Yunjin, membuat Kazuha tertawa.

"Kita kan teman, udah pasti ada yang bisa kita obrolin," Kazuha menambahkan, melihat Sunghoon dengan tatapan menyelidik.

Jake mengambil napas dalam-dalam. "Gue... mungkin mau ngomong tentang kita, Hoon."

Semua perhatian tertuju pada mereka. Sunghoon merasa darahnya berdesir. "Apa yang mau lo bilang?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar.

---

Jake merasa semua mata menatapnya, tetapi ia tahu ini adalah momen penting. "Setelah ciuman kemarin... gue berpikir bahwa kita harus jujur sama diri sendiri. Kita udah sahabatan bertahun-tahun, tapi sekarang, perasaan kita udah mulai berubah."

Kazuha dan Yunjin menatap satu sama lain, terkejut dan tertarik pada dinamika baru ini.

"Gue juga ngerasa gitu," Sunghoon akhirnya berkata, suaranya pelan namun pasti. "Gue... senang sama lo, Jake. Lebih dari sekadar teman."

Jake merasa hatinya bergetar mendengar pengakuan Sunghoon. Ia ingin melangkah lebih dekat, tapi ragu untuk melakukannya di depan Kazuha dan Yunjin.

"Kalau gitu, kita bisa coba untuk... lebih dari sekadar teman, ya?" tanya Jake dengan penuh harap.

Sunghoon tersenyum lebar, ada rasa lega yang tak terlukiskan. "Iya, kita bisa."

---

Ketegangan di antara mereka perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh kehangatan baru yang tumbuh. Kazuha dan Yunjin merasa senang dengan perkembangan ini, dan mereka segera mendukung keduanya.

"Akhirnya!" teriak Yunjin, bangkit dari tempat duduknya dan merangkul keduanya. "Gue udah tahu kalian berdua cocok!"

Kazuha mengangguk setuju, meskipun ada sedikit kerutan di wajahnya masih ada bayang-bayang masa lalu yang menghantui. Namun, ia tahu bahwa Sunghoon dan Jake pantas mendapatkan kesempatan untuk bahagia.

---

Setelah momen tersebut, Sunghoon dan Jake mulai lebih terbuka satu sama lain. Mereka sering berlatih bersama, saling menguatkan dan memberi semangat. Sunghoon mulai merasakan perubahaan dalam diri Jake; sahabatnya kini tampak lebih ceria dan percaya diri.

Di sisi lain, Sunghoon juga mulai berani menunjukkan sisi-sisi barunya. Dia mulai terbuka tentang perasaannya dan berharap agar hubungan mereka semakin kuat.

"Hoon," Jake berkata suatu malam setelah latihan, mereka duduk di tepi arena yang sepi. "Gimana kalau kita pergi makan malam? Hanya kita berdua."

"Makan malam?" Sunghoon mengangkat alis, merasa berdebar. "Apa kita udah siap untuk itu?"

"Nggak ada salahnya kita mencoba," jawab Jake, tersenyum penuh percaya diri. "Gue ingin lo tahu bahwa kita bisa melakukan ini."

Sunghoon tersenyum, merasakan semangat yang baru. "Oke. Kita coba."

---

Malam itu, saat mereka meninggalkan arena es, Sunghoon merasakan getaran di hatinya. Perasaannya terhadap Jake semakin kuat, dan ia tahu tidak ada jalan untuk kembali. Mereka akan melangkah maju, bersama, dalam hubungan baru yang penuh harapan.

Namun, saat mereka beranjak pergi, Kazuha memandang mereka dengan senyum tipis, tetapi di dalam hatinya ada perasaan campur aduk apakah ia bisa benar-benar membiarkan Sunghoon pergi?

---

Jangan lupa vote yah makasih
Maaf klo aneh hehe

Dangerous attractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang