Stressful dinner

94 9 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sunghoon merasa campur aduk antara rasa bersemangat dan gugup saat mempersiapkan diri untuk makan malam dengan Jake. Ia memilih pakaian yang sederhana namun menarik kaos hitam yang pas dengan celana jeans. Di dalam hati, ia berdoa agar semuanya berjalan lancar.

---

Sementara itu, Jake juga bersiap-siap dengan hati-hati. Ia memilih kemeja putih yang membuatnya terlihat lebih rapi dan percaya diri. Ia ingin membuat momen ini spesial, meskipun ada sedikit rasa khawatir. "Apa yang terjadi jika Sunghoon tidak merasakan hal yang sama?" pikirnya.

Setelah saling berkirim pesan, mereka sepakat untuk bertemu di sebuah restoran kecil yang terkenal dengan masakan tradisional. Ketika Sunghoon tiba, ia melihat Jake sudah duduk menunggu dengan senyum lebar.

"Hoon! Lo datang!" seru Jake, bangkit dari kursi dan memeluk Sunghoon.

Sunghoon membalas pelukan itu, merasakan kehangatan yang menyebar di hatinya. "Iya, gue datang. Lo udah nunggu lama?"

Jake menggeleng, kemudian mengajak Sunghoon duduk. "Nggak, baru sebentar."

Mereka memesan makanan dan menikmati suasana santai di restoran yang ramai itu. Keduanya berbincang tentang hal-hal sepele tentang latihan, teman-teman, dan hal-hal lucu yang terjadi di sekolah. Namun, di balik obrolan santai itu, ada ketegangan yang tak terucapkan, membuat jantung Sunghoon berdegup lebih cepat.

---

Ketika makanan mereka tiba, Jake mengangkat gelasnya untuk bersulang. "Untuk kita, Hoon. Semoga ini menjadi awal yang baru."

"Untuk kita," jawab Sunghoon, menyentuh gelasnya ke gelas Jake.

Mereka mulai menyantap hidangan, tetapi Sunghoon merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia melihat Jake tersenyum, tetapi matanya tampak gelisah. "Jake, lo baik-baik aja?"

Jake menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Iya, cuman... ada yang pengen gue tanya."

Sunghoon merasa hatinya berdebar. "Apa?"

"Lo ngerasa aneh nggak? Dengan kita?"

Sunghoon menghela napas, tahu bahwa ini adalah momen penting. "Awalnya, iya. Tapi semakin kita berdua berinteraksi, gue merasa lebih baik."

"Gue juga. Tapi kadang gue bingung, apakah kita benar-benar siap untuk ini?"

---

Setelah beberapa saat terdiam, Sunghoon mengambil keberanian. "Gue ingin mencoba. Gue ingin lo tahu seberapa berarti lo bagi gue."

Jake tersenyum lebar, tetapi ekspresinya kembali serius. "Gue ingin kita saling jujur. Kita harus berbicara tentang perasaan kita."

"Gue setuju," jawab Sunghoon, merasakan ketegangan yang sama. "Tapi kita juga harus tahu apa yang kita inginkan dari hubungan ini."

Jake mengangguk, tetapi tiba-tiba, tatapannya menjadi kosong. "Kadang, gue takut kehilangan lo. Kita sudah berteman lama, dan jika ini gagal, semuanya bisa hancur."

"Tapi kita harus berani ambil risiko, kan?" Sunghoon membalas. "Kalau kita gak mencobanya, kita gak akan pernah tahu."

---

Makan malam berlanjut dengan lebih banyak perbincangan tentang masa depan, harapan, dan ketakutan. Momen-momen itu membuat keduanya semakin dekat. Mereka berbagi tawa, pandangan yang penuh makna, dan ketika makan malam hampir berakhir, Jake merasa berani untuk mengambil langkah lebih jauh.

"Hoon," Jake mulai, napasnya tertahan. "Gimana kalau kita melakukan sesuatu yang berbeda malam ini?"

Sunghoon mengangkat alis, penasaran. "Maksud lo?"

"Ciuman yang kita lakukan kemarin... apa kita bisa melakukannya lagi?"

Sebelum Sunghoon bisa menjawab, Jake sudah bergerak lebih dekat. Wajahnya bergetar antara rasa percaya diri dan rasa takut, tetapi ia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat.

"Kalau lo mau," Sunghoon menjawab pelan, merasakan detak jantungnya semakin cepat.

Jake tersenyum, seolah lega dengan jawaban Sunghoon. Ia kemudian melangkah maju dan mencium Sunghoon dengan lembut.

---
"Mmmppph"

Ciuman itu terasa lebih dalam dari sebelumnya seolah-olah semua ketegangan dan harapan terlampiaskan dalam satu momen. Mereka terjebak dalam dunia mereka sendiri, tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

Setelah beberapa detik, mereka berpisah benang saliva menyatu, saling menatap dengan mata penuh makna.

"Gue rasa kita bisa melakukan ini," Jake berkata dengan napas terengah-engah. "Kita bisa melangkah maju."

Sunghoon tersenyum, merasakan kebahagiaan yang meluap-luap di dalam dirinya. "Iya, kita bisa."

Namun, saat keduanya sedang terbuai dalam kebahagiaan, Kazuha dan Yunjin tiba-tiba muncul di depan mereka, tersenyum lebar.

"Kita bawa dessert buat kalian berdua!" teriak Kazuha, mengangkat kotak kecil berisi kue.

Sunghoon dan Jake terkejut, wajah mereka memerah karena malu. Kazuha dan Yunjin tidak menyadari momen penting yang baru saja terjadi antara keduanya.

---

"Makan dessert dulu, baru kita ngobrol," Yunjin berkata, mengambil tempat di samping mereka.

Momen manis itu tiba-tiba terasa lebih ringan. Sunghoon dan Jake saling berpandangan, tidak bisa menahan tawa. Mereka tahu, ini adalah awal dari sesuatu yang baru sesuatu yang indah.

"Terima kasih, Kazuha, Yunjin," Sunghoon mengucapkan sambil berusaha mengalihkan perhatian dari rasa malunya.

Keduanya berbincang lebih banyak, tetapi di dalam hati, Sunghoon dan Jake merasakan ikatan mereka semakin kuat.

--

Jangan lupa vote bebss

Dangerous attractionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang