6

84 11 0
                                    

.

Di sore menjelang matahari terbenam, zuohang duduk sendiri dipinggir lapangan menatap Zhixin yang sedang bermain sepak bola dengan timnya. Saat zuohang sedang terpaku oleh permainan zhixin, tiba-tiba Xinhao duduk di sebelah zuohang membisikkan sesuatu. Zuohang terkejut dan mencoba mengendalikan perasaannya. Segera, setelah itu zuohang berdiri dan berjalan menjauh dengan langkah cepat.

Di lapangan, Zhixin melihat zuohang yang pergi tanpa pamit merasa khawatir tapi zhixin sadar ia tidak bisa meninggalkan pertandingan saat ini. Sambil terus bermain, zhixin hanya bisa berharap bahwa zuohang aman dan tidak ada yang terjadi padanya.

Setelah turun dari bus seseorang menepuk pundaknya, zuohang kaget ternyata xinhao mengikutinya.

"Zuohang, jadi gimana?! Mau gue kasih tau ga?!"

"Zuohang!!!"

Xinhao tersenyum licik sementara zuohang harus terus berlari menghindari kejaran xinhao. Ketika menemukan sebuah toko kecil tanpa pikir panjang zuohang masuk ke dalam berusaha menenangkan diri sambil memesan minuman. Dengan tubuh yang sudah keringat dingin dan tangan yang gemetar zuohang merogoh ponselnya dan membuka aplikasi pesan, mengetik pesan pada tiarun.

'Tianrun'

 'Run'

 'Tolong...'

'Tolong jemput gue sekarang'

Tak lupa zuohang juga mengirimkan lokasi tempat ia bersembunyi. Setelah menunggu beberapa saat, tianrun tak kunjung membalas pesan membuat zuohang menjadi semakin cemas, matanya terus menatap layar ponselnya dengan penuh harap.

"Run please bales," lirih zuohang terlihat frustrasi.

Terlintas dalam pikiran zuohang untuk menghubungi junhao tapi zuohang tahu junhao tidak bisa membantunya kali ini karena dia sedang sakit. Mau tidak mau, zuohang harus menghadapi situasi ini sendirian. Dengan susah payah zuohang menarik napas panjang mencoba mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya untuk keluar dari toko dan melanjutkan perjalanannya ke rumah.

Keesokan harinya, Zuohang sudah berdiri di depan cermin mengenakan seragam sekolahnya. Meski zuohang terlihat sudah siap untuk bersekolah namun ada rasa bimbang menggelayuti hatinya. Ucapan Xinhao terus menghantui pikiran membuat zuohang merasa takut untuk menghadapi hari ini.

Tiba-tiba pintu terbuka. "Zhixin udah nunggu di depan." Ucap Tianrun.
Zuohang hanya mengangguk pelan.

Beberapa menit kemudian, zuohang keluar dari rumah. Zuohang melihat zhixin sudah duduk di atas motornya dengan helm lain yang menggantung di tangannya. Begitu menyadari kehadiran zuohang, zhixin tersenyum.

"Kemarin lo baik-baik aja kan, hang?"

"Iya gue baik-baik aja. Kemarin gue ada urusan mendadak sampe malem jadi lupa ngabarin lo." Zhixin mengangguk dan menyerahkan helm pada zuohang. Saat zuohang sudah memakai helm tiba-tiba zuohang mendekati wajah zhixin dan berbisik pelan.

"Zhi, hari ini kita bolos yuk."

Dahi zhixin mengerutkan kening, menatap zuohang dengan rasa heran. Tidak biasanya zuohang mengajaknya membolos. Namun zhixin tetap mengiyakan ajakan itu dengan anggukan.

Zhixin mengajak zuohang pergi ke bioskop kecil yang ada di sudut kota. Mereka memilih film yang tidak terlalu populer namun cukup menarik perhatian mereka. Selama satu setengah jam zhixin dan zuohang duduk bersantai menikmati filmnya. Kali ini zuohang merasa lebih santai di tempat yang sunyi ini tanpa sadar zuohang menyandarkan kepalanya di bahu zhixin. Zhixin tersenyum kecil menikmati momen ini.

Setelah selesai menonton, zhixin mengajak zuohang untuk mencari tempat makan. Mereka menemukan sebuah kafe yang tak jauh dari bioskop. Di sana, mereka menikmati camilan ringan sambil tertawa bersama. Tak lama, zuohang mengusulkan untuk pergi ke pusat permainan arcade. Mereka menghabiskan waktu untuk memainkan berbagai game seru disana. Suasana menjadi lebih penuh tawa. Zhixin yang biasanya tenang sekarang lebih banyak menunjukkan sisi cerianya.

Saking asyiknya tak terasa hari sudah gelap dan setelah puas bermain zhixin mengajak zuohang pergi ke restoran untuk makan malam. Restoran itu terletak di atas bukit kecil. Zhixin dan Zuohang duduk menyantap makan malam mereka sambil menikmati pemandangan malam yang indah.

Setelah selesai makan, zhixin muai memandangi zuohang sebelum akhirnya zhixin membuka suara.

"Hang, gue udah lama pengen nanya ini... sebenernya apa yang terjadi sama lo dan Ma Jiaqi?" suara zhixin terdengar lembut tapi serius.

Zuohang yang awalnya terlihat santai menjadi kosong, matanya hilang fokus dan ekspresi wajahnya berubah. Zhixin menyadari perubahan Zuohang, mencoba lebih lembut,

"Gue gak maksa lo cerita tapi siapa tau dengan lo bercerita gue bisa bantu, jadi lo ngga sendiri ngadepin ini semua,"

Zuohang tetap diam namun zhixin tidak menyerah. Zhixin dengan sabar menunggu sembari menatap zuohang dengan penuh perhatian. Setelah menunggu cukup lama akhirnya zuohang menghela napas panjang dan mulai bicara.

"G-gu..gue dulu gak sengaja nyelakain xinhao pas main basket, di mana bola itu kelempar kena kepala xinhao sampe pingsan. Insiden itu yang bikin jiaqi benci ke gue."

"2 hari setelah insiden itu, lo sama gue berantem hebat, Jiaqi manfaatin momen-momen gue sendirian untuk ngebully dan ngehajar gue. Sampe puncaknya, Jiaqi ngehajar gue tanpa ampun, dia juga ngedorong gue ke jalanan sampe gue keserempet mobil dan kepala gue kebentur tiang listrik. Gara-gara itu gue gak berangkat hampir dua bulan, gue juga hilang ingatan sementara."

"Dan beberapa hari lalu jiaqi mulai ngebully gue lagi, untung ada junhao nolongin gue. Jujur gue taku banget zhi,"

Diam-diam zhixin mengepalkan tangannya erat-erat mendengar cerita zuohang namun ketika melihat tangan zuohang yang gemetar zhixin langsung menggenggam tangan zuohang dan mengelusnya.

"Hang, gue gak bakal biarin kejadian itu terulang lagi. Lo gak sendiri, mulai sekarang gue bakal selalu ada buat lo.." ucap zhixin lembut.

Zuohang yang semula tegang menjadi tenang.

"Makasih, Zhi..."Melihat zuohang yang mulai menitikan air matanya tanpa berpikir panjang zhixin mendekatkan tubuhnya dan menarik zuohang ke dalam pelukannya.

Zhixin berbisik di telinga zuohang, "lo gak perlu takut lagi. Gue ada di sini buat lo."

Kini zuohang merasa kenyamanan luar biasa di pelukan zhixin seolah-olah beban yang selama ini dipikulnya hilang begitu saja. Tangan zuohang perlahan membalas pelukan zhixin dan membiarkan air matanya jatuh di bahu zhixin.

Kesempatan SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang