Bel istirahat berbunyi namun suasana canggung terasa jelas di antara zuohang dan zhixin hari ini.
Zuohang memandang zhixin dengan raut wajah penuh kebingungan. Sejak pagi, zhixin terus menghindari kontak mata dengannya dan terus saja diam bahkan untuk tersenyum pun terlihat sangat sulit. Perubahan sikap ini membuat zuohang penasaran dan bertanya-tanya.
"Ada yang aneh, kenapa gue ngerasa zhixin lagi marah ke gue ya???" pikir zuohang,
Tidak ingin membiarkan suasana terus berlarut, zuohang mengambil inisiatif untuk mendekati zhixin terlebih dahulu.
"Zhi? Ayo ke kantin?" ajak zuohang dengan suara lembut.
Namun, bukannya menjawab atau sekadar membalas tatapan zuohang, zhixin malah bangkit dari kursinya dan berjalan melewati zuohang begitu saja.
Zuohang tertegun, tak menyangka akan diabaikan seperti itu. Tapi ia tidak menyerah begitu saja. Dengan tergesa zuohang menyusul zhixin keluar kelas.
"Zhi, tunggu!" panggil Zuohang. Namun langkah Zhixin tidak melambat.
Ketika zuohang hampir mendekatinya, zhixin tiba-tiba berbalik dan berkata dengan tegas, "Berhenti ikutin gue, zuohang."
Kata-kata itu membuat zuohang terdiam di tempat. Zuohang hanya bisa menatap punggung zhixin yang semakin menjauh. Dengan napas berat, zuohang akhirnya kembali ke kelas dengan perasaan kecewa.
Setelah sampai di kursinya, zuohang langsung mengirim pesan pada zhixin,
'Zhi? Gue ada salah ya sama lo?'
'kalo gue ada salah lo tinggal bilang ke gue. jangan diemin gue kaya gini'
Junhao yang duduk di sebelah zuohang langsung memperhatikan perubahan zuohang. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Junhao mencoba membuka percakapan dengan lembut dan menghibur zuohang, namun sepertinya zuohang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Akhirnya junhao mengambil pendekatan lain.
"Hang, gue tau lo lagi bad mood tapi temenin gue ke kantin yuk, Gue laper banget nih,"
Zuohang hanya menggeleng pelan, "Nggak dulu deh hao, gue nggak laper, gue juga lagi mager" jawabnya tanpa menatap junhao.
Namun, junhao tidak menyerah. "Hang, ayolahh, siapa tau di kantin bisa balikin mood lo lagi,"
"Kalo lo mager gue bisa gendong lo sampe ke kantin," Ucap junhao dengan nada sungguh-sungguh.
Mendengar ucapan junhao sekilas senyuman tipis muncul di wajah zuohang, "Apaan sih lo hao, lebay banget. Ya udah gue ikut."
"Nah, gitu dong." seru junhao dengan penuh kesenangan.
Saat baru saja sampai di kantin, zuohang langsung terlihat tidak nyaman setelah menangkap sosok xinhao yang duduk di salah satu meja. Xinhao terus menatap zuohang dengan tatapan mengejek. Zuohang yang tidak ingin ribut hanya bisa mengepalkan tangannya dan terus mengikuti junhao mencari meja kosong. Untungnya, meja yang dipilih junhao jauh dari meja xinhao jadi zuohang tidak perlu melihat wajah xinhao lagi. Namun, pikiran zuohang tetap tidak tenang. Senyuman xinhao membuat zuohang yakin ini ada sangkut pautnya dengan perubahan zhixin saat ini.
--
Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, suasana kelas mulai terasa lengang. Beberapa murid sudah meninggalkan kelas, berbeda dengan zuohang yang baru saja keluar dari kelasnya.
Rencananya zuohang akan pergi ke kelas tianrun terlebih dahulu, namun tiba-tiba ponselnya bergetar dari sakunya. Ia mengeluarkannya dan membaca pesan tersebut.
'Gue pengen bicarain sesuatu sama lo. Tunggu gue di parkiran.'
Zuohang membaca pesan dengan perlahan, memastikan jika pesan itu benar-benar dari zhixin. Memikirkan pesan dari zhixin hati zuohang langsung berdebar kencang, ia merasa sedikit lega karena zhixin sudah mau berbicara dengannya tapi di saat bersamaan zuohang takut sekaligus cemas.
Tanpa berlama-lama zuohang akhirnya pergi ke tempat parkir, matanya mencari-cari sosok yang familiar. Disana zuohang melihat zhixin sudah duduk di atas motornya. Zhixin menoleh dan menyerahkan helm pada zuohang. "kita pergi ke suatu tempat! di sini terlalu rame," suara zhixin terdengar datar.
Zuohang menatap helm itu sebentar kemudian langsung mengenakannya dan naik ke belakang zhixin.
"Oke, ayo jalan" jawab Zuohang.
Perjalanan berlangsung tanpa sepatah kata hingga akhirnya zhixin berhenti di sebuah taman kecil yang sepi, tak jauh dari rumahnya. Tanpa banyak basa-basi, setelah mereka duduk zhixin langsung mengeluarkan ponselnya dari sakunya. Tangannya bergerak cepat membuka layar dan ia menyerahkan ponsel itu pada zuohang.
"Liat ini," katanya dengan nada dingin sambil menunjukkan layar ponselnya pada zuohang.
Mata zuohang melotot saat melihat foto dan video dirinya bersama zhangji di layar ponsel zhixin, wajahnya langsung pucat dan membeku di tempat.
"Da... darimana lo dapetin ini?" suara zuohang terdengar gugup.
"Bukan urusan lo ini dapet dari mana. Gue cuma mau lo jelasin hubungan lo sama dia apa sampe lo ngelakuin semua itu." Tatapan zhixin penuh amarah.
Zuohang terdiam sejenak lalu menghela napas dengan berat sebelum akhirnya ia membuka suara, "Kejadian itu udah lama sekitar satu tahun lebih. Nama cowo itu zhangji."
"Dari awal hubungan gue sama zhangji cuma sebatas teman biasa ngga lebih. Kejadian itu bermula ketika gue lagi ada masalah, dia ngajak gue ketemuan di taman buat bantuin gue nyelesaiin semuanya,"
Zuohang menggigit bibirnya, terlihat ragu sebelum melanjutkan ceritanya. "Tapi sebelum gue ceritain masalah gue, dia ngasih gue minuman. Gue pikir itu cuma minuman biasa tapi setelah gue minum..." suaranya mulai mengecil, "gue nggak inget apa-apa lagi."
Zuohang menelan ludahnya dengan susah payah, "gue baru sadar apa yang terjadi setelah gue bangun keesokkan harinya." ujarnya dengan suara bergetar.
Zhixin mendengus, "Jadi lo mau bilang ini semua bukan salah lo? Lo dijebak gitu?" katanya dengan nada pelan namun penuh penekanan.
Tatapan zhixin yang dingin membuat zuohang merasa terpojok. Dia menundukkan kepalanya sambil mengangguk, "Gue nggak minta lo buat langsung percaya gue, zhi. Gue cuma..." Suaranya tercekat rasanya terasa berat untuk melanjutkan ucapannya.
"Lo tahu nggak hang gue benci banget sama kenyataan ini. Gue nggak cuma marah... tapi gue kecewa. Kecewa berat."
Bibir zuohang bergetar mencoba mengeluarkan isi hatinya sekarang, "Gue ngerti... gue ngerti lo pasti kecewa, zhi," suaranya hampir putus asa.
Zuohang mengangkat kepalanya perlahan, menatap zhixin dengan mata penuh kesedihan, "Dan lo berhak buat marah ataupun kecewa. Gue nggak mau nyalahin siapa-siapa. Bahkan kalau lo mutusin buat ninggalin gue sekarang, gue nggak akan nyalahin lo."
"Tapi lo harus tahu zhi, sampai hari ini lo adalah orang yang paling berarti dihidup gue. Sekalipun lo benci gue dan ninggalin gue, gue ngga akan bisa benci lo sampai kapanpun." Air mata yang sudah zuohang tahan akhirnya jatuh juga.
Zhixin menghela napas panjang, perlahan tatapannya yang semula penuh kemarahan sedikit berubah setelah melihat sosok rapuh di hadapannya, hati zhixin pun perlahan luluh.
Perlahan zhixin mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah zuohang dengan lembut. Jari-jarinya menyentuh pipi zuohang yang dingin dan menghapus air matanya.
"Gue juga nggak bisa bohong sama diri gue sendiri," lanjut Zhixin dengan nada yang lebih lembut.
"Lo juga sangat berarti buat gue, hang,"
"Cuma lo satu-satunya orang yang selalu ada buat gue tanpa diminta."
Tanpa aba-aba zhixin menarik zuohang lebih dekat, lalu mencium bibirnya dalam-dalam. Zuohang terkejut dengan keintiman yang tiba-tiba ini tapi ia juga tidak bisa menahan diri untuk tidak membalasnya. Ciuman itu berlangsung cukup lama dan sangat intens sampai zuohang sedikit kewalahan menerima luapan perasaan dari zhixin.
Hai guyss aku balik😘😊. Aku minta maaf karena updatenya terlalulama. Karena satu dan lain hal aku terpaksa mundurin jadwal updatenya.
Aku harap kalian sehat selalu dan masih excited dengan update aku selanjutnya...
XOXO

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Singkat
FanfictionZhou San, sebuah jiwa yang telah menunggu selama 75 tahun di alam baka untuk kesempatan dilahirkan kembali, tiba-tiba mendapatkan tawaran yang tak terduga. Ia diberi pilihan untuk melanjutkan hidup seorang anak bernama Zuohang. Namun, tawaran ini da...