— Red String —
Di tengah panasnya matahari yang bersanding dengan semilir angin yang kini berhembus pelan namun menyejukkan, seorang gadis berjalan dengan langkah panjang dan penuh semangat. Sebenarnya tidak terlalu semangat karena pagi tadi ia lupa sarapan, tapi karena mengingat bahwa ada tanggung jawab atas keteledorannya kemarin, mau tak mau Shanna yang berpakaian seperti seorang laki-laki ini berangkat lebih awal dari jam kerjanya.
Kejadian kemarin membuat Shanna menceramahi Lia, namun sahabatnya itu hanya bisa cengengesan tak bersalah.
"Florist ini juga manusia, bukan Nabi, Boy!"
Begitulah kalimat Lia dan Shanna menahan diri untuk tidak memukuli tubuh Lia dengan karangan bunga segede megalodon yang terpampang jelas di depan toko. Tapi ya sudah, Lia hanya bisa mengelus dadanya yang rata sambil bersabar.
"Permisi."
Shanna berhenti tepat di depan staff resepsionis dengan tangan penuh dengan rangkaian bunga yang cantik. Hari ini ia masih menyamar sebagai laki-laki karena sejujurnya Shanna tak ingin dikenali. Shanna hanya memasang wajah lempeng ketika staff perempuan tersebut hanya diam dan tak membalas sapaannya tadi, sesaat kemudian Shanna bisa merasakan pandangan menilai dari perempuan tersebut ... atau mungkin tatapan terpana? Entahlah.
"Halo?"
Agak risih sebenarnya karena staff tersebut menatapnya secara terang-terangan, Shanna kikuk dibuatnya takut merasa kalau ada sesuatu yang aneh dari penampilannya. Alih-alih terintimidasi, Shanna malah memajukan wajahnya dengan mata yang seakan menatap dalam.
"Kenapa? Ada yang aneh, Mba?"
"Ah ..." ucap staff tersebut sambil mengedipkan mata dengan gestur tubuh awkward. Salah tingkah jelas betul karena tampaknya seperti orang yang sedang malu-malu. "Ada yang bisa saya bantu ... Mas?"
Shanna bisa mendengar keresahan di kalimat terakhir yang seperti ketakutan salah sebut panggilan. Shanna tersenyum lebar mengerti dan tak mempermasalahkan, "Ada orderan bunga untuk Pak Kaivan."
Staff tersebut berdeham untuk meredakan gugup. Dilihatnya rangkaian bunga cantik itu dan beralih kepada wajah yang sedang memegangnya. "Buat Pak Kaivan saja Mas? Buat saya ada enggak?"
Shanna melongo. Reflek bibirnya bergerak tak bersuara mengatakan, "Idih!"
Tapi karena memaklumi kesalahpahaman tersebut akibat penampilannya, Shanna tersenyum kaku. "Enggak dulu Mba, ehehe. Kalau mau Mbak bayar aja, masih sebagian yang masih utuh dan belum ada yang order."
"Free bisa, Mas?"
"Di dunia ini tidak ada yang free Mba, parkir aja sekarang bayar dua ribu, ehehehe."
Perempuan itu langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Matanya menyorot kesal, ia langsung menghubungi Kaivan dengan telepon kantor. Setelah berkonversasi singkat dengan sang atasan, si perempuan tersebut menatap Shanna dengan malas.
Sepertinya ia sudah enggan berinteraksi dengan Shanna akibat perkataan Shanna sebelumnya.
"Di lantai 7, di lorong sebelah kiri. Mas cari room yang paling besar yang ada pintu hitam, itu ruangan Pak Kaivan. Nanti langsung ke beliau saja, saya sudah sampaikan jika Mas akan mengantar langsung."
Shanna mengangguk, bibirnya berkedut sebelah. "Jadi enggak Mba order bunganya?"
"Enggak."
"Mau saya kasih kartu nama toko biar bisa langsung order?"
"Enggak."
"Tadi katanya mau bunganya."
"Enggak dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
my driver is beautiful
Fiksi UmumKaivan Malik adalah seorang CEO yang merasa dirinya mempunyai gangguan pada urusan sexsualnya. karena ia menyukai seorang driver ojek online yang awal bertemu dengan secara tidak sengaja. lalu ia nyaman dan menjadikan sebagai driver pribadinya. Kisa...