"New things."
"KAIVAN MALIK! SUMPAH LO NYEBELIN BANGET! GUE SUMPAHIN LO BERUBAH JADI MONYET RAGUNAN!"
Suara membahana itu cukup membuat telinga berdengung. Pasalnya suara cempreng dan nyaring itu nyaris menggetarkan seisi kantor, Kaia yang mempunyai kelebihan di pita suara itu menjerit kesal. Pasalnya ia tidak terima jika hamster kesayangannya itu berkeliaran dengan pintu kandang terbuka serta isi yang di dalamnya berhamburan di lantai marmer putih.
Pantas saja Kaia merasa kesal, karena hampir saja ia menginjak hewan mungil nan kecil itu jika ia tidak segera loncat menjauhkan kakinya. Ia benar-benar naik pitam, diambilnya hewan yang ia beri nama Ming-ming dan kembali mengoceh.
"Lo bisa enggak sih jangan biarin Ming-ming berkeliaran gini?"
Kaivan yang diprotes hanya menaikan bahu acuh, ia lanjut bermain games di ponsel pintarnya. "Si Ming-ming gabut di kandang mulu, tiap hari cuma makan, tidur dan pup. Gue kasihan liatnya, takut stres dan yeah ... gue biarin dia keluar dan menjelajah di ruangan kerja lo," katanya. "By the way, kalau gue monyet lo juga monyet dong, Kak. Kan emak kita sama bodoh."
Kaivan tertawa kecil. Ia masih fokus dengan layar ponselnya.
Kaia langsung membawa Ming-ming kembali ke dalam kandang. Ia bereskan wadah minum dan makanan Ming-ming agar kembali tertata di dalam kandang, kemudian mengelus kepala Ming-ming dan memasukkan hewan kesayangannya itu ke tempatnya semula. Kaia membereskan semua makanan yang bertebaran dengan vacuum cleaner akibat kekacauan adiknya itu.
"Kayaknya keputusan gue dulu buat mungut lo pas masih bayi dari kardus itu fatal banget, buktinya sekarang gue jadi punya adik yang songongnya kebangetan." Kaia meletakkan vacuum cleaner di tempatnya lalu berjalan menuju meja kerja.
Kaivan menjawab asal, "Kalau lo enggak jadi mungut gue, lo bakalan kehilangan Adik yang tampan ini. Dan juga, lo gak bakal dapat hadiah dari fans gue sewaktu masih sekolah dulu. Adik lo yang tampan dan pintar ini terlalu sayang untuk dilewatkan."
Kaia hampir bergerak melempar vas bunga mini dari mejanya, jika saja tidak mengingat ini masih di ruang kerjanya. Ia mengoceh sebal, "Umur lo udah duapuluh lima tahun, Kaivan. Tapi kelakuan lo masih kayak remaja puber."
"Masih mending gue keliatan kayak remaja puber, daripada lo keliatan kayak tante-tante kurang belaian. Mending lo nikah sana daripada tiap hari ngurusin si Ming-ming mulu."
Kaia melotot. "Kurang ajar ya ini bocah!" Ia bergerak untuk melempar gantungan kunci berbentuk boneka ke arah Kaivan. "Mulut lo ya, hak gue dong ya mau nikah kapan."
Kaivan tak mau kalah. "Keasikan pacaran sama kerjaan mulu sih lo. Katanya wanita independen lah, mandiri lah tapi aslinya lo butuh dipuk-puk 'kan?"
Kaia berlari dan memukul bahu Kaivan yang sedang duduk di sofa kantornya. Ia sangat gemas dengan jawaban Kaivan yang diluar ekspetasinya.
Kaivan hanya berteriak dan menaikkan kedua tangannya sebagai perisai untuk melindungi badannya dari amukan Kaia. Kaia itu definisi Kak Ros di dunia nyata. "Eh -- udah! Gue kan mau bahas sesuatu sama lo."
Kaia berhenti setelah merasa puas. Ekspresi kesal begitu kentara, mulutnya masih tak berhenti untuk merutuk Kaivan yang menyebalkan. "Bahas apaan?"
"Lo kerjasama bareng gue, gue punya new project dan kayaknya ini cocok juga buat lo. Gue tau kalau lo perfeksionis kalau handle client, gue ada kerjaan buat lo, Kak."
Kaia mengerutkan kening. "Kalau soal beginian gue enggak main-main. Gue mau denger gagasan lo dulu, kalau cocok gue mau lihat ide lo udah sampe sejauh apa."

KAMU SEDANG MEMBACA
my driver is beautiful
Ficción GeneralKaivan Malik adalah seorang CEO yang merasa dirinya mempunyai gangguan pada urusan sexsualnya. karena ia menyukai seorang driver ojek online yang awal bertemu dengan secara tidak sengaja. lalu ia nyaman dan menjadikan sebagai driver pribadinya. Kisa...