"Di sini kan sinyalnya susah, akang sudah coba beberapa kali, bisa nangkep internet tapi harus naik ke atas genting. Nah, si rumah burung ini kita letakkan di atas pohon jati lalu smartphone ini nanti kita aktifkan paket internetnya lalu nyalakan hotspotnya. Jadi kita enggak usah naik ke genting buat internetan, ngerti?"
Tiba-tiba Nabila tertawa gembira. Dia meloncat dan memeluk Gagan dari belakang sambil menciumi pipi pemuda itu.
"Akang pinter, akang pinter. Mmuachh... mmuacchhh... Jadi Bila nggak usah pergi ke warnet kalau bikin tugas... asyiikkk..."
Dipeluk dari belakang dengan sepasang toket kenyal mempermainkan punggungnya, tak urung membuat kontol Gagan jadi ngaceng keras. Bagaimana pun Nabila bukan saja cantik dan memiliki body aduhai, tapi juga dia memiliki memek tembem yang bisa dirasakan Gagan dengan punggungnya.
"Jika waktunya tiba nanti, aku akan memetik keperawanan Nabila dalam suatu mahligai pernikahan. Aku akan menghamili dia dan punya banyak anak. Kami akan bahagia jika nanti dia bertambah dewasa." Gagan berkata dalam hatinya.
"Cuma kamu aja yang akan akang beritahu apa password-nya. Kalau Bibi pengen internetan bisa bilang ke kamu. Setuju?" kata Gagan sambil menikmati bibir lembut yang mendarat di pipinya.
"Setuju banget." Kata Nabila sambil terus memeluk leher Gagan dan menciumi pipinya. Nabila menggesek-gesekkan buah dadanya dan memeknya ke punggung Gagan dengan keras, sampai suatu saat Nabila memeluk Gagan dengan sangat erat selama beberapa detik. Gagan merasakan denyutan memek Nabila di punggungnya.
Crit crit crit.
"Hi hi hi enak banget." Kata Nabila berkata dalam hatinya, "dari belakang aja udah enak apalagi dari depan... pokoknya Kang Gagan akan jadi milik Bila selamanya." Kata Bila dalam hatinya.
"Jadi kalau Bila kangen sama akang, Bila bisa VCS-an I ya kan Kang?"
"I ya sayang."
"Sekali lagi bilang..."
"Bilang apa?"
"Yang tadi."
"I ya Bila sayang."
"Akang serius sayang sama Bila?"
"Ya serius, masa bohong. Kalau kamu sudah selesai sekolah, kita nikah. Mau?" Gagan berkata dengan cara sambil lalu, tapi hatinya merasa deg degan juga. Kalau Nabila menjawab tidak, maka Gagan akan pura-pura bercanda. Tapi kalau Nabila mau, ah, itulah yang ditunggu.
Bila terdiam sejenak. Lalu mendadak dia mencium bibir Gagan dengan sangat bersemangat, lalu berbisik di telinga Gagan, "mau kang."
"Tapi dari sekarang kamu harus belajar dewasa. Jangan mudah cemburu. Apalagi berburuk sangka. Akang banting tulang kerja di Jakarta untuk masa depan kita. Nanti, kalau akang ada waktu luang, akang akan pulang hari kamis atau Jumat, kita pergi ke Bank untuk bikin rekening baru buat kamu. Setiap akang punya uang lebih, akang akan transfer ke rekening kamu, hitung-hitung akang nabung." Berkata demikian hati Gagan merasa senang. Dan lega. Perasaannya plong karena sudah mengungkapkan hal yang ingin diungkapkannya kepada Nabila.
"Sekarang aja Kang, yuk."
"Sekarang nggak bisa. Pertama, hari Sabtu Bank tutup. Kedua, kamu masih 16, belum punya KTP. Kamu sabar ya."
"Akang mau nggak kalau kita tunangan dulu?"
"Mau. Emang kenapa?"
"Kalau tunangan kan berarti akang harus beliin Bila cincin, sebagai tanda ikatan."
"Tinggal beli aja apa susahnya. Uang ada, tuh di kamar. Tapi kan akang harus bilang dulu sama Ceu Nengsih... eh, maksud akang, sama mamah kamu. Beliau setuju apa enggak."
"Pasti setuju."
"Kalau nggak?"
"Kalau enggak Bila akan bunuh diri."
"Ha? Apa?"
"Kalau mamah nggak setuju kita tunangan, Bila mau bunuh diri."
"Kamu jangan bunuh diri, kita kawin lari aja."
"Eh, I ya ya. Mati bunuh diri kan sakit ya kang?"
"Kata siapa?"
"Kata orang."
"Emang pernah ada orang yang mati bunuh diri terus bilang sama kamu... mati bunuh diri itu sakit loh, jangan mati ya... ha ha ha... kamu aneh. Tapi cantik dan lucu. Akang sayang banget sama kamu."
Nabila cemberut. Tapi hatinya bahagia dipanggil sayang. Dia juga sudah memendam rasa kepada Kang Gagan sejak lama. Sejak SMP. Selama ini Nabila sudah mengenal banyak cowok. Mereka berduyun-duyun antri untuk menjadi pacarnya. Tapi tidak ada yang sebaik dan seganteng Kang Gagan. Pokoknya Kang Gagan milik Bila dan dia tak ingin Setiap kali dia beradu argumen dengan Kang Gang selalu saja berakhir menyebalkan.
"Kapan akang mau bilang sama mamah?"
"Secepatnya. Tapi mungkin nggak sekarang, mamah kamu kan lagi sibuk juga ikut memperbaiki rumah. Nah, ini sudah selesai. Tinggal kita pasang di luar... tolong ke siniin smartphonenya."
"Yang mana Kang?"
"Yang mana aja, sama aja koq. Akang beli dua yang spec dan merknya sama persis."
"Yang warna silver aja ya Kan."
"Oke."
Setelah memasukkan SIM Card yang baru dan mengaktifkan paket internet unlimited, mengaktifkan hotspot, membuat password: tahun depan kita nikah. Nabila kemudian berlari ke kamar di mana dia tidur semalam dan mengambil HP androidnya, lalu memasukkan password hotspot. Tralala... dia bisa internetan. Dia memeluk Gagan dan menciumnya.
"Tunggu, kamu jangan senang dulu." Kata Gagan sambil memasukkan SIM Card baru ke smartphone yang satu lagi, yang baru saja diambilnya. Setelah mengaktifkan kartu dan lain sebagainya, dia juga mengetes hotspot.
"Sekarang tolong buka kardus yang coklat itu. Kamu buka sendiri isinya apa."
Nabila dengan gerakan tidak sabar membuka kardus yang di dalamnya dibungkus dengan plastik bergelembung. Setelah membuka plastik gelembungnya, Nabila tahu ternyata di dalamnya adalah laptop. Sepasang mata besar itu melotot.
"Nah, itu baru buat kamu."
Nabila terdiam. Dia meletakan laptop tersebut lalu dengan ganas menerkam Gagan sambil menciumi pemuda itu yang tak sanggup menahan betapa mengerasnya batang kontolnya.
"Udah, udah. Nanti akang nggak tahan."
"Bila juga sama." Kata abg cantik itu sambil melepaskan pelukannya, "makasih ya Kang."
"Nggak perlu berterima kasih, tapi kamu harus berjanji dari sekarang. Tidak manja, tidak cemburuan, bersikap dewasa dan yang paling penting... kamu harus belajar dengan tekun. Biar kamu tambah pinter."
"Bila janji Kang."
"Awas kalau tidak ditepati." Kata Gagan sambil mencolek hidung Nabila yang mancung.
"Nanti yang dicolek jangan hidung ya kang." Bisik Nabila.
"Ssssttt... nggak boleh. Itu spesial untuk malam pengantin kita."
Nabila tersenyum bahagia.
Mereka kemudian pergi ke belakang rumah untuk menemukan pohon jati terdekat. Dengan mempergunakan tangga bambu, Gagan memanjat pohon jati dan meletakkan "rumah burung" itu di tempat yang cukup tinggi. Gagan kemudian memakunya dengan kuat.
Saat Gagan turun dari tangga, Bibi berkata akan pergi ke Ciloa untuk mengantarkan Pisang dan Ubi Goreng bersama Nabila, yang juga ingin pergi ke Ciloa untuk bertemu dengan mamanya. Gagan mengiyakan dan dia kemudian duduk lesehan di ruang tengah sambil memainkan smartphonenya untuk mengecek sejauh mana kemampuan wifi yang dipancarkan oleh smartphone pemancar. Pada saat itulah Ceu Engkar datang. Ikut duduk lesehan sambil menyandar pada dinding tembok. Menatap Gagan tanpa kedip.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Rumit (Binor, STW, Janda, Mama Muda, & ABG)
RomanceKini Mira tengah melihat Gagan menutup pintu kamarnya. Dia memanjat dinding setinggi duduk jendela dan masuk ke dalam kamar. Jantungnya berdebar saat Gagan membalikkan tubuhnya dan tersenyum. "Hai." Katanya. "Aku kangen." Mira terdiam. Mengatur debu...