Bab 21

300 2 0
                                    

"Sekarang gantian saya yang pengen melihat memek mbak." Kata pemuda itu dengan suara yang tenang dan kalem.

"Tapi kamu jangan kecewa ya..." kata Sri. Bersamaan dengan itu kedua tangan Gagan sudah berada di pinggangnya, mencengkram pinggiran rok dan celana dalamnya lalu menariknya dengan lembut namun kuat. Rok seragam khaki dan celana dalam merah mudanya pun meluncur melintasi paha dan betisnya lalu terlepas melewati kakinya yang telanjang.

Gagan terpana menatap seonggok memek yang sangat cantik dan teramat jelita yang terpampang di depan matanya. Dia hampir tidak mempercayai apa yang tengah dilihatnya. Sungguh! Bu Camat memiliki bentuk memek yang sangat indah dan langka yang biasa dimiliki umumnya perempuan Indonesia dari berbagai daerah dan wilayah. Ya. Bu Camat memiliki memek yang indah dan langka.

"Ini memek yang sangat langka yang belum pernah aku rasakan." Kata Gagan dalam hatinya.

Bentuk daging kenikmatan yang menggunduk ini seperti huruf "U", tepatnya seperti bentuk tapal kuda. Bibir luarnya melengkung tebal dan menangkup ke arah bawah sehingga betul-betul mirip seperti tapal kuda, "cocok dengan kontol yang besar dan panjang ini." Pikir Gagan. "Tanpa mengangkang pun sudah kelihatan liang memeknya yang lebar, pasti bagian dalamnya sempit dan legit sementara bibir memek bagian dalamnya yang melebar keluar itu seakan-akan kelopak bunga yang sedang merekah." Pikir Gagan lagi. "Aku sungguh beruntung bisa menemukan memek indah milik Bu Camat ini."

"Kenapa diam?" Bu Camat mendadak bertanya dengan sedikit jengah karena memeknya ditatap tanpa kedip oleh Gagan.

"Memek mBak sangat cantik sekali." Kata Gagan dengan nada polos yang jujur.

Seumur hidup, belum pernah Sri dipuji memiliki memek yang cantik. Kontan saja dia jadi merasa jengah sekaligus senang.

"Ah masa?" kata Bu Camat pura-pura tidak percaya. Dia membuka dan merenggangkan sedikit pahanya. Terasa oleh Sri lipatan-lipatan pahanya sesuatu yang sejuk, kiranya angin gunung yang dingin mengendus ujung pucuk memeknya.

Pada saat merenggangkan pahanya itu, pada saat itu pula liang memek yang merah muda agak kecoklatan merekah. Seperti merekahnya bunga tulip di musim semi. Bibir-bibir memeknya yang bagian dalam ikut pula merekah, seperti jengger ayam yang terlipat.

Gagan tak ingin langsung melinggis liang memek itu dengan kontolnya. Tidak. Dia ingin menikmati semua keindahan itu dengan matanya lebih lama. Esok atau lusa, belum tentu dia bisa menemukan memek yang indah seperti yang dimiliki Bu Camat.

Bagaimanapun bagi Gagan, Bu Camat yang keturunan ningrat ini, yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu, bukanlah sekedar wanita yang memiliki sebentuk memek yang indah dan sangat cantik. Tapi juga adalah seorang wanita yang memiliki hasrat dan nafsu birahi yang sangat tinggi walaupun bukan seorang maniak. Bahkan, tipe wanita seperti Bu Camat ini terkesan dingin dan nrimo dalam kehidupan sehari-hari. Tak memiliki banyak keluhan akan kenikmatan sex yang diterimanya dari suaminya.

Oleh karena itu, Gagan ingin mempersembahkan suatu pengentotan yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Bu Camat seumur hidupnya.

"Ya, aku akan mempersembahkan kenikmatan ewean yang tidak akan pernah bisa dia rasakan dengan pria manapun di dunia ini." Tekad Gagan dalam hatinya.

Gagan kemudian beringsut ke tengah-tengah kaki Bu Camat yang direnggangkan lebih lebar. Bukan sekedar bermaksud agar dia bisa duduk di atas betisnya yang terlipat dengan leluasa, tetapi juga agar dia bisa melihat bagaimana liang memek Bu Camat mekar merekah. Kedua lututnya menyentuh paha Bu Camat sementara telapak kakinya dengan tumit menyentuh bagian belakang pantatnya, menghadap ke atas.

Sambil duduk bersimpuh seperti itu, Gagan merapatkan kedua telapak tangannya dengan sangat khidmat. Tubuhnya condong sedikit ke depan. Kepalanya menunduk. Lalu dia mengucapkan mantra:


Wahai dewi kesuburan dan kenikmatan

Terimalah persembahan ini

Liang memek yang terbuka

Dan batang kontolku yang ngaceng

Terimalah lendir kenikmatan yang akan mengucur dari liang memek

Terimalah pejuh yang akan memancar dari mulut kontolku

Aku akan melinggis memek ini sedalam-dalamnya

Seperti petani mencangkul ladangnya

Aku aku akan membucatkan pejuhku di dalam liang memeknya

Seperti pancuran memuntahkan asinya ke telaga

Wahai dewi kesuburan dan kenikmatan

Saksikanlah persenggamaan ini dengan mata terbuka...

Cinta Rumit (Binor, STW, Janda, Mama Muda, & ABG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang