KASIH TAK SAMPAI
....
tetaplah menjadi bintang di langit
agar cinta kita tetap abadi
biarlah sinarmu tetap menerangi alam ini
agar menjadi saksi cinta kita
berdua
berdua
(Padi Band)
Namaku Sujarwo Bardi. Umur 24 tahun.
Aku hanya orang biasa. Tak banyak memiliki kelebihan.
Cerita ini adalah sepenggal dari sebagian kisah hidupku.
Sebuah catatan kecil yang kutulis ketika terjaga di tengah malam.
Ketika aku merasa aneh dengan hal-hal yang telah kualami.
***
Malam itu gerimis jatuh ketika aku tiba di teras rumah. Segera turun dari motor aku memasukan anak kunci pintu rumah yang bergabung dengan rentengan kunci motor dan kunci kantor untuk membuka pintu. Menyalakan lampu ruang tengah sambil melepas helm. Membuka jaket. Saat kembali ke teras untuk memasukkan motor, seorang lelaki setengah baya berdiri di keremangan gang. Matanya tajam menatapku.
"Baru pulang ya." Katanya. Aku menoleh ke arah lelaki itu dan mencermatinya dengan seksama selama setengah menit.
"Betul, Pak RT." Kataku. Dia tertawa kecil karena tidak bisa menakut-nakutiku dengan cara semudah itu, lalu mendekat. Sekarang wajah tuanya yang mulai merambat melewati kepala 5, kelihatan dengan jelas. Aku kasihan kepadanya, terutama kepada istrinya.
"Masih cape?" tanyanya.
"Lumayan... Ada apa, Pak?" kataku sambil mendorong motor dan memasukkannya ke dalam rumah.
"Boleh saya masuk?"
"Tentu, silahkan. Masuklah. Pak RT mau minum kopi?"
"Tidak, ini sudah terlalu larut. Nanti saya tidak bisa tidur dan besok nggak bisa ngojek."
Aku mengambil helm yang kusimpan di atas meja dan meletakkannya di atas stang motor. Demikian juga dengan jaket yang dilemparkan ke atas jok kursi, kuambil dan kusampirkan di atas stang. Pak RT duduk di atas kursi di mana tadi aku melemparkan jaket. Aku pergi ke dapur, menjerang air sebanyak dua gelas ke dalam panci kecil dan menambahkan dua sendok teh kopi kedalam cangkir kering yang bersih. Setelah membuka sepatu, air dalam panci mulai mendidih. Kuseduh kopi dan sisa airnya kumasukan ke dalam dua buah gelas lalu ditambah dengan air minum kemasan. Di lemari makanan, masih ada roti dan beberapa kue bekas kemarin. Aku segera mengangkutnya bersama cangkir kopi dan dua buah gelas air putih hangat ke dalam baki lalu membawanya ke ruang tengah di mana Pak RT sedang duduk menunggu.
"Wah, kok jadi repot begini."
"Cuma air putih dan kue, tidak ada yang repot." Kataku. Aku menyodorkan gelas dan kue ke arah Pak RT lalu menyobek kemasan roti dan menjejalkan isinya ke dalam mulutku. Pak RT mengambil kue dan memakannya. Selama tiga menit kami terdiam oleh kesibukan mengisi perut. Aku sangat lapar. Terakhir aku makan tadi siang jam satu di rumah makan padang, sekarang jam dinding menunjukan angka sebelas. Setelah itu, otomatis selama 10 jam perutku kosong tidak diisi karena lupa oleh kesibukan kerja. Wajar jika kini aku kelaparan.
Setelah menghabiskan 4 potong roti, aku menenggak air putih hangat lalu menyalakan rokok.
"Ini soal Harni istri saya." Katanya memulai pembicaraan. Dia meminta izin mengambil rokok, aku mengangguk dan kemudian dia menyalakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Rumit (Binor, STW, Janda, Mama Muda, & ABG)
RomantikKini Mira tengah melihat Gagan menutup pintu kamarnya. Dia memanjat dinding setinggi duduk jendela dan masuk ke dalam kamar. Jantungnya berdebar saat Gagan membalikkan tubuhnya dan tersenyum. "Hai." Katanya. "Aku kangen." Mira terdiam. Mengatur debu...