10. Clueless

32 2 6
                                    

Di gang sempit nan kumuh, Yunseong ketakutan setengah mati, bagaimana bisa ia terjebak diantara tembok tebal dan seseorang di depannya berusaha untuk mencekiknya.

"Kenapa...kenapa kau membunuhku..." Dengan suara geraman, ia mencekik Yunseong

Yunseong melihat dengan jelas badan orang itu penuh darah dan luka tembak di mana-mana. Yunseong benar-benar tak bisa leluasa bergerak, tangan itu mencengkram kuat lehernya hingga dirinya tidak bisa bernafas.

Tangannya yang berusaha melepaskan cekikan ternyata tidak sebanding dengan kekuatan orang itu, ia kalah kuat.

"Yunseong... Dadaku sakit..." Ujarnya tepat di wajah Yunseong

Matanya memerah perih, bulir air matanya jatuh akibat cekikan di lehernya menyabotase oksigen yang masuk ke paru-paru.

"Ma... maaf..."

Yunseong terbangun dari tidurnya dengan peluh di badannya, nafasnya tak karuan, dadanya naik-turun seiring tarikan nafas yang diambil. Tadi adalah mimpi buruk yang menemani malam Yunseong.

Ia buru-buru menyampirkan selimutnya, mengubah posisinya menjadi duduk di tepi ranjang, mengusap kasar wajahnya yang masih meneteskan keringat.

Bunga tidur yang dialaminya terasa sangat nyata. Tenggorokannya kering seperti tercekat, buru-buru Yunseong meraih gelas berisikan air di meja nakas, meneguknya sampai tak bersisa.

Dirasa dirinya sudah kembali stabil, ia mencoba kembali tidur. Direbahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memeluk seseorang di sampingnya yang tertidur cukup lelap.

Ternyata semesta tidak mengijinkannya beristirahat tenang, pasalnya tak lama setelah memejamkan mata ponselnya di atas meja nakas berdering memaksa untuk membuka kembali matanya.

Dengusan sebal serta umpatan Yunseong gumam-kan. "Sialan." Yunseong membalikkan badannya, tangannya menyambar ponselnya, melihat siapa yang meneleponnya

Di layar ponselnya tertera sebuah kontak bernama, dokter gila Lee Hyeop. Yunseong mengangkat teleponnya dan terdengar ocehan dari sang empunya di seberang sana.

"Di mana kau membuang mayat pelayan itu?"

Yunseong berdehem sejenak. "Di tempat biasa aku membuangnya."

Decakan kesal terdengar tapi Yunseong hiraukan.

"Sudah ku peringatkan berkali-kali, jangan ceroboh Hwang Yunseong."

Walau ia tahu Hyeop akan kesal padanya tapi ia tidak peduli.

"Memangnya kenapa? Apa ada polisi mencurigai mu?"

Hyeop terkekeh, ya...ampun dia lelah sekali menghadapi laki-laki sedingin es yang bertindak semaunya saja.

"Cepat atau lambat polisi akan mencurigai mu dan aku tidak mau terseret masalah denganmu."

Yunseong tertawa remeh, memang siapa yang mau berurusan dengannya? Polisi amatir? "Aku bisa langsung membunuh mereka agar tidak ada yang mencurigai ku lagi, kalau bisa aku akan membunuh mereka untukmu."

"YUNSEONG-" amarah Hyeop sudah mencapai ubun-ubun

Sebelum Hyeop menyelesaikan kalimatnya Yunseong mematikan telepon sepihak. Ia melihat jam di dalam layar menunjukkan pukul 02.39 pagi.

Ia mengusak rambutnya kasar, sudah tidak ada mood untuknya melanjutkan tidur.

Yunseong berjalan menuju kamar mandi yang berada di pojok kamar, membuka keran wastafel, membasuh wajahnya dengan air dingin agar dirinya kembali segar.

Villain: Revenge and Regret | DRIPPINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang