03. Hunt

92 14 5
                                        

"Sepertinya lebih baik kita mencari lokasi lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sepertinya lebih baik kita mencari lokasi lain."

Hentakan sepatu kuda yang beradu dengan tanah terdengar bersahut-sahutan. Seruan Lord Hamilton membuatku buru-buru mengangguk paham dan memacu kuda yang kutunggangi untuk mengikutinya.

Beberapa bangsawan dan borjuis kelas atas yang usianya tak jauh dariku pun melakukan hal yang sama. Memang Putra dari Duke Hamilton ini yang memiliki kedudukan keluarga tertinggi di antara kami yang ikut dalam kegiatan berburu ini——yang tidak lain memang direncanakan olehnya.

Bukan hal yang asing bagi kami para kelas atas untuk melakukan hal ini. Setiap laki-laki yang berusia lebih dari tujuh belas tahun dan belum menikah dari tiap keluarga, memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam kegiatan ini.

Pun perlu kuakui, berburu adalah salah satu keahlianku. Papa juga mengakuinya. Karena setiap kami pergi berburu, tembakanku lebih tepat sasaran daripada pria tua itu. Jadi ... aku juga cukup menikmati untuk ikut serta. 

Walaupun kedudukan keluargaku berada di tingkat terbawah, karena Hugand hanyalah keluarga kaya dengan bisnisnya. Bukan seorang keturunan bangsawan maupun keluarga kerajaan. Cukup menyenangkan. Setidaknya tidak ada wanita-wanita dengan bulu mata yang gatal alias sering berkedip itu.

Setelah bergerak ke arah timur hingga kuda kami berhenti di tepi danau, Lord Hamilton memutuskan untuk beristirahat sejenak. Lantas membuatku kini bergerak turun dari kuda berjenis Arabian dengan kulit cokelat dan surai hitamnya yang indah. Kuda ini kudapatkan dari Kakak Iparku saat aku berusia tujuh belas tahun, suami Chrystine memang salah satu saudagar kaya di negaranya.

Sementara yang lain tampak meletakkan senapannya ke tanah, aku masih tetap memanggul milikku dengan tali kulitnya yang melintang di bahu hingga sisi perutku. Setelah duduk di salah satu tungguh pohon, aku ikut untuk mengeluarkan perbekalan. Sebotol kecil Bourbon dari mantel yang kukenakan. Pilihan terbaik sebagai selingan berburu.

Mendengarkan yang lain bercengkrama, sesekali kami hanya tertawa untuk menyenangkan ucapan Lord Hamilton. Jangan lupa, dia yang berkedudukan paling tinggi di sini. Tentu saja tidak akan ada yang berani melawannya.

Diam mendengarkan pembahasan politik yang tak pernah membuatku tertarik, sejenak aku termenung mengingat hari di mana aku tak sadarkan diri di malam mengunjungi ruangan Mémère. Saat itu bahkan aku hampir tidak ingat jika aku pingsan di ruangan Mémère. Aku baru menyadarinya karena menemukan buku harian Mémère di dalam laci nakasku. Pun saat bangun, aku sudah berada di kamar dengan Brie dan Sir Pevensie yang berada di sana.

"Tuan Muda Hugand. Sudah merasa lebih baik?" Suara Brie langsung menyapa pendengaranku pagi itu. Wanita yang kini mulai menginjak usia paruh baya itu lantas mendekatiku setelah meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas.

Aku mengangguk kemudian beralih pada Sir Pevensie yang——selalu——menatapku dengan pandangan tidak ramah. "Apa yang kamu lakukan di ruangan Madame Hugand, Monfils?"

THE WITCH IN MY ROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang