Adikku yang berulang tahun pada 4-11-17-8-4-13, mengundangmu dalam pesta yang diadakan di titik koordinat 7-20-19-0-13. Jangan sampai terlambat, karena keluargaku juga menunggu. Pesta akan kami mulai pada 15-4-13-24-8-7-8-17.
Ucapan Nona Constance terus terngiang di kepalaku bersamaan dengan langkahku yang terburu menaiki tangga. Kugerakkan kedua kakiku menyusuri lorong Manoir hingga tiba di lantai dua, tempat di mana ruangan pribadiku berada.
Kepalaku yang terasa pening, membuat napasku begitu sesak. Dengan terburu kulepaskan jas bludru dan kutarik necktie-ku hingga selembar kain itu menjuntai di leherku. Kuhempaskan asal jas tebal itu, menyisakan kemeja putih berbahan katun yang membalut tubuh bagian atasku.
Dengan serampangan kuambil pena bulu yang tergeletak di atas tumpukan kertas dan bergegas mencelupkannya ke cawan tinta. Kutarik selembar perkamen terdekat untuk buru-buru menuliskan apa yang kudengar dari Nona Constance sebelum ucapannya berhenti terngiang dari kepalaku.
Tak peduli dengan cairan tinta yang berceceran karena gerakan serampanganku tadi, dengan napas terburu ku baca kembali tulisan yang kububuhkan di sana.
Kuperhatikan setiap angka yang tertulis di sana. Tampaknya ini benar-benar sebuah sandi. Sandi angka, sandi yang kupelajari bersama Sir Pevensie setelah Anagram.
Masih dalam posisi berdiri sambil menumpu tubuhku dengan kedua tangan di pinggir meja, kupaksa otakku untuk berpikir. Mengingat dengan keras di mana aku mencatat sandi-sandi itu dulu.
Kuhembuskan napasku kasar seraya menyugar rambutku yang terasa mengempis akibat keringat di dahi. Lantas kugerakkan kaki panjangku mendekati rak di belakang kursi meja kerja dan meraih beberapa buku. Ku lesakkan jemariku untuk membuka lembaran itu hingga akhirnya aku menemukannya.
Ini dia, sandi angka yang kucari.
4 - 11 - 17 - 8 - 4 - 13
7 - 20 - 19 - 0 - 13
15 - 4 - 13 - 24 - 8 - 7 - 8 - 17Kujabarkan setiap angka itu pada lembaran lain untuk memecahkan arti yang tersimpan di dalamnya. Kuurutkan angka-angka itu menjadi deretan alfabet dan menuliskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WITCH IN MY ROOM
FantasiSetelah seratus tahun lamanya, bulan purnama merah akhirnya kembali menampakkan dirinya di mata manusia. Membangkitkan kembali ketakut seluruh negeri akan legenda dari para penyihir merah yang akan muncul untuk mencari pengantin prianya. Namun, berb...