02. A Bedtime Story

70 13 6
                                    

Pada zaman dahulu, pada suatu malam di kota Bordeaux, tinggalah seorang laki-laki bersama Anderson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada zaman dahulu, pada suatu malam di kota Bordeaux, tinggalah seorang laki-laki bersama Anderson. Ia tinggal di sebuah kediaman besar di tengah kebun anggur dan pada saat itu dirinya berada di usia tepat untuk mencari pengantinnya. 

Berbagai pesta debutante sudah ia datangi. Banyak perempuan yang bahkan mengantre hanya untuk berbicara dan berdansa dengannya.

Namun, di suatu malam saat bulan purnama muncul dengan semburat merah bagaikan darah, Anderson terbangun dari tidurnya dan menemukan seorang perempuan muncul di kamarnya. 

Perempuan itu bukanlah satu di antara perempuan yang berbicara bahkan berdansa dengannya. Karena perempuan ini muncul dengan jubah merah bertudung yang menutupi kepalanya.

Anderson yang melihat manik mata merah tengah menatapnya tajam itu langsung berseru, "Siapa kamu?"

Bukannya menjawab, perempuan itu justru mengulurkan tangan dengan kuku-kuku tajamnya pada wajah Anderson sebelum berkata, "Siapa lagi? Aku adalah pengantin wanitamu, Anderson. Sudah saatnya aku menjemputmu."

Setelah mendengar kalimat itu, pikiran Anderson mendadak kosong. Yang ia lihat hanyalah kecantikan paras perempuan itu, hingga akhirnya mereka menghilang dan tak pernah muncul lagi.

 Yang ia lihat hanyalah kecantikan paras perempuan itu, hingga akhirnya mereka menghilang dan tak pernah muncul lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paris, 1889.

"Merci (Terima kasih), Monsieur Hugand."

Aku sekuat tenaga menahan senyumanku pada perempuan dari keluarga Dupont ini sebelum mengecup singkat jemari terbalut sarung tangannya itu. Manik mata berwarna biru terang yang Maman katakan seperti lautan itu bahkan terlihat tak lebih dari bola kelereng yang dulu pernah dibawakan Papa setelah perjalanan bisnisnya ke Cina.

"Sebuah kehormatan, Mademoiselle Dupont," ucapku sebelum perempuan itu akhirnya, OH AKHIRNYA, menjauh dariku.

Buru-buru aku berbalik keluar dari ruangan penuh perempuan yang tak berhenti saling berbisik dan mencuri pandang padaku seraya menggerakkan kipasnya—yang kutahu dari gerakan itu mereka menunjukkan ketertarikannya padaku.

THE WITCH IN MY ROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang