∞༺✦10✦༻∞

119 9 3
                                    

Seperti yang sudah dikatakan Jeno dirinya benar-benar datang kerumah jaemin untuk bertamu, ia memencet bel sebanyak dua kali dan mendengar suara pintu dibuka Jeno bersiap ditempat.

Jeno dapat melihat kepala menyembul dari balik pintu, itu sangat mengemaskan melihat pipi jaemin seperti terisi oleh suatu makanan.

Jaemin dengan cepat cepat mengunyah makanannya dan membersihkan sedikit sisa butir di bibirnya.

"Apa yang bisa saya bantu tuan?" jaemin sedikit heran melihat ada yang bertamu kerumahnya, ia sempat berfikir yang mengetik pintu tadi adalah haechan.

"Ah.... Saya-" ucapan Jeno terpotong dengan ujaran yang dilayangkan jaemin.

"Ah~~ aku baru ingat kau adalah orang yang tidak sopan menguntit ku dari belakang bukan?" Jeno sedikit tersentak mendengarnya.

"Apa maksudmu?" Jeno mencoba bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa apa.

"Aku melihatmu saat sedang memotong daging diruang bawah tanah rumahku." jaemin menjelaskan dengan begitu enteng dan sedikit mendayu.

Jeno memang sepertinya sudah ketahuan dari awal, belum mulai sudah tertangkap basah.

"Jadi.... Ada apa kau kemari tuan penguntit?" Jeno sedikit berfikir untuk merangkai kata kata.

Entah apa yang dipikirkan Jeno ia dengan begitu saja mendorong jaemin masuk kedalam rumah dan menutup pintu.

Lalu dengan sekali dorongan kembali Jeno mendukung jaemin didinding.

"Hohoooo apa yang kau lakukan tuan." jaemin masih bermain main saat melihat lawan bicaranya ini masih memasang wajah seperti ragu?"

"Diamlah na jaemin." wajah jaemin yang masih santai dengan sedikit terkekeh tadi mendadak terdiam mendengar suara rendah dan dalam milik pria didepannya.

Jeno bergerak maju lebih dekat dengan jaemin, ia memegang dagu jaemin dengan jari telunjuknya dan membawa tubuh itu lebih mendongak menatap dirinya yang lebih tinggi.

"Kau membuatku gila, kau harus bertanggung jawab kelinci nakal." jaemin mengerutkan keningnya, Jeno masih dengan suara rendahnya berucap tepat didepan muka jaemin membuat dia menahan nafas.

"Apa yang aku lakukan sampai membuatmu gila tuan?" jaemin menetralkan diri dan kembali bersikap santai, ia hanya kaget mendengar deep voice jeno.

"Hanya diam saja kau mampu membuat gairah ku naik." jeno semakin mendekatkan wajahnya pada jaemin sampai kedua hidung mereka bersentuhan.

"Aku menyukaimu na jaemin, apapun yang kau lakukan itu membuatku semakin menyukaimu." jeno menjilat keatas bibir jaemin dengan seringai yang tercetak disana.

Jaemin merasakan tertangtang dengan jeno dan malah berjinjit menyamakan tinggi dengan jeno.

"Apa kau tertarik dengan orang sepertiku tuan?" jaemin kembali bermain main membuat Jeno terkekeh, sepertinya dia butuh kesabaran ekstra menghadapi kelinci nakal yang ada di hadapannya.

"Apa yang membuat aku tidak tertarik padamu huh? Kau memiliki tubuh yang bagus, wajah yang cantik, lucu, dan.... Kita memiliki selera yang sama." jaemin menautkan alisnya.

"Apa selera kita yang sama menurutmu?" posisi mereka masih sama, masih merada dalam posisi muka yang berhadapan dengan hidung yang bersentuhan.

"Tidak terlalu sama karna aku lebih suka bermain cepat sedangkan kau? Kau lebih suka bersenang-senang terlebih dahulu dengan korbanmu." jaemin mengerti maksud dari kata Jeno yang mengatakan 'selera kita sama'.

"Ahh... Seperti itu ya? Kau juga menyukai saat mereka merintih minta ampun dibawah kakimu?" Jeno mengangguk mendekatkan lebih dekat wajahnya sampai kedua bibir itu menempel.

Keduanya hanya diam dengan posisi saling menatap dan bibir yang menempel, perlahan jaemin menutup mata dan mulai mengulum Bibir bawah milik Jeno begitupun sebaliknya.

Lumayan panas penuh gairah tidak bisa terelakkan, keduanya menggila berjalan rusuh kearah sofa dengan masih saling melumat bibi lawan.

"Cpkh hah... " jaemin mendorong pelan baju Jeno yang berada di atasnya, posisinya kini Jeno mendukung jaemin yang berada dibawahnya.

"Apakah tamuku ini meminta hidangan yang lebih nikmat dari tuan rumahnya?" ujar jaemin mendayu sambil menepuk-nepuk dagu Jeno dengan telunjuknya, dibawah sana jaemin menggerakkan kakinya mengelus betis Jeno.

Sedangkan Jeno mengelus pipi jaemin dengan manatap lekat wajah indah itu dari jarak dekat, betapa ia menginginkan posisi ini dari lama. Jeno bisa memandang dengan sangat lekat jaemin yang berada dibawahnya.

"Kau sangat indah jaemin." Jeno masih terus mengelus elus pipi jaemin.

"Sampai yang aku lakukan pun terlihat indah bukan Lee jeno?" jaemin membaca nametag yang tersampir pada Jaz yang jeno pakai.

"Sangat, sangat indah apalagi ketika darah itu melumuri wajah cantik kau. Ingin rasanya aku menjilat wajah itu sampai bersih." jeno mempraktekkan dengan menggerakkan lidahnya seolah sedang menjilat.

"Shhh." tubuh jaemin berdesir saat jeno melakukan hal itu, seperti sesuatu dibawah sana ingin merasakan jilatan dari lidah hangat milk jeno.

✐𝙟𝙖𝙣𝙡𝙪𝙥 𝙫𝙤𝙩𝙢𝙚𝙣𝙩 𝙖𝙣𝙙 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬.

Katanya habis cerita ini tamat gua bakal fokus bikin au dulu, jadinya cerita yang masih coming soon itu bakal lama rilisnya.

𝑴𝑨𝑭𝑰𝑨 𝐷𝐴𝑁 𝑷𝑺𝑰𝑲𝑶𝑷𝑨𝑻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang