Setelah kejadian di toko Kayla Devan dengan wajah kusutnya mengejar Ana namun gadis itu benar-benar hilang di balik pintu rumahnya, ketukan Devan pun tidak di dengar Ana.
"Ana gua minta maaf!" Teriak Devan dengan wajah kusutnya sambil bersender di tembok rumah Ana
Pemuda tersebut tampak menyesal, bahkan ketika langit tidak dapat bersahabat lagi dan mulai meneteskan air mata Ana belum keluar untuk menemui Devan.
"Ana tolong keluar dulu dong! Gua tahu gua salah! Tolong maafin gua Na!" Teriak Devan.
Terhitung sudah satu jam Devan berasa di depan rumah Ana tapi gadis itu tidak mendengarkannya, al hasil Devan pergi dengan wajah penuh penyesalan mulai melangkahkan kakinya pulang .
"Devan?" Teriak Reza yang baru mau masuk ke gerbang membuat Devan menghalangi niatnya untuk pulang.
"Iya bang."
"Kenapa lu diluar?!" Teriak Devan keluar dari mobilnya menggunakan payung berwarna hitam polos.
"Serius nanya gitu bang?" Seakan faham dengan maksud Devan. Reza langsung membuka pintu menggunakan kunci cadangan.
"Lagian Lu kurang baca novel Romans."
"Apa hubungannya?" Tanya Devan mengikuti Reza dari belakang.
"Biar lu tahu tipe-tipe cewe tu apa aja, ga semua cewe suka hal Romans Devan..." Tentu saja Reza tahu alasan adiknya itu ngambek karena hal yang berbau Romans, terdengar tak masuk akal tapi itulah Ana, dia sangat anti romantis.
"Gua pikir dia cuma takut sama anak kucing aja, ternyata anti romantis," balas Devan seraya duduk di ruang tamu bersama Reza.
"Ana itu memang beda, gua aja bingung."
"Iya sih, btw tumben lu pulang cepat bang?"
"Kerjaan gua di perusahaan tadi udah kelar."
"I see.. Oh ya bang tolong dong bilang sama Ana gua minta maaf."
"Bilang aja sendiri."
Devan yang muka nya kusuk makin kusut ketika mendengar jawaban dari Reza, pemuda itu meminta izin kepada Reza untuk mengetuk pintu Ana. Reza yang sudah kenal sama Devan membawa pemuda itu ke depan pintu kamar.
Ketukan pintu diiringi suara Reza membuat Ana tetap saja tidak menggubris justru jari merekalah yang memerah akibat ketukan yang terjadi antarin kepalan jari mereka dan pintu kayu.
"Diam bang!!! Ana lagi belajar!" Akhirnya teriakan Ana membuat kedua pria itu lega.
"Gua pikir lu ko'id! Lagian orang manggil itu di jawab! Ni Devan dari tadi nyariin lu!" Teriak Reza.
"Bilang ke dia, Aku udah maafin!"
"Dengar kan lu? Mending sekarang lu pulang ke posko lu deh Dev."
"Makasih Na! Gua pulang dulu bang," pamit Devan menepuk lembut pundak Reza.
Setelah kepulangan Devan, gadis berhijab pink itu keluar kamar menghampiri Reza yang tengah memakan camilan di ruang TV.
"Bang," ucap Ana seraya duduk di samping Reza.
"Kenapa?"
"Kabar bunda gimana bang?" Tanya Ana karena ia ingin bertemu Bundanya sebelum pergi ke Italia
"Bunda baik kok Na, kamu mau ke tempat bunda?"
"Emm.. Gimana ya bang."
"Kesal sama si parasit kah?" tanya Reza
"Iya bang."
"Asal kamu tahu ni Na, si parasit itu udah cerai dari bunda dan sekarang bunda di rumah sendirian loh," jelas Reza membuat Ana terkejut mengingat bundanya sangat cinta buda pada ayah tirinya yang mereka sebut 'parasit'.
"Sumpah?!!!"
"Iya Ana.... "
"Kasian dong bunda sendirian."
"Mangkanya kamu pulang ke rumah Na," ucap seseorang dari balik pintu luar, suara yang sudah lama tidak Ana dengar dan dia rindu dengan suara itu, sontak saja mereka menghadap ke sumber suara.
"Bunda??!!!" Kaget Ana.
"Cepat banget Bun, padahal baru lima belas menit yang lalu deh nelpon Eza."
"Bunda kan hiro, btw tolong bawain tas bunda dong kalian jangan bengong gitu."
"Ana apa kabar?" Tanya Alin memeluk anak gadis satu-satunya itu sambil tersenyum lembut.
"Baik Bun, bunda benaran ga sama parasit itu lagi kan???" Tanya Ana menggandeng bundanya untuk duduk di sofa.
"Gak lagi Na, berkat kerja keras kamu dulu nyelidikin parasit itu bunda jadi sadar... Makasih ya sayang dan maafin bunda heheh," ungkap Alin terkekah karena sebutan parasit untuk mantan suami nya itu sangat lucu dan cocok.
"Makasih bunda."
"Eza ga di peluk bun?" Celetuk Reza keluar dari kamar tamu.
"Sini!" Teriak Alin memberi kode kepada Reza agar mendekat alhasil mereka berpelukan.
"Rumah yang lama jadi gimana bun?"
"Bunda suruh nenek kamu tempatin."
"Okei."
"Gimana kerja mu Za?"
"Baik dan lancar."
Obrolan mereka berlanjut sampai adzan magrib karena mereka sudah lama tidak bertemu bisa di bilang selama tiga tahun mereka tidak mengobrol satu sama lain.
Setelah adzan magrib selesai mereka menunaikan sholat dan setelah itu Ana menceritakan bahwa dia akan ikut Au pair dan sudah mendapatkan keluarga di Italia, Alin yang mendengar Ana tentu saja dia mendukung gadis kecilnya karena Alin tahu bahwa Ana sangat menyukai Eropa
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer
Teen Fictiontentangku dan tentangmu tulisanku untuk dirimu Mengapa aku memilih membuatmu amerta dalam aksara? Sebab lara bisa menjadi nirmala karena sebuah prosa Sebut saja gadis gila tersebut bernama Noviana Ramadhani, seorang remaja perempuan yang tidak tahu...