Alexandra dengan cepat melangkah maju, menghampiri Zahra yang masih menatapnya penuh tanya. Tanpa menjawab apapun, Alexandra menggenggam tangan Zahra dan segera menariknya menuju kamar, berusaha menghindari tatapan Clarissa yang tampak semakin tajam.
Clarissa berdiri bergeming di tempatnya hanya memerhatikan setiap gerak-gerik Alexandra. Matanya mengikuti perginya Alexandra dan Zahra ke lantai atas. Ada ketenangan yang aneh dalam sikap Clarissa, seolah ia tahu bahwa Alexandra tak akan bisa benar-benar lari darinya.
Di dalam kamar, Alexandra berdiri di depan pintu yang baru saja ia kunci, memandang Zahra yang terus mendesaknya dengan tatapan penuh kecurigaan. "Siapa wanita itu, Alex? Dan di mana Lisa?" Zahra bertanya, suaranya semakin tegas.
Alexandra memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam-dalam sambil mencoba menenangkan diri. Pikirannya kalut, tangannya gemetar, ia tahu ini bukan situasi yang mudah untuk dijelaskan.
Dia akhirnya membuka mata, menatap Zahra dengan raut wajah yang penuh beban. “Aku... aku akan jelaskan, tapi tolong dengarkan aku dengan tenang.”
Zahra menunggu, masih dengan wajah penasaran. Alexandra tahu ia tidak bisa menghindar lebih lama lagi—pertanyaan-pertanyaan Zahra membutuhkan jawaban, dan kejujuran mulai terasa sebagai satu-satunya jalan keluar. Tapi, apakah ia siap mengatakan semuanya?
Alexandra menunduk, suaranya berat saat ia mulai berbicara. “Echa, aku ... aku sedang diancam. Wanita tadi, dia bukan siapa-siapa yang seharusnya ada di sini. Tapi sekarang dia ada di hidupku lagi, dan aku... aku nggak tahu harus gimana,” kata Alexandra pelan, namun jelas.
Zahra mengernyit, kebingungan mulai memenuhi wajahnya. "Diancam? Maksudmu apa, Alexa? Siapa wanita itu, dan kenapa dia ada di rumahmu? Apa yang terjadi?"
Alexandra menggigit bibirnya, menahan air mata yang mulai menggenang. “Sekarang dia menggantikan Lisa sebagai asistenku. Aku terpaksa, Echa."
Zahra terkaget. "Tapi kenapa?"
"Dia orang dari masa lalu, Echa. Sekarang dia mengancamku dengan sesuatu yang bisa menghancurkan hidupku. Aku ... aku nggak tahu harus gimana.”
Zahra masih tampak bingung dan cemas. “Mengancammu dengan apa? Apa yang bisa dia lakukan padamu? Kenapa kamu nggak cerita padaku sejak awal?”
Alexandra menarik napas panjang, suaranya semakin berat. “Dia punya rekaman... video saat kami bersama dulu. Dia mengancam akan menyebarkannya jika aku nggak menurut padanya. Aku... aku takut. Ini bisa menghancurkan karierku, reputasiku, semuanya."
Zahra tercengang, bingung sekaligus. "Video apa? Jangan bilang kalau ..."
Alexandra duduk di tepi ranjang, wajahnya tertunduk. Suara napasnya terdengar berat, seperti mencoba menahan luapan perasaan yang bercampur aduk. Zahra, yang berdiri tak jauh di depannya, tampak bingung, kesal, kecewa dan marah menunggu penjelasan yang tak kunjung datang.
“Video hubungan intim aku dan dia, Echa,” akhirnya Alexandra membuka mulut, suaranya pelan namun penuh rasa takut.
Terkatup, Zahra tidak mampu berkata-kata.
“Namanya Clarissa. Dia... dia datang ke kehidupanku sekarang karena satu kesalahan yang aku buat.”
Zahra makin cemas, matanya menyipit, menuntut penjelasan lebih jauh. “Kesalahan apa? Apa yang sebenarnya terjadi, Alex?”
Alexandra menggigit bibirnya, seolah-olah mencari kekuatan untuk melanjutkan. Setelah beberapa detik hening, ia menghela napas panjang. “Aku bertemu Clarissa di Inggris, satu setengah tahun yang lalu. Waktu itu aku sedang liburan, dan… kita berdua hanya bersenang-senang. Itu terjadi saat hubungan kita sedang break.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BELENGGU OBSESI CLARISSA
Romance"Apa maumu, Clarissa? Stop menggangguku!" "Jadilah kekasihku." "Apa?!" "Kalau kamu tidak mau, aku akan menyebarkan video syur kita ke publik. Citra dan reputasi mu sebagai aktris papan atas dan berprestasi tanpa cela kini akan lenyap karena skandal...