Kegiatan sekolah pagi ini sama seperti sekolah pada umumnya, hanya saja anggota osis sedikit berbeda karna mereka menjadi lebih sibuk dibanding hari sebelumnya.
Rapat sudah selesai sekitar beberapa menit yang lalu, kini mereka berhamburan pergi menuju kantin guna menghilangkan dahaga serta lapar pada perut mereka masing-masing. Energi mereka telah habis digunakan untuk berpikir selama 3 jam.
"Gila, dikit lagi udah mau mulai aja acaranya. Baru rapat aja gue udah pusing sama konsep, gimana nanti pas hari H?." Ucap Marco sesampainya mereka duduk di bangku kantin.
"Lebih gila lagi yang bendahara sih ngatur keuangannya. Dia aja udah pusing banget tuh, bentukkannya aja udah gak beraturan sekarang." Timbun Adhan sambil menunjuk ke Melani sang bendahara osis yang sedang menengguk minumannya hingga habis.
"Ya kita berdoa aja semoga semuanya lancar sampai hari H. Jikalau nanti-semoga tidak terjadi ya-ada masalah, kita bisa dengan cepat ngatasin itu masalah tanpa bikin panik yang lain." Jelas Gibran menenangkan kedua temannya itu.
Marco melihat kearah jam tangannya, jam menunjukkan pukul 11:55 di mana 5 menit lagi bel istirahat akan segera dimulai, dan pastinya akan banyak murid pula yang menuju kantin. "Ini pada mau pesen apa? Sebentar lagi bel istirahat bunyi, ngeri gak kebagian makanan sama ngantri juga."
"Nitip siomay sama nutri sari aja deh."
"Kalau lu mau nitip apa?." Tanya Marco pada Gibran.
"Samain aja boleh."
Marco mengangguk, "Oke, gue pesen, ya."
Begitu Marco ingin pergi memesan makanan, Adhan mencegahnya, "Eh, Mar. Gue ikut sama lu aja deh, takut ada menu baru menarik." Lalu pergilah mereka berdua meninggalkan Gibran sendiri di tempat sambil jarinya sibuk berselancar diatas benda pipihnya.
Tak lama setelah itu, bel istirahat dengan nyaring berbunyi. Terdengar pula banyak langkah kaki yang akan menuju ke arah kantin.
Gibran tak peduli akan itu, ia hanya dengan tenang berkutat dengan ponselnya sembari menunggu teman dan pesanannya datang.
Hingga salah satu suara membuat matanya berhenti fokus menatap ponselnya,
"Mau makan apa, Rel?."
"Hmm, apa ya? Lagi gak mood makan juga sih. Jadi bingung mau makan apa."
"Yeuh, aya aya wae kamu mah. Yang bener anjir, ini gue mau buru-buru pesen biar gak ngantri panjang." Ucap Panca.
"Tau lu, kan nanti kalau lama ngantrinya kita gak bisa gibah lama panjang lebar." Sambung Falan.
"Ih, bingung. Gue makan kue soesnya Mbak Ratna aja lah."
"Okeehhh kalau itu mau kamu, awas aja ya kalau kamu minta makanan dari piring aku, itu kue soes akan aku layangkan ke muka mu." Ucapan Falan hanya dijawab cengiran oleh Farrel.
"Panca sama Falan pergi beli makanan, terus gue sama Windra bisa beli minuman biar gak lama juga. Farrel cari bangku aja biar kita kebagian tempat. Ini si Candra ke mana deh?." Tanya Santria.
"Pergi ke toilet dia." Jawab Farrel.
"Oke, nanti kalau udah selesai bilang ke Candra buat nyusul Panca Falan ya, takut mereka ribet bawa makanannya."
Lalu mereka semua pergi dan kini hanya tinggal Farrel sendiri yang sedang ingin mencari bangku kosong.
Ketika sedang sibuk mencari tempat, matanya tak sengaja menangkap Gibran yang sedang duduk sendiri tak jauh dari tempat ia berdiri menatap ke arahnya sambil tersenyum kecil.
Farrel melihat ke sekelilingnya, semua murid sibuk pada urusannya masing-masing. Di rasa sudah aman maka Farrel berjalan di mana Gibran duduk.
"Sendiri aja?." Tanya Farrel setiba di depan Gibran.
"Engga, bareng Marco sama Adhan juga. Mereka lagi pesen makanan, sebentar lagi juga mereka ke sini." Farrel membentuk bibirnya huruf 'O' tanda mengerti
"Gak makan?." Kini Gibran yang bertanya.
"Siapa? Aku?."
Gibran menganggukan kepalanya. "Ya iya dong kamu, masa Pak Jaya."
"Lagi gak mood makan gak tau kenapa. Jadi pesen kue soesnya Mbak Ratna aja."
"Gak lapar emangnya?."
Farrel menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Gibran yang melihatnya menghembuskan nafasnya pelan, "Makan, Rel. Nanti kena maag lho."
"Nanti aja deh pas udah ngerasa lapar. Aku ke ujung dulu ya nempatin bangku, takut gak kebagian tempat duduk."
"Ya udah sana, jangan lupa dihabisin kue soesnya biar gak sakit."
"Iyaa." Farrel langsung pergi ke ujung kantin di mana hanya tempat itulah yang masih tersedia.
Setelah kepergian Farrel, teman-temannya datang dengan kedua tangannya penuh akan makanan.
"Sorry lama, nih si Adhan ribet banget nyari-nyari dulu!."
"Biarin yang penting gue kenyang." Jawab Adhan dengan menjulurkan lidahnya.
Gibran yang melihat kedua temannya sedang bertengkar itu hanya bisa tersenyum memaklumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA
Teen Fictionseorang ketua osis ternyata diam-diam menjalin hubungan dengan salah satu siswa di sekolahnya? ಠಿ_ಠ ini adalah cerita kisah dua adam yang saling menyembunyikan rasa serta hubungan mereka didepan khalayak dikarenakan beberapa alasan. apakah kamu te...