Part 4. Seragam kebesaran

405 26 0
                                    

Matahari telah menampakkan diri, membuat pria manis yang tengah tertidur nyenyak itu menjadi terganggu karna sinar mentari menyambut indra penglihatannya, meminta untuk ia segera bangun dari tidurnya.

Kejadian mogok mendadak motornya Panca kemarin yang membuat dirinya harus ikut mendorong kendaraan beroda dua itu sampai bengkel, kini badannya masih terasa sedikit sakit karna kejadian itu. Mungkin karna faktor dirinya yang tak suka berolahraga juga, maka-nya mendorong motor saja bikin badannya sakit-sakit.

Matanya pun masih berat dan enggan membuka diri, rasanya ia ingin tidur kembali di kasur kesayangannya. Tapi ia teringat kalau ia tak pergi sekolah, maka ia tak akan mendapatkan uang jajan dari Bundanya.

Dengan langkah kaki yang malas, ia paksa dirinya menuju ke kamar mandi untuk pergi ke sekolah dengan berat hati.

🌻

Awalnya, paginya Farrel terlihat baik-baik saja. Kicauan burung di pagi hari membuat suasana hatinya menjadi senang. Sebelum akhirnya, senyum yang tadi terdapat di bibirnya hilang begitu ia mendapat kecelakaan yang membuat paginya tiba-tiba menjadi buruk.

Tadi ketika ia tengah berjalan santai menuju kelasnya, seseorang tak sengaja menabrak tubuh mungilnya dengan keras dan menumpahkan air berwarna ke seragam sekolahnya, ditambah waktu ia mengetahui siapa si pelaku yang membuat seragamnya kotor.

Marco, dengan Gibran yang berada di sebelahnya menatap panik ke arah seragam milik Farrel, apalagi waktu melihat ekspresi Farrel yang seperti sedang menahan amarah.

"Lo!" Farrel menghela nafasnya dengan kasar dan menutup mata-mencoba menenangkan diri, lalu menatap kembali si pelaku.

"Rel, aduh, maafin guee. Gue gak sengaja sumpah. Tadi ada orang yang nabrak gue di belakang, pas mau gue liat siapa orangnya, malah orangnya udah gak ada. Terus pas gue mau jalan lagi malah nabrak lo." Marco menjelaskan kepada Farrel agar tidak salah paham kepada dirinya.

Gibran hanya diam menatap seragam Farrel yang kini terdapat noda berwarna oranye, "Bajunya-."

Farrel menatap orang di depannya dengan tajam, termasuk kepada Gibran.

"Baju lo biar gue bersihin dulu, Rel. Nanti lo pakai seragam gue di loker sebagai gantinya. Ini gue beneran gak sengaja. Maaf banget."

Bukannya menjawab perkataan Marco yang sedari tadi terus meminta maaf kepadanya, Farrel malah pergi berlalu meninggalkan mereka berdua di koridor. Daripada ia menjadi lebih emosi karna suasana hatinya sudah tidak baik-baik saja sekarang, lebih baik ia segera pergi dari hadapan dua pria itu.

"Mampus gue, dia pasti marah banget sama gue." Ucap Marco merutuki perbuatannya sendiri.

Farrel tak langsung masuk ke dalam kelas, tak mungkin juga kalau ia mengikuti mata pelajaran dengan seragam kotornya 'kan?

Kini Farrel sedang berada di kamar mandi, sibuk membersihkan seragam yang tadi terkena noda. Di dalam sana hanya ia sendiri, tak ada satu orang pun yang berlalu lalang di belakangnya, ia melihat ke arah ponsel-melihat jam.

Pantas saja sepi, karna sekarang ini waktu sudah menunjukkan pukul 07:41, di mana jam pelajaran pertama pasti sudah dimulai. Untungnya sebelum ke kamar mandi ia sempat meminta tolong ke Satya untuk memberi tahu alasan keterlambatannya ia masuk ke guru mata pelajaran.

Disaat sedang sibuk berkutat dengan bajunya, seseorang masuk dan mengagetkan dirinya yang sedang fokus menggosok-gosokkan bajunya dengan air mengalir.

"Dipakai." Ucap orang tersebut melemparkan seragam putih yang berlogo sama seperti yang ia punya, logo sekolahnya.

"Gak mau, kegedean." Tolak Farrel dan melempar kembali seragam itu ke orang tersebut.

"Lo sekolah mau pakai seragam lo yang basah dan kotor itu?."

Benar juga, daripada ia harus memakai seragam miliknya yang masih basah serta noda yang belum sepenuhnya hilang, lebih baik ia menggunakan seragam yang kebesaran dibadannya. Ia tak mau masuk angin hanya karna memakai seragamnya yang basah.

"Tapi... ini kegedean di gue."

"Dipakai, Rel."

Dengan sangat amat teramat terpaksa ia harus menggunakan seragam besar itu untuk satu hari ini. Ini semua gara-gara Marco!

Farrel menatap orang tersebut dengan ekspresi pasrah dan menghela nafasnya pelan, "Okay."

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang