Chapter 5, Beginning V

2 0 0
                                    

Beberapa waktu sudah berlalu, Bell dan dewi Hestia sudah tidur duluan setelah kami bertiga puas menyantap banyak Jagamarukun.

"Hmm.. pertumbuhannya cukup masif.."

[Status]
Name: Yukira
Lvl: 1
Strength I0 > H108
Endurance I0 > H104
Dexterity I0 > H155
Agility I0 > H123
Magic I0 > G232

Magic:
[Amour Haine]
[ ]
[ ]

Skill:
[Jack of All Trades]
[Ars Lemegeton]
[Revelation]

Aku hanya sekedar balik ke Dungeon untuk melakukan sedikit uji sihir dan malah aku mendapat poin segitu banyak. Jika ditotal kurang lebih sekitar 700+ poin.

Cukup banyak, malah ini terlalu banyak untuk pemula level 1.

Dengan adanya Jack of All Trades dan Ars Lemegeton, sekarang aku tahu kemana arah perkembangan terbaik untukku.

Sekarang aku juga bisa memakai sihir lebih dari tiga, ini termasuk untuk sihir roh dan elf. Selesai melihat pertumbuhan status, aku beranjak ke halaman luar.

"Caelum Veil." karena efek Skill, aku bisa melewati tahapan rapalan.

Di momen sihir kusebutkan, elemen listrik menyelimuti keseluruhan tubuh dari atas hingga bawah, efeknya tidak sekuat roh sungguhan, itu bisa diwajarkan karena aku bukan roh, jadi output kekuatannya tidaklah hebat. Tapi, sihir enchant ini cukup kuat untuk level 1 awal.

"Amour Haine."

Mengingat sifat ganda dari Amour Haine, saat mengaktifkannya, dalam kepalaku selalu terukir gambaran api hitam dan api putih berbaris berdampingan, tapi, itu bukan api secara literal, lebih mengarah pada makna simbolik antara cinta dan kebencian, dimana cinta diwakili api putih, dan kebencian diwakili api hitam.

Karena aku bisa memakai sihir secara paralel, aku mencoba mengeksploitasi apa yang aku bisa manfaatkan, sifatnya terlalu sederhana, hipotesanya adalah apa bisa sihir seperti Amour Haine ditimpa ke sihir lain.

Dengan eksperimen itu, membuahkan hasil, karena gambaran yang kuat saat ini adalah api hitam dan monster naga, Caelum Veil mengalami mutasi, dari kuning, petir yang diproduksi menjadi warna hitam, reaksinya menjadi lebih liar dan tidak terkendali, outputnya lebih destruktif.

"Kalau hasilnya begini, artinya, kebalikannya juga bisa terjadi."

Mengganti gambaran mental, aku mulai membayangkan api putih dan dewi Hestia bersama Bell, bagiku mereka berdua sangat berharga, dengan bayangan seperti itu, sudah cukup sebagai pemicu.

Seperti yang bisa ditebak, Caelum Veil berubah warna dari hitam, menjadi putih murni seperti salju, reaksinya lebih tenang dan terkendali, outputnya jelas lebih rendah daripada petir hitam, tapi, lebih efisien dan terkonsentrasi sebagai petir putih.

"Distel."

Dengan begitu, semua listrik putih tadi menyebar ke semua arah pergerakan. Baru satu sihir, tapi beban konsumsi kekuatan sihirnya yang terlalu besar sudah membuatku lelah dalam jangka waktu pendek.

"Sihir roh memang beda.."

Seharusnya aku selesai dengan eksperimen ini, tapi, tiba-tiba saja ada tatapan mata yang kuat kesini. Semenjak aku pertama kali hadir di Orario, tatapan itu selalu menghantuiku kapanpun dan dimanapun aku berada.

Aku jadi semakin terbiasa dan mudah bagiku mendeteksi kehadiran. Kali ini, tatapannya dekat. Memutar balik badan, aku meningkatkan kewaspadaan.

"Siapa itu?? keluarlah."

***
"Ottar..." ucap pelan wanita dengan rambut perak dan mata ungunya, dia mengenakan gaun hitam dengan belahan terbuka ditengah, didepannya ada kaca lebar terbentang yang menunjukkan pemandangan satu kota Orario.

"Ada apa, Freya-sama?" ucapku yang berdiri dibelakangnya.

"Anak itu.. bisa kamu amati dia?? kamu bisa beri dia sapaan kalau mau.."

"Hestia Familia??"

"Iya.. tapi, bukan yang rambut putih.. yang satunya.. tapi ingat, jangan berlebihan.. dia masih pada waktunya dalam pertumbuhan..."

"Dimengerti, Freya-sama.."

Beberapa puluh menit kemudian.

Ini menakjubkan, aku mulai mengerti kenapa Freya-sama mulai tertarik dengan anak ini dan temannya itu. Aku pikir aku sudah benar-benar menyembunyikan hawa kehadiran, tapi dia bisa sadar, kemudian.. sihir itu.. dia tidak normal..

"Keluarlah. Aku tidak takut."

"Itu aku.."

Bersembunyi sudah tidak ada gunanya karena dia dengan mudah mendeteksiku, jadi, aku langsung memilih untuk menunjukkan diri.

***
Seseorang keluar dari titik persembunyiannya.

Tubuhnya besar, setiap sudut badannya penuh dengan daging yang tebal dan otot yang kuat. Diatas kepalanya ada telinga babi hutan. Di punggungnya ada dua pedang kembar.

"Kau.."

Siapapun didunia ini tahu sosok orang ini, King---Ottar, Boaz dari Freya Familia, satu-satunya petualang level 7 di dunia, selain satu orang lagi berlevel 7 (Knight of Knights).

Jadi, apa kepentingan untuk seseorang yang terkuat dari Familia terkuat datang ke yang terlemah dari Familia terlemah ini? itu memberikanku ribuan pertanyaan.

"Untuk apa kau kesini? asal tahu saja, aku tidak ramah pada orang asing."

"Tidak masalah, aku disini hanya untuk memberimu salam."

Sesudah mengucapkan itu dia menarik pedang besar kembar dibalik punggungnya, melempar salah satunya kearahku.

"Apa maksudnya ini?"

"Bertanding. Akan lebih baik jika kita bertukar pesan dengan pedang daripada kata-kata, sekaligus.. aku ingin melihat, seberapa jauh potensimu untuk bertumbuh.."

Mengapa orang dari Familia lain malah tertarik denganku? aku khawatir mereka punya kepentingan lain.. tapi ini kesempatan yang bagus untuk menguji kemampuanku..

"Tunggu, sebelum itu aku pastikan dulu, kau tidak punya maksud tertentu kan?"

"Aku bisa menjaminnya. Aku hanya sekedar ingin mengetahui kedalaman potensimu."

Mengambil pedang yang tergeletak ditanah, beratnya lumayan besar, jadi aku memegangnya dengan kedua tangan sembari menghunuskan ujung bilahnya ke arah orang itu.

"Caelum Veil---Amour Haine."

Familia Myth: Trinity Oratoria (DanMachi Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang