Sapuan angin membelai rambut panjang seorang gadis muda yang tengah asyik menikmati pemandangan kebun teh dari balkon Villa.
Perlahan ia merentangkan tangan menyambut udara dingin sekitar di hari yang hampir menjelang siang ini. Subuh tadi ia dan sang suami baru saja tiba di Villa yang sengaja suaminya siapkan jauh-jauh hari untuk mereka berbulan madu.
Senyumnya terbit, kala merasakan sepasang tangan melingkar di perut rampingnya. Di susul kecupan hangat di leher jenjangnya seperti mencari sebuah kenyamanan.
"Boleh lah ya, ada pagi pertama. Aku pengen pamerin ke matahari terbit, kalau aku punya wanita yang lebih indah dari nya."
Gadis itu tersenyum, "kamu bilang, nggak mau merusak malam pertama kita."
"Tapi kayaknya pagi pertama jauh lebih menantang."
Gadis itu berbalik badan tanpa melepas pelukan sang suami yang masih asyik menenggelamkan wajah tampannya di dada.
"Bara, bisa nggak sih jangan genit."
"Nggak bisa. Kamu pikir gampang nahan diri selama 5 tahun. Nungguin kamu lulus kuliah, pakai acara kerja dulu. No-no-no-no, itu lama banget istriku sayang."
"Tapi itu kan demi kebaikan kita. Kalau kamu aja yang kerja, yang ada aku keenakan sendiri."
"Hei, itu tanggung jawab aku. Lagian, cafe-cafe aku maju pesat itu juga karena dukungan kamu, Sayang. Udah sepantasnya dong, kamu tinggal nikmatin hasilnya."
Ciuman-ciuman kecil di dapat gadis itu di hampir seluruh wajahnya.
"Nara Farzana Samudera, mau kah kamu menerima cintaku yang sederhana ini."
Cubitan kecil Nara layangkan di pinggang sang suami, Bara. "Kamu bisa nggak sih, jangan gombal mulu. Itu nggak aman buat jantung aku, Sayang." Adu nya seraya mengalungkan kedua tangan di leher jenjang lelaki berparas ganteng itu.
"Itu hanya contoh kecil, aku bakalan bikin jantung kamu nggak aman tiap hari nya." Bara memegang pinggang Nara, lalu mengangkat tubuh ramping gadis itu dan menggendongnya ala koala.
"Bara!" Pekik nya tertahan.
"Maaf ya, perjalanan ke sini terlalu lama, dan aku mau ambil bayaran aku sekarang."
Bara Samudera, seorang pengusaha cafe muda. Di usia nya yang baru menginjak 27 tahun, ia terbilang kelewat sukses dengan cabang cafe yang ada di beberapa kota besar di sekitaran Jakarta.
Menjalin hubungan dengan sang calon istri yang terpaut usia 1 tahun lebih muda dari nya membuat Bara mau tak mau harus mengikuti kemauan wanita yang dicintai nya.
Hubungan mereka terbilang mulus selama ini, tak ada pihak ketiga mau pun masalah yang menerpa. Bahkan restu orang tua telah mereka kantongi sejak pertama mereka menjalin cinta.
Nara Farzana juga berasal dari keluarga kaya. Meskipun sang papa memiliki 2 orang istri, tapi kehidupan mereka begitu harmonis.
Pernah di vonis terkena penyakit mematikan, nyata nya tak membuat ibu kandung Nara menyerah begitu saja. Wanita itu bahkan telah meminta sang suami menikahi sahabatnya. Tapi rupanya Tuhan masih sayang padanya, perlahan tapi pasti, sakit yang di derita Diana, Ibu Nara. Perlahan bisa sembuh atas kesabaran dan keyakinannya.
***
"Sayang, udah dong ngambeg nya." Bara susah payah merayu sang istri yang masih setia bergelung di dalam selimut tebal yang ia pakaikan.
"Iih! Bara apa-apaan sih." Nara mendorong tubuh Bara yang berusaha mendekatinya lalu menepis tangan sang suami yang mengusap pipi chubby nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI CINTA
General FictionBagaimana pasangan pengantin baru, Bara Samudera dan Nara Farzana menghadapi teror demi teror dari orang misterius yang entah menginginkan salah satunya atau hanya karena tak menyukai pernikahan keduanya. "Jika melepasmu adalah jalan terbaik, aku r...