Nara menggeliat pelan, meraba samping ranjang yang telah kosong. Gemericik air dari kamar mandi hotel seakan memberitahu bahwa Bara tengah di sana.
Nara memeriksa ponselnya. Kosong tanpa notif karena Bara telah membuang nomor sebelumnya. Dan bahkan mungkin sampai saat ini keluarganya pun belum tahu tentang itu.
"Dasar nyebelin. Nomor aku segala di buang. Kan aku jadi nggak bisa telepon Mama," gerutunya.
Nara menyambar ponsel Bara. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Rasa penasaran hinggap, dan dengan santainya Nara membuka pesan itu.
"Baraaa!!!"
Prakk!
Nara tak sengaja melempar ponsel Bara ke lantai.
"Sayang, ada apa?!" Bara berlari sembari melilitkan handuk di pinggangnya. Panik.
"Ada apa, Sayang?" Bara memeluk Nara yang menangis menutupi wajahnya dengan telapai tangan.
"Bara aku nggak mau kamu mati gara-gara aku, Bara. Aku nggak mauu." Tangis Nara terdengar begitu menyayat hati.
"Hei, sayang dengerin aku. Hidup dan mati itu milik Allah. Apa pun yang akan terjadi aku nggak mungkin mati kalau Allah belum berkehendak."
"Dia, Bara. Dia." Nara menunjuk ponsel sang suami yang masih tergelertak di lantai namun, sungguh kondisinya miris. Pecah di bagian layarnya.
Bara menarik napas dalam, ia memahami ketakutan sang istri namun, ia sendiri tak bisa melihat apa yang ada di dalam ponsel itu sehingga sampai membuat istrinya histeris.
"Maaf, Bara."
Bara kembali memeluk Nara, mengusap punggung nya yang bergetar. "Cup-cup. Udah nggak usah nangis, selama ada kamu. Aku pasti baik-baik aja."
"Aku nggak mau kamu celaka, Bara." Nara mendongak dengan mata sembab nya.
"Sayang, buang jauh-jauh semua pikiran itu. Percaya sama aku, aku pasti baik-baik aja. Dan kita akan selalu sama-sama."
Usapan lembut di wajahnya memberi sedikit ketenangan di hati Nara. Di liriknya ponsel Bara yang hanya bisa menyala lalu kemudian padam dan terus berulang.
"Hp kamu rusak, maafin aku ya."
"Udah nggak papa, nanti ganti yang baru lagi."
(Woy lah, laki kek Bara nyari di mane 😭😭)
"Sekarang kamu mandi, kita siap-siap pulang ya. Bunda sama Papa katanya kangen banget sama kamu."
"Kita ke rumah Bunda dulu?"
"Hmm. Nanti aku ada sesuatu buat kamu."
"Apa?"
"Bukan kejutan dong kalau di kasih tahu sekarang."
"Apa pun itu, makasih, Sayang." Nara mencium sekilas bibir Bara sebelum kemudian berlalu pergi ke kamar mandi.
"Dasar bocil. Dari dulu suka banget bikin salting." Bara tersenyum lebar menyentuh bibir merah nya. Walau dalam hati terus berkecamuk tentang apa yang sebenarnya di lihat Nara di ponselnya sampai sang istri histeris dan menangis.
"Ya Allah, apa pun rintangannya. Tetap biarkan kami bersama."
***
"Kalian benar-benar nggak bisa di andelin!"
"Kenapa Nona tidak berusaha sendiri saja. Non Nara dan juga Den Bara terlalu baik. Saya merasa berdosa telah membuat mereka hampir terpecah belah."
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI CINTA
Narrativa generaleBagaimana pasangan pengantin baru, Bara Samudera dan Nara Farzana menghadapi teror demi teror dari orang misterius yang entah menginginkan salah satunya atau hanya karena tak menyukai pernikahan keduanya. "Jika melepasmu adalah jalan terbaik, aku r...