HAMPIR MATI

284 48 30
                                    

Aksi kejar-kejaran antara mobil Bara dan taxi yang membawa Nara terus berlangsung. Beberapa kali Bara mengusap kasar wajahnya karena tak berhasil mendahului mobil berwarna biru muda itu. Di sana, sang istri pasti tengah menangis usai mendapati dirinya yang tengah bersama Lia. Padahal, kejadian yang di saksikan Nara tak sesuai dengan yang terjadi sesungguhnya.

"Sayang, please. Berhentilah dulu, kita bicara dan dengarkan alasanku."

Klakson Bara beberapa kali berbunyi, tapi sepertinya mobil yang ia kejar justru semakin kencang melaju.

Sampai tepat di sebuah tikungan tajam, Bara kehilangan kendali. Sebuah motor yang mengangkut sayuran berada di garis tengah.

Bruakk!!

Nara spontan menoleh dan menghentikan sang sopir. "Bara."

"Pak, mobil suami saya nabrak." Nara cepat-cepat membuka pintu dan berlari menuju mobil Bara yang mengepulkan asap.

"Bara!!" Nara menggedor pintu mobil yang terkunci otomatis dari dalam. "Pak tolong, Pak." Nara berteriak pada sopir taxi.

"Bara, buka pintunya, Bara." Nara khawatir terjadi konsleting pada mobil yang telah mengepulkan asap itu.

Sang sopir taxi di bantu pengemudi motor berusaha membantu Bara yang pingsan di dalam mobil. Mungkin akibat benturan yang di terima nya.

"Non, bahan bakarnya tumpah. Kalau sampai ada konsleting, mobil ini akan terbakar."

"Ya Allah, Pak tolong suami saya." Ada penyesalan di hati Nara.

"Kalau kacanya tidak di pecaahkan, kita tidak akan bisa menolongnya, Non."

"Pecahkan saja, Pak. Yang penting suami saya selamat."

Pengemudi motor mencari batu cukup besar. Lalu mencoba memecahkan kaca mobil samping kemudi.

"Cepat, Pak." Sopir taxi langsung membuka pintu setelah kaca berhasil di pecahkan. Pria berumur itu buru-buru menarik Bara keluar. Hingga tanpa sadar, lengan Bara tergores kaca cukup dalam.

"Bara, ya Allah sayang."

Api mulai menyala, dengam dibantu dua orang pria itu, Nara membawa Bara yang belum sadarkan diri menjauh dari mobil mereka.

Duuarr!

Tepat ketika mereka sampai di dekat taxi, mobil meledak. Nara menangis histeris memeluk Bara yang belum kunjung sadar.

"Non, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit. Ini tangan Mas nya juga terluka," usul sopir taxi. Nara mengangguk cepat.

"Saya akan bantu laporkan ini ke Polisi, Non."

"Terima kasih, Pak."

***

Nara mondar-mandir di depan ruang UGD, menunggu Bara yang tengah di tangani tim Dokter.

"Nona Nara?"

"Iya, Suster."

"Tuan Bara sudah sadar, dan beliau mencari anda." Nara menerobos masuk setelah mengucapkan terima kasih.

"Sayang." Panggilan lirih Bara membuat rasa bersalah Nara kembali menyeruak. Ia tersenyum getir mendekati suaminya itu.

"Sayang, aku minta maaf, aku--"

"Bara, kamu istirahat ya. Lupakan saja semuanya. Aku yang seharusnya minta maaf." Nara mengusap lembut kepala Bara yang tersenyum meski bibirnya sedikit pucat.

MISTERI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang