INSIDEN

228 50 33
                                    

"Bara pulang yuk." Ajakan Nara seperti tak di gubris oleh Bara. Malam sudah hampir larut, tapi lelaki itu masih asyik membenamkan diri di pelukan sang istri. Tempat yang selalu memberikannya kenyamanan setiap saat.

"Kamu bisa nggak sih jangan suka rusak mood happy aku. Aku lagi pengen di peluk," jawab Bara. Lelaki itu malah semakin menduselkan wajahnya di dada Nara yang duduk bersandar ranjang.

"Tapi ini udah malem, Sayang. Bunda nanti khawatir. Kita kan juga harus ke rumah Mama."

"Ini rumah kita, Sayang. Kita langsung di sini juga nggak papa." Bara mendongak, memainkan rambut basah Nara.

"Tapi semua barang-barang kita masih di rumah Bunda dan Mama. Banyak loh. Siapa yang suruh anterin."

"Gampang itu."

"Ish! Bara." Nara mendorong pelan suaminya itu untuk menjauh.

"Oke kita pulang. Tapi dengan syarat."

"Syarat apa lagi?" Nara semakin jengkel dengan tingkah manja suaminya.

Nara menaikkan satu alisnya saat Bara terang-terangan mengedipkan sebelah mata.

"Nggak ada! Capek!" Nara meraup wajah tampan Bara yang seketika cemberut.

"Tapi yank."

"Bara Samudera."

"Iya, Nara Farzana." Bara menggerutu pelan. Menuju kamar mandi dengan di iringi senyum puas Nara. "Awas aja nanti sampai rumah, habis kamu," ancamnya tepat di depan pintu.

***

"Sepertinya, permainan yang kita buat tidak akan pernah mampu memisahkan mereka. Ini cara sakit selanjutnya. Nara harus tahu, jika dia berhadapan dengan orang yang tidak pernah main-main dengan ucapannya."

"Lo beneran tega?"

"Kenapa enggak. Gadis tengik itu susah di ajak berunding. Apa susahnya, meninggalkan Bara dan pergi jauh-jauh."

"Bagaimana mungkin, Bara saja sebucin itu."

"Lo aja yang bodoh! Kalau saja waktu itu Lo nggak nanggung mutusin kabel rem mobil Bara. Pasti sekarang Nara udah jadi milik Lo."

"Gue nyerah."

"Nyerah? Berapa tahun kita memendam semua ini dan berusaha untuk tidak menunjukkan gerak-gerik apa pun yang mencurigakan. Kalau Gue sih ogah nyerah gitu aja."

"Ya tapi dengan Lo nyakitin Bara, apa Lo bisa milikin dia? Kalau dia mati di insiden nanti gimana?"

"Nggak akan, Gue cuma mau kasih tahu sama Nara, kalau dia terus bersama Bara maka kejadian seperti itu akan terus berulang. Dan nanti, kalau Nara udah pergi. Gue yang akan berperan sebagai malaikatnya Bara."

Tawa sumbang gadis berparas ayu itu menggema di ruangan mewah rumah megah yang saat ini ia huni.

"Gue nggak habis pikir sama Lo. Lo itu nggak cinta. Tapi terobsesi sama Bara."

"Jangan berteriak seolah Lo suci."

"Tapi seenggaknya Gue nggak pernah mikir buat nyakitin Nara."

MISTERI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang