Nara mengusap keringat di dahi nya, melepas apron setelah menata bubur dan susu hangat untuk makan siang Bara.
"Huft, semoga tidak mengecewakan." Nara mengembuskan napas berat.
Ini untuk pertama kalinya ia berkutat di dapur membuatkan makanan untuk Bara. Karena biasanya, lelaki itu tak pernah membiarkan ia menyentuh peralatan memasak dan selalu memanjakannya.
Pernah sekali sebelum menikah, Nara mencoba membuat bakmi kesukaan Bara, tapi terlampau asin.
Bukan Bara jika tak menghargai apa pun yang dibuat oleh tangan Nara, karena meski begitu, ia tetap memuji makanan buatan sang kekasih dan memakannya hingga habis. Ckckck.
Nara membuka pintu lalu menutupnya perlahan dari dalam. Dilihatnya Bara masih terlelap, mungkin efek obat penenang yang di berikan Dokter sebelum pulang agar lelaki itu bisa beristirahat.
"Dasar bayi," gumam Nara seraya meletakkan nampan bubur nya. Di tatapnya wajah Bara yang terlelap. Tampan, damai, dan begitu menarik baginya.
"Sayang, makan siang dulu yuk. Waktunya minum obat." Nara mengusap lembut pipi Bara yang sedikit chubby.
Bara menggeliat, bajunya sedikit basah karena keringat, pun dengan rambut tebal nya.
"Hei, bangun." Bara tersenyum mendapat sambutan hangat sang istri kala membuka mata perlahan.
"Sayang, kamu kok keringetan?" Bara mengusap sisa keringat di pelipis Nara. Anak rambutnya yang menggantung serta poni belah tengah nya tampak begitu cantik di mata Bara.
"Aku buatin bubur tadi. Kamu makan dulu ya, habis itu minum obat. Tapi bangun dulu, ganti bajunya. Basah soalnya kena keringat kamu." Nara menuju lemari, mengambil baju ganti untuk Bara.
Setiap gerak Nara yang mencarikan kebutuhannya begitu menarik di mata Bara. Gadis itu tak pernah berubah. Meski banyak orang mencap dirinya manja, tapi ia tak pernah lupa melayani setiap kebutuhannya tanpa sedikit pun merasa terbebani.
"Bangun gih, ganti dulu bajunya." Nara mengulurkan tangan untuk membantu Bara bagkit.
"Bara!!" Nara memekik saat dengan sengaja lelaki itu justru menariknya hingga jatuh ke pelukan Bara.
Cup
Tanpa sengaja bibir mereka bertemu, Bara tersenyum penuh arti. Kedekatan wajah mereka hanya tinggal beberapa inci. Dengan lembut Bara menyisipkan anak rambut Nara ke belakang telinga.
"Cantik." Di usapnya keringat Nara dengan ibu jari nya.
Dug-dug-dug
Jantung Nara seperti ingin melompat dengan posisi seperti ini.
"Jantungku. Kenapa setiap seperti ini rasanya seperti tak terkendali. Padahal, Bara telah resmi menjadi suamiku." Nara menggigit bibir bawahnya.
"Ngapain begitu? Mau ngeledek ya? Mentang-mentang aku lagi sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI CINTA
General FictionBagaimana pasangan pengantin baru, Bara Samudera dan Nara Farzana menghadapi teror demi teror dari orang misterius yang entah menginginkan salah satunya atau hanya karena tak menyukai pernikahan keduanya. "Jika melepasmu adalah jalan terbaik, aku r...