Bara membuang asal rokok di tangannya setelah tahu bahwa seseorang di belakangnya adalah Nara. Istrinya.
Nara tersenyum miring, menepuk pelan bahu Bara seraya berbisik, "kenapa, Bara?"
Bara memejamkan mata rapat-rapat. Kekecewaannya terhadap sikap Nara hampir saja membuat ia lupa akan janjinya terdahulu.
"Apa yang terjadi sama kamu, Sayang?" Bara tak tahan lagi. Ia mencoba untuk menghalau embun bening di netranya lolos. Tapi, mengingat sang istri yang tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba bersikap aneh membuatnya hilang kendali.
"Aku cuma mau kamu jujur, Bar."
"Soal apa, Sayang? Bilang." Bara menatap lembut. Berharap dengan begitu Nara akan kembali seperti semula. Padahal, tanpa ia tahu Nara melakukan itu tak sesuai dengan kehendaknya.
"Kamu cinta kan sama aku?"
"Kenapa masih kamu tanyakan, Nara. Masih kurang kah bukti cintaku dengan pernikahan kita? Hei, please sayang. Apa yang sebenarnya terjadi? Semalam kamu nggak gini."
Nara tak menjawab, wanita itu berbalik badan lalu berjalan menuju kamar mereka di lantai atas.
Bara semakin yakin ada yang tidak beres saat ini. Buru-buru ia menyusul Nara.
Gemericik air terdengar di kamar mandi. Bara yang hendak menyusul masuk terpaksa berhenti saat melihat ponsel Nara menyala.
Tanpa sepengetahuan sang istri, Bara membuka ponsel itu. Mencoba melihat isi pesan yang baru saja masuk.
TINGGALKAN BARA ATAU DIA MATI
Bara terhenyak membacanya. Bahkan pesan semalam juga masih terpampang jelas di sana. Tangannya mengepal erat. Ia tak menyangka jika teror kemarin adalah awal dari keributan yang terjadi di antara mereka.
"Jadi ini maksud di balik Nara yang berubah sikap padaku."
Dugaan Bara yang mengatakan bahwa mereka selalu di awasi membuat nya berpikir keras bagaimana caranya berbicara dengan sang istri tanpa diketahui.
Bara melirik kamar mandi, rupanya istrinya itu masih di dalam sana. Seperti mendapat celah, Bara segera menyusul masuk ke kamar mandi.
***
Bara menghidupkan mesin mobilnya, setelah membantu Nara memasangkan seatbelt, barulah ia menjalankan mobil.
Pak Usman baru saja membuka gerbang hendak masuk, "eh, Den Bara, mau ke mana?" tanya nya sopan.
Bara menoleh pada sang istri yang berada di dalam mobil.
"Mm, kami mau keluar sebentar, Pak."
"Hati-hati ya, Den. Habis hujan jalannya licin."
"Iya, Pak. Terima kasih. Oh iya, ini ada rezeki sedikit buat Bapak dan Lia." Bara mengulurkan amplop soklat pada pria baya itu.
"Ya Allah, Den. Nggak usah repot-repot. Saya kan sudah dapat gaji dari pemilik Villa."
"Nggak papa, terima saja."
"Terima kasih, Den sekali lagi."
"Sama-sama, Pak."
Bara lekas pergi setelah Pak Usman membukakan gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI CINTA
General FictionBagaimana pasangan pengantin baru, Bara Samudera dan Nara Farzana menghadapi teror demi teror dari orang misterius yang entah menginginkan salah satunya atau hanya karena tak menyukai pernikahan keduanya. "Jika melepasmu adalah jalan terbaik, aku r...