GIAW-4

2.6K 664 578
                                    

Gedung Persidangan Dewan Kerajaan—Gedung Kebesaran, Daher Reu.




"Perkenalkan, saya Sasmita Arjanti Pramusita Hariwibawa."

"Selamat pagi, Sasmita. Saya Dani Djanuari—sekretaris Raden Kacaya."

Sasmita mengulurkan tangannya lebih dulu setelah memperkenalkan dirinya ke Dani yang menjadi satu-satunya orang yang ditemuinya di dalam ruang tunggu persidangan Dewan Kerajaan.

Ini bukan pertemuan pertama mereka berdua. Sasmita sudah sering kali bertemu dengan Dani sebelumnya ketika Raden Kacaya mengunjungi kastil keluarganya untuk bertemu dengan Prambadi, atau ketika Raden Kacaya kebetulan mengunjungi kastil kakaknya.

Tapi, ini bisa dihitung sebagai pertemuan pertama mereka sebagai staf Kerajaan yang bekerja di bawah Raden Kacaya.

Betul.

Keputusan Sasmita sudah bulat. Dia sudah mengantarkan formulir pendaftarannya satu minggu yang lalu diantar Prambadi dan Handjoko.





"Private secretary?"

Sasmita mengangguk antusias, berbeda dengan Handjoko yang kelihatan melongo menatap formulir yang baru saja ditunjukkan adiknya itu kepadanya.

"Raden Kacaya akan menggantikan posisi Mas Harjuna di Gedung Kebesaran, kan?" Sasmita mengangguk lagi saat melihat Handjoko yang melongo menatapnya. "Dan sudah pasti Dewan Kerajaan akan mencari staf yang bekerja untuk Raden Kacaya setelah dia diangkat menjadi Panglima Pusat Kota." Senyum Sasmita melebar. "And I'll work with him—for him."

Setelah mendengar desas-desus soal posisi Mas Harjuna, Sasmita memang sudah berjaga-jaga untuk melepas karirnya sebagai equestrian.

Mimpinya selalu ada di sana. Bekerja di Kerajaan Daher Reu seperti Ayah dan kakaknya.

Dan Sasmita hanya mau bekerja dengan satu orang saja. Kalau dia memang berkesempatan untuk mengabdi, Sasmita hanya akan memilih Raden Kacaya.

Makanya, Sasmita tidak menyia-nyiakan waktunya untuk mendaftar bahkan sebelum pengumuman resmi keluar dari Dewan Kerajaan.

Sasmita has privilege, and she makes good use of it.

Helaan napas panjang Handjoko membuat fokus Sasmita kembali menatap ke arah Handjoko. Tadi siang, Prambadi menyuruh Sasmita untuk memberitahu Handjoko lebih dulu sebelum mereka pergi ke Gedung Kebesaran besok.

"Kamu tahu kalau ini tidak akan mudah—"

"Aku tahu." Sasmita mengangguk. "Aku tahu cara kerja Abang dan Ayah, I know that it won't be easy, but I still want to try," jelasnya cepat.

Handjoko menggeleng, lalu ia menaruh kertas formulir Sasmita itu di atas meja ruang tengah. "Bukan cuma itu," katanya, sementara tatapan Sasmita tertuju ke arah kertas yang ada di atas meja. "Kamu memilih seseorang yang—"

"If it hadn't been for Raden Kacaya, I wouldn't have wanted to work for the Kingdom." Kalau ada Ambar di sini, Sasmita sudah pasti habis diomeli karena berkali-kali memotong perkataan kakaknya.

Untuk beberapa detik, Sasmita dan Handjoko terdiam dan hanya saling bertatapan.

"Alasannya." Handjoko kembali bersuara, tangannya mengambil lagi kertas formulir yang ada di atas meja.

GIVE IT A WHIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang