GIAW-10

1.7K 478 335
                                    

"Dengan ini, menyatakan bahwa Sasmita Arjanti Pramusita Hariwibawa selaku private secretary dari Panglima Pusat Kota—Raden Kacaya—bersalah karena melakukan tindak tidak terpuji di kawasan Gedung Kebesaran. Pernyataan ini didukung dengan pengakuan dari yang bersangkutan sekaligus saksi mata yang berada di tempat kejadian. Berdasarkan pengakuan tersebut dan juga diskusi panjang dari petinggi Dewan Kerajaan, maka Sasmita Arjanti Pramusita Hariwibawa dijatuhi hukuman tahanan selama 1 minggu dan juga skorsing selama 1 bulan. Sasmita Arjanti Pramusita Hariwibawa juga turut dijatuhi hukuman untuk menghadiri kelas yang diadakan Dewan Kerajaan untuk menunjang dan kembali mempelajari jabatan dan posisinya di dalam Gedung Kebesaran."

Sasmita menundukkan kepalanya dalam, dia berusaha menahan tangis yang sejak tadi ia tahan di ruang tunggu sidang.

"Hukuman ini diambil dengan keputusan bulat demi menjaga nama baik Kerajaan Daher Reu dan juga Dewan Kerajaan, serta Raden Kacaya. Kami percaya bahwa apa yang dilakukan Sasmita Arjanti Pramusita Hariwibawa dapat mencederai nama baik Raden Kacaya selaku atasan dan juga seluruh private secretary anggota kerajaan yang bekerja di Gedung Kebesaran mengingat kami melakukan pengecekan ketat dan ujian untuk memilih orang-orang yang bisa bekerja dengan anggota kerajaan."

Bahu Sasmita bergerak naik-turun, membersamai isakan pelan yang keluar dari bibirnya.

"Kami berharap dengan hukuman ini, Sasmita Arjanti Pramusita Hariwibawa bisa belajar dari pengalaman ini agar bisa menjadi lebih baik lagi dalam melakukan pekerjaannya sebagai private secretary dan tangan kanan bagi Raden Kacaya."

Begitu hukuman untuk Sasmita dan staf yang terlibat diumumkan dan diakui ke-sah-annya, sidang akhirnya ditutup.

Tapi, Sasmita masih duduk di kursi terdakwa—di tengah ruangan sidang—dengan kepala tertunduk dalam.

Ia merasa luar biasa sedih dan bersalah. Sasmita benar-benar menyesal dengan apa yang dilakukannya yang pada akhirnya membuat Raden Kacaya dan dirinya sama-sama dirugikan di permasalahan ini.

Padahal Sasmita ingin membuat jera orang-orang yang suka berkata buruk soal Raden Kacaya, tapi dengan cara yang dipilihnya itu malah membuat Raden Kacaya menjadi bahan omongan orang-orang di Gedung Kebesaran.



"Ayah kecewa." Hanya itu yang dikatakan Prambadi sesaat Sasmita menunggu sendirian di dalam ruang tunggu sidang. "Apa pun yang melatarbelakangi tindakanmu—Ayah tidak bisa membenarkan sikapmu itu. Bahkan ketika kamu mengatakan kalau kamu melakukannya untuk Raden Kacaya," ucap Prambadi dengan suaranya yang tegas.

Sasmita terdiam, tidak seperti biasanya di saat dia suka sekali menyela atau memotong perkataan Ayah dan kakaknya.

"Sejak awal kamu sudah diajarkan dan diingatkan kalau posisimu itu posisi yang berat dan penuh dengan tanggung jawab. Sebagai tangan kanan, tentu saja kamu menjadi 'wajah' yang akan dilihat orang lain ketika mereka mengingat soal Raden Kacaya. Orang lain akan menaruh kepercayaan dan kesetiaan mereka ke Raden Kacaya lewat kamu, lewat kinerjamu yang kamu perlihatkan selama kamu berada di sekitaran Raden Kacaya.

"Posisimu sangat krusial dan terlebih kamu memilih mengabdi ke Raden Kacaya. Tindakan yang kamu pilih itu bisa membuat posisi Raden Kacaya semakin terancam di Gedung Kebesaran ini. Apa kamu sadar soal ini, Sasmita?"

Tidak.

Sasmita memilih menggelengkan kepala, mencoba mengakui kalau dia berpikir pendek tadi.

"Ayah salah ternyata. Kamu belum siap—"

"Sasmita minta maaf." Kepala Sasmita mendongak, menatap Prambadi dengan air mata yang berlinang deras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GIVE IT A WHIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang