6. Asing

2.1K 11 0
                                    

Salam Boyaheh
[Warning!! Just for 21+ DOSA TANGGUNG SENDIRI]

Hari silih berganti. Sudah seminggu ini Ayra berusaha keras tidak menampakkan dirinya di hadapan sang paman.

Mereka ini adalah keluarga. Mereka tinggal dalam satu atap yang sama. Namun mereka memilih untuk tidak bertemu dan bertegur sapa. Bukan, lebih tepatnya Ayra yang berusaha keras menghindari sosok bernama Arlen.

Ingatkan perkataan pedas tempo hari yang membuatnya benar-benar merasa muak dan jengkel. Bahkan sampai sekarang pun, Ayra yakin pamannya tidak mengetahui bagaimana kegiatannya selama satu minggu ini.

Ayra banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Entah itu bersantai di kantin kampus hingga petang, atau bahkan ke area sirkuit melihat kekasih terbaiknya bertanding balap di senja.

Semua Ayra lakukan untuk menghindari paman buruknya itu. Ia malas jika harus bertemu dengannya. Dan Ayra baru menyadari jika seharusnya ia tidak merendahkan dirinya hanya untuk orang sinting macam Arlen.

Toh memiliki Wesman sebagai sang kekasih tidak buruk juga. Pria itu selalu memperlakukan nya dengan lembut. Pria itu tidak pernah membentaknya seperti Arlen. Wesman selalu menjaganya dengan baik.

Hingga hari-hari suntuk Ayra pun dapat menjadi berwarna karena pria tersebut. Seperti hal nya saat ini, di sore yang cerah Ayra telah siap dengan celana jeans ketat hitam dengan kaos putih dilapisi jaket kulit senada.

"Perfect!" Ayra memandang cermin memastikan penampilannya.

Drttt... Drttt... Drttt...

Ayra melihat ponselnya berdering muncul nama sang kekasih. Ia tersenyum kecil sebelum menjawab panggilan tersebut.

"Aku sudah di depan baby, seperti apa perkataan mu kemarin."

Ya Ayra menyuruh Wesman bila menjemput nya harus dengan radius 300 meter dari rumah Arlen. Intinya ia tidak mau pria sinting itu melihat nya dijemput seseorang.

"Baiklah, tunggu aku sebentar sayang." Panggilan terputus dengan Ayra yang sudah berjalan santai keluar dari kamarnya.

Ia tenang saja. Toh setelah pertengkaran mereka, ia tidak mendapati uncle Arlen di rumah. Jadi Ayra bisa leluasa bergerak kemana pun sesukanya.

"Bagaimana musuh ku nanti ya?" guman Ayra bersenandung kecil membayangkan pertandingan pertamanya setelah beberapa waktu vakum.

Gadis ini begitu santai hingga tidak menyadari seseorang tengah menatapnya dengan tajam. Dengan gigi bergemelatuk dan rahang mengeras, pria tersebut mengepalkan tangannya kuat kuat.

Terlebih saat melihat sang keponakan yang sering keluar dan pulang malam. Benar benar mengganggu hatinya yang tidak konsisten itu.

"Mengapa dia memakai pakaian ketat seperti itu? Bagaimana jika ada mata keranjang yang menatap lapar bokong nya?" gumannya terlihat tidak suka.

"Aku harus mengikutinya." Pria yang berada di balik pintu ruang kerja dekat anak tangga itu pun keluar. Ia dengan segera masuk ke dalam kamar menyambar jaket, dompet dan kunci motornya.

Berjalan tergesa-gesa memasuki garasi bawah tanah, tempat dimana dirinya menyimpan kendaraan beroda dua dan beberapa mobil lainnya. Dengan mulut yang berjimat kamit mengumpat, dia, Arlen menyetir motornya keluar rumah.

"Mau kemana dia? Dan siapa pria itu?" Arlen menjaga jarak aman. Ia masih berada di balik pagar rumahnya yang menjulang. Melihat dengan mata menyipit ke arah dua insan yang berboncengan pergi meninggalkan jalan sepi tersebut.

"Sialan! Apa Ayra mau berkencan?" gumannya merasakan panas di hatinya.

Arlen yang tidak sabaran dengan terburu-buru menghidupkan motornya, membuntuti kemana dua manusia itu pergi. Ia sekali lagi mengumpat akan kondisi jalan yang benar benar sepi, membuatnya sedikit kerepotan.

MY UNCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang